Faedah Hadits: HATI YANG ISTIQAMAH TANDA BENARNYA IMAN
Hati itu Berbolak-Balik
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا سُمِّيَ الْقَلْبُ مِنْ تَقَلُّبِهِ إِنَّمَا مَثَلُ الْقَلْبِ كَمَثَلِ رِيشَةٍ مُعَلَّقَةٍ فِي أَصْلِ شَجَرَةٍ يُقَلِّبُهَا الرِّيحُ ظَهْرًا لِبَطْنٍ
عَنْ الْمِقْدَادِ بْنِ الْأَسْوَدِ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَسْرَعُ تَقَلُّبًا مِنَ الْقِدْرِ إِذَا اسْتَجْمَعَتْ غَلَيَانًا) (أخرجه أحمد)
Penjelasan Hadits:
Nabi menjelaskan tentang hakikat hati, sebab penamaan hati dengan qolbun, karena berbolak-baliknya seperti bulu ayam yang terombang-ambing oleh angin, akan menuju kemana angin bertiup, yang di atas jadi di bawah; atau seperti bergolaknya air yang mendidih. Itulah gambaran hati, yang sulit untuk tetap diam dalam satu kondisi, kecuali hati yang dirahmati Allah subhanahu wa ta'ala.
Faedah Hadits:
1. Penamaan hati dengan qolbun dengan sebab berbolak-baliknya hati, tidak dalam satu kondisi, bahkan cepat berubah.
2. Peringatan terhadap perkara-perkara yang membahayakan hati dan merusaknya.
3. Pemberian contoh dalam sebuah penjelasan akan mempermudah pemahaman, dan penjelasannya akan lebih gamblang.
4. Hendaklah seorang muslim senantiasa megikhlashkan dalam berdoa kepada Allah, agar menetapkan hatinya dalam kebenaran. – pen.
Hati yang Istiqamah Tanda Benarnya Iman
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ وَلَا يَدْخُلُ رَجُلٌ الْجَنَّةَ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
Penjelasan Hadits:
Nabi menyebutkan hakikat istiqamah dan kaitannya dengan keimanan, dan kelaziman iman dengan istiqamah hati, dan istiqamah hati dengan istiqamah lisan, kedudukan tetangga dalam Islam bahkan sebagai sebab masuknya seseorang ke dalam surga.
Faedah Hadits:
1. Istiqamah iman melazimkan istiqamahnya hati.
2. Tanpa istiqamah lisan hati tidak akan istiqamah, dan keharusan istiqamah lisan.
3. Pentingnya tsiqah terhadap tertangga, dan peringatan memadharatkan mereka sebagai jalan menuju surga.
4. Hendaklah seorang muslim memperhatikan dan menuaikan hak Allah, hak Rasul-Nya, hak para sahabat, hak kedua orang tuanya, hak keluarganya, hak tetangganya dan hak sesama muslim. – pen.
5. Urgensinya menjaga hati, menjaga keimanannya bahkan mempertahankan keimanannya hingga titik darah penghabisaan. -pen.
***
Disadur secara bebas oleh: Al-Ustadz Abu Nida’ Chomsaha Shofwan, Lc. Hafizhahullah, dari Kitab "Al-Arba’una Haditsan fil Madhi wadz Dzammi", karya: Syaikh Sa’ad bin Muhammad at-Thukhis.
Editor: @rimoesta
Team Redaksi:Ustadz Abu Abdillah Mubarok, M.Pd. dan Ustadz Abu Layla Turahmin, M.H. Hafizhahumallah
Abu Bassam
Author