JANGAN PELIT BERSHALAWAT KEPADA RASULULLAH ﷺ

JANGAN PELIT BERSHALAWAT KEPADA RASULULLAH ﷺ

Segala puji hanya bagi Allah Tuhan semesta alam, yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, yang menguasai hari pembalasan.

‌اللَّهُمَّ ‌صَلِّ ‌عَلَى ‌مُحَمَّدٍ ‌وَعَلَى ‌آلِ ‌مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ،

اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

“Ya Allah berikanlah shalawat untuk Muhammad, dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah, ya Allah berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberkati Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah, ya Allah ridhai para sahabat Nabi yang mulia, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Amma ba’du:

Betapa banyak nikmat yang diberikan Allah kepada para makhluk. Di antara nikmat teragung yang Allah berikan kepada manusia dan jin adalah diutus-Nya seorang hamba sebagai utusan-Nya. Hamba yang dekat dengan-Nya, yang paling dicintai-Nya, dan yang terbaik di antara makhluk-Nya. Dialah Muhammad ﷺ yang ditugaskan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, dan mengentaskan mereka dari kehinaan menyembah makhluk kepada kemuliaan beribadah kepada Sang Pencita. Dialah yang menunjuki mereka kepada jalan kemenangan & kebahagiaan sekaligus mengingatkan mereka akan jalan kehancuran & kesengsaraan.

Allah telah memberikan nikmat yang begitu besar ini, dan memberikan karunia yang agung sebagaimana firman-Nya dalam Al-Quran:

لَقَدْ مَنَّ اللّٰهُ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ بَعَثَ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَۚ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Al-Quran Surat Ali Imran:164)

Dan Allah juga berfirman,

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (Al-Quran Surat Al-Fath:28)

Nabi ﷺ telah menyampaikan seluruh risalah-Nya, dan telah menunaikan amanah, serta telah memberikan nasihat kepada ummat dengan sempurna, dan juga telah menyampaikan kabar gembira dan mengingatkan akan adzab, serta menunjukkan kepada kebaikan dan mengingatkan akan segala keburukan, dan Allah telah menurunkan kepada beliau ﷺ ketika berdiri di padang arafah sebelum beliau ﷺ wafat, berupa firman-Nya,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al-Quran Surat Al-Maidah:3)

Rasulullah ﷺ sangat bersunguh-sungguh dalam hal kebahagian ummat, sebagaimana yang telah Allah gambarkan dalam firman-Nya mengenai sifat yang Allah cintai dalam diri beliau ﷺ,

لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Al-Quran Surat At-Taubah:128)

Dengan sifat inilah Nabi ﷺ dalam menyampaikan risalah Allah, menunaikan amanah, serta memberikan nasihat kepada ummat, merupakan hak ummat atasnya ﷺ, Allah ta’ala berfirman,

وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ

Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (Al-Quran Surat An-Nur: 54)

فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلاَّ الْبَلاغُ الْمُبِينُ

Maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (Al-Quran Surat An-Nahl:35)

Tanda dari kebahagian seorang muslim adalah ketundukan dan kepatuhannya kepada apa yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ, sebagaimana  firman Allah ta’ala,

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيمًا

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (Al-Quran Surat An-Nisa:65)

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al-Quran Surat Al-Ahzab:36)

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (Al-Quran Surat An-Nur:63)

Sebuah ibadah akan diterima Allah dan bermanfaat bagi yang melakukannya apabila memenuhi 2 perkara mendasar yaitu:

  1. Ibadah dikerjakan dengan ikhlas hanya karena Allah ta’ala tanpa disertai kesyirikan. Sebagaimana tidak ada sekutu bagi Allah dalam kepemilikan alam semesta, begitu juga tidak ada sekutu bagi-Nya dalam peribadat Sebagaimana firman Allah ta’ala:

وَّاَنَّ الْمَسٰجِدَ لِلّٰهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللّٰهِ اَحَدًاۖ ١٨

Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (Al-Quran Surat Al-Jin:18)

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ١٦٢

لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚوَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ ١٦٣

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (Al-Quran Surat Al-An’am:162-163)

       2. Ibadah harus sesuai dengan syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ. Hal ini sesuai dengan firman-Nya,

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (Al-Quran Surat Al-Hasyr:7)

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (Al-Quran Surat Ali Imran:31)

Dan Nabi ﷺ bersabda yang diriwayatkan oleh banyak imam:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. (رواه مسلم)

‘Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa mengadaadakan sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kami, padahal kami tidak perintahkan, maka hal itu tertolak.”

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ. (رواه مسلم)

Barangsiapa mengamalkan suatu perkara yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak.”

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ. (رواه أحمد)

Berpeganglah dengan sunahku dan sunah Khulafa’u Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah dengan gigi geraham kalian. Hindarilah kalian hal-hal yang baru, sesungguhnya setiap hal yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah ada sesat.”

Ketika Allah mengutus Rasulullah ﷺ kepada mereka, maka Allah memerintahkan mereka agar bershalawat kepada Nabi ﷺ. Perintah itu setelah Allah mengabarkan bahwa Diri-Nya dan para malaikat bershalawat kepada beliau ﷺ. Tersebut firman Allah ta’ala dalam kitab-Nya,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi[1]. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya[2].” (Al-Quran Surat Al-Ahzab:56)

Kemudian Nabi ﷺ menjelaskan dalam haditsnya yang suci tentang keutamaan bershalawat kepada dirinya ﷺ, dan bagaimana cara bershalawat. Mari kita kupas hal ini dalam bahasan berikut.

Makna Shalawat atas Nabi Muhammad

Shalawat Allah atas Nabi ﷺ diartikan sebagai pujian terhadapnya di hadapan para malaikat. Malaikat bershalawat atas beliau ﷺ diartikan sebagai doa untuk beliau. Pengertian ini disampaikan oleh Abu ‘Aliyah[3], sebagaimana yang disebutkan oleh Bukhari dalam kitabnya Shahih al-Bukhari, dalam bab

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Bukhari berkata tentang tafsir malaikat bershalawat kepada Nabi ﷺ mengutip perkataan Ibnu ‘Abbas: mereka bershalawat artinya memohonkan berkah, yaitu berdoa kepada Allah untuk Nabi ﷺ agar mendapatkan berkah.”

Shalawat atas beliau ﷺ diartikan dengan ampunan dan rahmat sebagaimana dinukil oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathu al-Bari. Ibnu Hajar berkata, “Pendapat yang paling tepat adalah apa yang dinukil oleh Abu ‘Aliyah bahwasanya makna shalawat Allah atas Nabi-Nya ﷺ adalah pujian dan penghormatan kepada beliau ﷺ. Sementara shalawat dari malaikat dan selainnya kepada beliau ﷺ berarti mendoakan beliau ﷺ kepada Allah. Dalam hal ini adalah permintaan agar ditambahkan pujian dan penghormatan kepada beliau, bukan diberi pertama kali.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Al-Halimi berkata dalam kitabnya Syu’abul Iman bahwa maksud shalawat kepada Nabi ﷺ adalah penghormatan kepadanya. Jadi doa allahumma shalli ‘ala Muhammad artinya agungkanlah Muhammad. Dalam hal ini artinya penghormatan kepada beliau ﷺ di dunia dengan meninggikan nama beliau ﷺ, mengunggulkan agamanya, dan memelihara syariatnya. Lebih dari itu kelak di akhirat dilimpahkannya pahala kepada beliau, syafaat beliau untuk umatnya, dan mendapatkan kemuliaan beliau dengan kedudukan yang terpuji. Jadi yang dimaksud dengan firman Allah ta’ala ﴿صَلُّوْ عَلَيْهِ﴾ adalah “berdoalah kepada tuhanmu agar Allah bershalawat kepada beliau ﷺ.”

Memberikan Salam atas Nabi Muhammad

Majid al-Fairuz Abadi dalam kitabnya Asshalatu wal Busyra fi Asshalati ‘ala Khairil Basyar menyebutkan tentang makna taslim (memberikan salam) kepada Nabi ﷺ.  Assalam adalah salah satu nama Allah ta’ala. Penafsirannya adalah “kiranya kepada Muhammad Engkau limpahkan kebaikan sekaligus berkah  dan Engkau selamatkan dari keburukan sekaligus bahaya. Jadi jika itu adalah nama Allah ta’ala maka apabila disebutkan atas sesuatu hal akan terkumpul makna kebaikan dan berkah sekaligus menghilangkan keburukan dan kerusakan darinya.

Assalam juga dapat diartikan keselamatan. Allah menganugerahkan keselamatan kepadamu, selamat dari celaan dan kekurangan. Jadi ucapan Allahumma sallim ‘ala Muhammad artinya “Ya Allah berilah keselamatan di dakwah beliau dan umat beliau, juga berilah jauhkanlah dari segala kekurangan. Semakin hari semakin bertambah mulia dakwah beliau, ummatnya menjadi semakin banyak, serta penyebutan nama beliau semakin tinggi dan mulia.”

Cara Bershalawat atas Nabi Muhammad

Adapun cara bershalawat atas Nabi ﷺ telah dijelaskan oleh beliau ﷺ kepada para sahabatnya ketika beliau ﷺ ditanya tentang hal itu, terdapat banyak riwayat mengenai hal ini dari para sahabat beliau ﷺ, disini kami akan menyebutkan yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim atau salah satu dari mereka berdua.

Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Al-Anbiya’ dalam bukunya Shahih Bukhari,

عَنْ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي لَيْلَى قَالَ لَقِيَنِي كَعْبُ بْنُ عُجْرَةَ فَقَالَ أَلَا أُهْدِي لَكَ هَدِيَّةً سَمِعْتُهَا مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ بَلَى فَأَهْدِهَا لِي فَقَالَ سَأَلْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ الصَّلَاةُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ عَلَّمَنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ عَلَيْكُمْ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.      (رواه البخاري)

‘Abdur Rahman bi Abi Laila menceritakan bahwa Ka’ab bin ‘Ujrah menemuinya lalu berkata, “Maukah kamu aku beri suatu hadiah yang aku mendengarnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Aku menjawab, “Ya, hadiahilah aku.” Lalu dia berkata, “Kami pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, bagaimana caranya kami bershalawat kepada kalian kalangan Ahlul Bait; sementara Allah telah mengajari kami cara menyampaikan salam kepada kalian?” Beliau bersabda, “Ucapkanlah allahumma shalli ‘ala Muhammadin wa ‘ala ali Muhammad kama shallaita ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim innaka hamidun majid. Allahumma barik ‘ala Muhammadin wa ‘ala ali Muhammadin kama barakta ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim innaka hamidun majid” (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia).”

Diriwayatkan juga dari hadits Ka’ab bin Ujrah dalam Kitab Tafsir dari bukunya Shahih Bukhari dalam tafsir surah Al-Ahzab. Lafalnya: “dikatakan, wahai Rasulullah adapun salam kepada engkau kami telah mengetahuinya, maka bagaimana kami bershalawat atas dirimu? Beliau bersabda, “Katakanlah: allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama shallaita ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim, innaka hamidummajid, allahumma barik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama barakta ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim innaka hamidummajid.”

Diriwayatkan juga dalam kitab Da’awat dari buku beliau Shahih al-Bukhari. Hadits ini telah diriwayatkan juga oleh Muslim dari Ka’ab bin Ujrah dari jalan yang beragam.

Dalam kitab Da’awat pada buku beliau Shahih al-Bukhari:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا التَّسْلِيمُ فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ. (رواه البخاري)

Abu Sa’id Al-Khudzri berkata, ‘Ya Rasulullah, mengucapkan salam udah kami ketahui lalu bagaimana mengucapkan shalawat kepadamu? Beliau menjawab: “Ucapkanlah: ALLAHUMMA SHALLI ‘ALA MUHAMMAD, ‘ABDIKA WA RASULIKA KAMA SHALLAITA ALA ALI IBRAHIM WA BARIK ‘ALA MUHAMMAD WA ‘ALA ALI MUHAMMAD KAMA BARAKTA ‘ALA IBRAHIM.

Kemudian juga diriwayatkan oleh beliau dalam kitab al-Anbiya’ dalam bukunya Shahih Bukhari

عَنْ أَبُو حُمَيْدٍ السَّاعِدِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ (رواه البخاري)

Abu Humaid as-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kami para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana caranya kami bershalawat kepada engkau?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkanlah: Allahumma shalli ‘ala Muhammadin wa azwajihi wa dzurriyyatihi kama shallaita ‘ala ali Ibrahim wa barik ‘ala Muhammadin wa azwajihi wa dzurriyyatihi kama barakta ‘ala ali Ibrahim innaka hamidun majid.” (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad, istri-istrinya dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada keluarga Ibrahim dan berilah barakah kepada Muhammad, istri-istrinya dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia).”

Juga diriwayatkan oleh beliau dalam kitab Da’awat seperti lafal di atas, dan hadits ini diriwayatkan dari Abi Hamid radhiyallahu ‘anhu,  dan oleh Muslim dalam bukunya Shahih Muslim.

Muslim dalam bukunya Shahih Muslim meriwayatkan:

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ أَتَانَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسِ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ فَقَالَ لَهُ بَشِيرُ بْنُ سَعْدٍ أَمَرَنَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ نُصَلِّيَ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَكَيْفَ نُصَلِّ عَلَيْكَ فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى تَمَنَّيْنَا أَنَّهُ لَمْ يَسْأَلْهُ ثُمَّ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ وَالسَّلَامُ كَمَا عَلِمْتُمْ. (رواه مسلم)

Abu Mas’ud Al-Anshari berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepada kami di majelis Sa’d bin Ubadah. Basyir bin Sa’ad berkata kepada beliau, ‘Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk bershalawat kepadamu wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas bagaimanakah cara bershalawat kepadamu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terdiam hingga kami menginginkan kalau saja tadi ia tidak bertanya kepadanya. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ucapkanlah, “ALLAHUMMA SHALLI ‘ALA MUHAMMADIN WA’ALA ALI MUHAMMAD, KAMA SHALLAITA ‘ALA IBRAHIM. WABARIK ‘ALA MUHAMMAD WA’ALA ALI MUHAMMAD, KAMA BARAKTA ‘ALA IBRAHIM FIL ‘ALAMINA INNAKA HAMIDUM-MAJID (Ya Allah, curahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau curahkan kepada keluarga Ibrahim. Ya Allah, curahkanlah salam kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau curahkan salam kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji Lagi Maha Agung) Mengucapkan salam seperti yang engkau ketahui.

Tata Cara Lengkap Bershalawat atas Nabi

Berikut adalah cara bershalawat atas Nabi ﷺ yang langsung beliau ajarkan kepada para sahabatnya. Sebuah jawaban dari beliau ketika ditanya bagaimana bershalawat atas beliau. Jadi, itulah cara bershalawat terbaik atas beliau ﷺ.

Disebut shalawat yang lengkap karena penggabungan antara shalawat atas beliau  ﷺ dan keluarganya dengan shalawat atas Nabi Ibrahim dan keluarganya.

Ulama yang menyebutnya sebagai shalawat yang utama yaitu Al-Hafizh Ibnu Hajar karena berpegang pada dalil hadits tentang pertanyaan sahabat mengenai bagaimana cara bershalawat atasnya dan kemudian beliau menjawabnya. Ibnu Hajar mengatakan dalam bukunya Fathul Bari, “Berlandasan pada pengajaran Nabi ﷺ kepada para sahabatnya tentang cara bershalawat atas beliau menjawab pertanyaan sahabat. Berarti itu merupakan cara bershalawat terbaik atas beliau ﷺ, karena beliau tidak memilih sesuatu untuk dirinya kecuali yang terbaik. Jadi jika beliau  ﷺ bersumpah untuk bershalawat atasnya dengan shalawat yang terbaik, maka jalan terbaik adalah dengan melakukan apa yang beliau sampaikan.”

Imam An-Nawawi mendukung pendapat tersebut sebagaimana beliau sampaikan dalam bukunya Ar-Raudhah. Setelah menyebutkan tata cara yang lain, kemudian beliau berkata, “Yang menunjukkan kepada dalil bahwa shalawat yang benar adalah hadits Abu Hurairah:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَكْتَالَ بِالْمِكْيَالِ الْأَوْفَى إِذَا صَلَّى عَلَيْنَا أَهْلَ الْبَيْتِ فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ وَذُرِّيَّتِهِ وَأَهْلِ بَيْتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ (رواه أبوداود)

Abu Hurairah menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa ingin ditimbang dengan timbangan yang sempurna, maka apabila bershalawat kepada kami yaitu ahlul bait, hendaklah dia mengucapkan “Allahumma shalli ‘ala muhammadin wa azwajihi ummahatul mukminin wadzurriyyatihi wa ahli baitihi kama shallaita ‘ala ali Ibrahim innaka hamidun majid” (Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad, para istrinya yaitu ibu bagi orang-orang yang beriman, keturunannya dan ahlu baitnya sebagaimana Engkau limpahkan kesejahteraan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung).”

Shalawat Singkat kepada Nabi

Telah dilakukan oleh orang-orang shalih terdahulu, di antaranya adalah para ahli hadits yang menyebutkan dua kalimat shalawat singkat: shallallahualaihi wa sallam atau ‘alaihis shalatu wassalam.

Kedua kalimat ini telah memenuhi kitab-kitab hadits. Bahkan mereka mengumpulkan dalam berbagai tulisan mereka wasiat agar senantiasa menjaga dua kalimat tersebut dengan menggabungkan shalawat dan salam atas beliau ﷺ.

Imam Ibnu Shalah mengatakan dalam bukunya ‘Ulumul Hadits, “Seharusnya para penulis hadits senantiasa menjaga dan jangan melupakan untuk menuliskan shalawat dan salam kepada Rasulullah ﷺ ketika menyebut namanya. Hendaknya tidak bosan untuk menuliskannya ketika nama beliau ﷺ muncul berulang kali. Adalah faidah terbesar yang diupayakan oleh para pencari dan penulis hadits. Barang siapa lalai darinya berarti telah menyia-nyiakan keutamaan yang besar.”

Sampai kepada perkataan beliau “agar menghindari dua bentuk kekurangan dalam bershalawat yaitu pertama kurang dalam penulisan, ditulis dengan dua huruf atau semisalnya dalam bentuk singkatan. yang ke dua kekurangan dalam hal makna, tidak menulis wasallam akan tetapi ini hanya didapati pada buku-buku zaman dahulu.

Imam Nawawi dalam bukunya Al-Adzkar mengatakan, “Apabila salah seorang dari kalian bershalawat atas Nabi ﷺ, maka gabungkanlah antara shalawat dan salam, tanpa mengurangi salah satunya, seperti hanya mengatakan shallallahu ‘alaihi atau hanya ‘alaihi assalam saja.”

Dinukil dari Ibnu Katsir di akhir tafsir surat Al-Ahzab dalam buku Tafsir-nya: “Inilah yang dimaksud seperti apa yang dikatakan dalam ayat ( يا أيها الذين ءامنو صلوا عليه وسلموا تسليما ) maka yang utama adalah mengucapkan: shallallahu ‘alaihi wa sallimu taslima.”

Fairuz Abadi dalam bukunya assholaat wal bisyr: “Tidak seharusnya menyingkat shalawat, sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang yang malas serta bodoh dan awwam, mereka menyingkat shol’am sebagai singkatan dari sollallahu ‘alaihi wasallam

Keutamaan Bershalawat atas Nabi Muhammad

Keutaman bershalawat kepada Nabi ﷺ telah banyak disebutkan dalam hadits-hadits sebagaimana yang telah dikumpulkan oleh Al-Hafizh Ismail bin Ishaq Al-Qadhi dalam bukunya tersendiri. Al-Hafizh Ibnu Hajar telah menunjukkan dalam kitab beliau Fathul Baari, dalam penjelasannya tentang hadits cara bershalawat kepada Nabi ﷺ yang disebutkan oleh Bukhari dalam kitab Ad-Da’awat dari bukunya Shahih al-Bukhari dari yang shahih sampai kepada jayyid dari hadits-hadits tentang keutamaan bershalawat atas Nabi ﷺ.

Al-Hafizh Ibnu Hajar adalah orang yang ahli dalam penelitian hadits dan pengetahuannya luas tentang pembukuan sunnah nabawiyyah (hadits-hadits Nabi ﷺ). Kami menyebutkan apa yang beliau sampaikan dalam pembahasan ini, beliau berkata, “Keutamaan bershalawat atas Nabi ﷺ berpegang pada dalil disebutkannya perintah untuk bershalawat dan perhatian para sahabat dengan mempertanyakan tentang bagaimana cara bershalawat atas beliau ﷺ. Disebutkan secara langsung keutamaan shalawat dalam hadits-hadits yang kuat yang mana Imam Bukhari selalu mengutipnya.”

Di antara keutamaan bershalawat atas Nabi ﷺ adalah sebagai berikut:

  1. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurarirah secara marfu’

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا (رواه مسلم)

Abu Hurairah menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.”

Dari beliau melalui Anas disebutkan Musnad Ahmad dan Musnad an-Nasai yang disahihkan oleh Ibnu Hibban:

عَنْ أَبِي طَلْحَةَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ أَصْبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا طَيِّبَ النَّفْسِ يُرَى فِي وَجْهِهِ الْبِشْرُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَصْبَحْتَ الْيَوْمَ طَيِّبَ النَّفْسِ يُرَى فِي وَجْهِكَ الْبِشْرُ قَالَ أَجَلْ أَتَانِي آتٍ مِنْ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ فَقَالَ مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ مِنْ أُمَّتِكَ صَلَاةً كَتَبَ اللَّهُ لَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ وَمَحَا عَنْهُ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَهَا. (رواه أحمد)

Abu Thalhah Al-Anshari berkata, Rasulullahi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu pagi terlihat tenang jiwanya dan terlihat keceriaan di wajahnya, para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, Anda terlihat hari ini begitu tenang dan begitu bersinar di wajah Anda?” Beliau bersabda, “Pasti, karena telah datang kepadaku seorang utusan dari Rabb-ku ‘Azza wa Jalla dan berkata, ‘Barangsiapa yang bershalawat atasmu dari umatmu satu kali, maka Allah akan mencatat baginya sepuluh kebaikan, menghapus sepuluh kejelekan, dan mengangkat baginya sepuluh derajat.’ Beliau mengulanginya dengan lafal yang sama.”

2. Hadits Ibnu Mas’ud:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً. (رواه الترمذي)

Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku.” Dihasankan oleh Tirmidzi dan disahihkan Ibnu Majah.

Hadits yang lebih spesifik diriwayatkan oleh Baihaqi dari Abu Umamah: “Shalawat umatku diperlihatkan kepadaku pada setiap hari Jumat, barang siapa yang paling banyak shalawatnya atasku, maka dialah orang yang paling dekat kedudukannya denganku.”

Disebutkan mengenai perintah agar memperbanyak shalawat pada hari Jumat diriwayatkan dari hadits Aus bin Aus, dalam musnad Ahmad dan Abu Dawud dan disahihkan Ibnu Hibban dan Hakim.

3. Hadits lain

الْبَخِيلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ ثُمَّ لَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه أحمد)

“Orang yang bakhil itu adalah orang yang jika namaku disebut di dekatnya, namun dia tidak bershalawat kepadaku.” Yaitu tidak mengucapkan bacaan: SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM.

Diriwayatkan oleh Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Hibban, Hakim, dan Ismail Al-Qodhi, dan Atnab dalam takhrij penjelasan tentang perselisihan hadits ini, dari hadits Ali dan hadits dari Husain, anaknya.

4. Kemudian hadits Nabi:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَسِيَ الصَّلَاةَ عَلَيَّ خَطِئَ طَرِيقَ الْجَنَّةِ. (رواه ابن ماجة)

Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa lupa bershalawat kepadaku, maka ia akan keliru menempuh jalan ke surga. “

Dikeluarkan oleh Ibnu Majah, dari Ibnu Abbas; Baihaqi dalam AsSyu’ab dari Abu Hurairah; Ibnu Abi Hatim dari Jabir, dan Thabrani dari Husain bin Ali. Riwayat ini saling mendukung satu dengan yang lainnya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ. (رواه الترمذي)

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celakalah seseorang ketika aku disebut-sebut di depannya dan ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku.

Hadits Abu Hurairah dengan lafal: “Barang siapa yang apabila disebut namaku di sisinya dan tidak bershalawat atasku kemudian wafat maka ia masuk neraka dan jauh dari pertolongan Allah.”

Hadits Ka’ab bin ‘Ujrah dengan lafal: “Binasalah orang yang apabila disebutkan namaku padanya dan tidak bershalawat atasku.”

Thabrani dari hadits Jabir: “Sengsaralah seorang hamba apabila disebutkan namaku padanya tidak bershalawat atasku.”

Abdurrozzaq meriwayatkan dari Qatadah secara mursal: “Merupakan hal yang aneh jika disebutkan namaku di sisi seseorang akan tetapi tidak bershalawat atasku.”

5. Hadits Ubai bin Ka’ab:

عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ عَنْ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَهَبَ ثُلُثَا اللَّيْلِ قَامَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا اللَّهَ اذْكُرُوا اللَّهَ جَاءَتْ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ قَالَ أُبَيٌّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلَاةَ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلَاتِي فَقَالَ مَا شِئْتَ قَالَ قُلْتُ الرُّبُعَ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قُلْتُ النِّصْفَ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قَالَ قُلْتُ فَالثُّلُثَيْنِ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قُلْتُ أَجْعَلُ لَكَ صَلَاتِي كُلَّهَا قَالَ إِذًا تُكْفَى هَمَّكَ وَيُغْفَرُ لَكَ ذَنْبُكَ. (رواه الترمذي)

Ubai bin Ka’ab berkata, “Bila dua pertiga malam berlalu, Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam bangun lalu bersabda, “Wahai sekalian manusia, ingatlah Allah, ingatlah Allah, tiupan pertama datang dan diiringi oleh tiupan kedua, kematian datang dengan yang ada padanya, kematian datang dengan membawa segala kelanjutannya, kematian datang dengan membawa segala kelanjutannya.” Berkata Ubai, ‘Wahai Rasulullah, aku sering membawa shalawat untuk engkau, lalu seberapa banyak aku bershalawat untuk dirimu? Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam menjawab, “Terserah.” Aku bertanya: Seperempat? Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam menjawab: “Terserah, jika kau tambahi itu lebih baik bagimu.” Aku bertanya: Setengah? Beliau menjawab: “”Terserah, jika kau tambahi itu lebih baik bagimu.” Aku bertanya: Dua pertiga?”Terserah, jika kau tambahi itu lebih baik bagimu.” Aku berkata, Aku akan menjadikan seluruh doaku untuk baginda. Beliau bersabda, “Kalau begitu, kau dicukupkan dari dukamu dan dosamu diampuni.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan selainnya dengan sanad hasan.

Hadits-hadits di atas merupakan hadits yang jayyid di antara hadits-hadits yang dha’if (lemah) tentang keutamaan bershalawat atas Nabi ﷺ. Adapun yang membuat kisah-kisah palsu dalam masalah ini sangatlah banyak dan tidak terhitung, dan hadits yang kuat lebih dari itu.

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan yang dimaksud dengan shalawat dalam hadits Ubai bin Ka’ab “bagaimana jika kujadikan untukmu dari shalawatku” adalah doa.

Buku yang Membahas tentang Shalawat Nabi

Para ulama sangat perhatian terhadap ibadah yang agung ini. Mereka pun menuliskan buku yang khusus membahas tentangnya. Orang pertama yang diketahui menulis tentang hal ini adalah Al-Imam Ismail bin Ishaq Al-Qadhi (wafat 282 H) dan nama bukunya adalah (Fadhlu As-Sholati ‘alan Nabi ﷺ) “keutamaan bershalawat atas Nabi ﷺ”. Bukunya telah dicetak dan ditahqiq oleh Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Tercakup di dalamnya 107 hadits seluruhnya bersambung sanadnya.

Buku lainnya Jalaul Afham fis Shalati was Salam ‘ala Khairil Anam yang ditulis oleh Ibnul Qayyim. Ada juga buku Assholatu wal Busyra fi Shalati ‘ala Khairil Basyar yang ditulis oleh Fairuz Abadi pengarang kamus. Al-Qaulul Badi’ fis Shalati ‘alal Habibi As-Syafi’ yang ditulis oleh Sakhawi (wafat 209 H). Beliau telah menyelesaikan bukunya beserta penjelasannya tentang shalawat atas Nabi ﷺ; banyak sekali disebutkan dalam buku ini secara berurutan. Disebut juga buku Jala-ul Afham yang ditulis oleh Ibnul Qayyim. Saya tunjukkan daftar buku-buku di atas, kemudian beliau berkata, ”Yang terbaik dalam penyusunan kata dan yang paling banyak faidahnya adalah buku yang kelima yaitu bukunya Ibnul Qayyim.”

Saya katakan, buku itu merupakan buku yang benar. Penulisnya mengumpulkan hadits-hadits Nabi ﷺ tentang ibadah yang agung ini. Pembahasan tentang hal ini ada yang shahih dan ada yang lemah, pemahaman dan istinbath, dan beliau telah mengatakan dalam muqaddimahnya, “Dan ini merupakan buku yang memiliki makna tersendiri, belum ada sebelumnya dalam buku-buku semisalnya dalam hal faidah-faidah yang banyak serta melimpah. Di dalamnya kami menjelaskan hadits-hadits yang berkenaan dengan shalawat atas Nabi ﷺ baik yang shahih maupun hasan dan yang bermasalah. Kami juga telah menjelaskan hadits-hadits yang bermasalah itu dengan penjelasan yang tepat. Kemudian rahasia yang dimiliki doa/shalawat ini serta kemuliaannya dan segala hukum dan faidah yang terkandung di dalamnya dan hadits yang semisal tentang shalawat atas Nabi ﷺ serta penempatannya, kemudian pembahasan tentang tingkat kewajibannya, serta perbedaan pendapat para ulama, dan mengutamakan hadits yang harusnya diutamakan (tarjih ar-rajih), dan melemahkan hadits yang lemah, dan penyampaian kitab sesuai dengan sifat penulisnya dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”

Ada juga buku tentang shalawat atas Nabi ﷺ yang tidak berlandaskan ilmu. Di dalamnya dimuat tentang keutamaan serta cara bershalawat atas Nabi ﷺ yang tidak berasal dari syariat Allah dan rasul-Nya. Itulah buku Dalailu Al-Khairat ditulis oleh Jazuli (wafat 854 H).

Yang memprihatinkan buku ini telah tersebar di penjuru dunia. Penulis buku Kasyfi Adz-Dzunun berkata, “Dalailul-Khairat dan Syawarikul-Anwar fi Dzikris-Shalati ‘alan Nabiyyil-Mukhtar diawali dengan kalimat: “segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kita kepada iman…….(sampai dengan selesai). Ditulis oleh Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Abu Bakar Al-jazuli As-Samlali As-Ayarif Al-Husni (wafat 854). Menurutnya buku ini merupakan salah satu tanda dari tanda-tanda keagungan Allah dalam hal shalawat atas Nabi ﷺ, karena dibaca oleh banyak orang dari timur hingga barat bahkan Roma.”

Saya katakan bahwa diterimanya buku ini oleh banyak orang dan banyak di antara mereka yang membacanya bukan karena mengetahui dasar akan hal ini. Tetapi disebabkan karena sikap mengekor dengan kebodohan seseorang di antara mereka. Hal ini disebutkan oleh Syaikh Muhammad al-Khadir bin Mayabi As-Syinqithi dalam buku beliau Musytaha Al-Harif al-Jani fi Raddi Zalaqtit-Tijani al-Jani. Beliau membantah At-Tijani, “Sesungguhnya manusia gemar akan hal yang aneh, oleh karenanya kalian melihat mereka selalu menyukai shalawat-shalawat yang dikiranya berdasarkan dalil yang menunjukkan kebaikan dan keutamannya, padahal kebanyakan dalil-dalil itu tidak memiliki sanad yang shahih. Mereka justru tidak menyukai shalawat-shalawat yang berasal dari Nabi ﷺ dalam Shahih al-Bukhari. Sedikit sekali kita dapati para masyayikh bershalawat yang berasal dari mereka, adapun apabila keutamaan itu sesuai dengan akal kemudian sesuai dengan shalawat yang berasal dari yang diajarkan Nabi ﷺ sebagaimana pertanyaan sahabat tentang cara bershalawat kemudian beliau  ﷺ berkata begini dan begitu. Tentulah apa yang beliau ﷺ katakan itu bukanlah dari hawa nafsunya, melainkan wahyu dari Allah Ta’ala. Karena itu saya katakan bagaimana pantas kita mengambil  shalawat yang tidak berlandaskan pada hadits shahih, bahkan mungkin hanya dari sebuah mimpi orang yang dianggap shaleh?!

Tidak diragukan lagi bahwa yang datang dari Rasulullah ﷺ dan yang diamalkan oleh para sahabat—dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan benar—merupakan jalan yang lurus serta cara yang benar. Faidah bagi yang mengambilnya adalah kebenaran sedangkan keburukan akan dihilangkan. Nabi ﷺ telah bersabda dalam hadits yang disepakati kesahihannya yang diriwayatkan dari Aisyah bahwa Nabi ﷺ bersabda,

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. (رواه مسلم)

‘Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mengada-ngada sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kami, padahal kami tidak perintahkan, maka hal itu tertolak.”

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ. (رواه مسلم)

Barangsiapa mengamalkan suatu perkara yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak.”

Nabi juga bersabda,

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ. (رواه أحمد)

“Hendaklah kalian berpegang pada sunahku dan sunah Khulafa’u Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah dengan gigi geraham kalian. Hindarilah hal-hal yang baru (dalam agama), sesungguhnya setiap hal yang baru (dalam agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah ada sesat.”

Nabi ﷺ telah mengingatkan ummatnya agar tidak berlebihan dalam bershalawat, beliau bersabda dalam haditsnya,

لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ. (رواه البخاري)

Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nashrani mengkultuskan ‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah ‘abdullahi wa rasuluhiu (hamba Allah dan utusan-Nya).”

Tatkala seseorang berkata ما شاء الله وشئت (atas kehendak Allah dan engkau) maka Nabi ﷺ bersabda,

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا شَاءَ اللَّهُ وَشِئْتَ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجَعَلْتَنِي وَاللَّهَ عَدْلًا بَلْ مَا شَاءَ اللَّهُ وَحْدَهُ. (رواه أحمد)

Apakah engkau hendak menyamakan diriku dengan Allah?! Cukup kau ucapkan; ‘Sesuai kehendak Allah semata.

Buku Dalailu al-Khairat di dalamnya terdapat hadits-hadits palsu, serta hadits-hadits lemah. Di dalamnya juga terdapat hal yang melampaui batas. Ada hal-hal yang terjatuh kepada perkara yang tidak diridhai Allah dan Rasul-Nya yaitu sesuatu yang asing yang tidak ada jalan terang dari para pendahulu yang mengikuti para sahabat Nabi ﷺ dengan baik dan benar.

 

كيفيات مبتدعة في كتاب (دلائل الخيرات)

Bentuk kebid’ahan yang ada dalam buku Dalaailu al-khoiroot

Berikut aka saya tunjukkan beberapa bentuk kebid’ahan yang terdapat dalam buku Dalaailu al-khoiroot tentang cara/bentuk bershalawat atas Nabi ﷺ yang mulia, keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan benar sampai hari kiamat. Kemudian juga hadits-hadits palsu yang terdapat dalam buku ini tentang keutamaan bershalawat atas beliau ﷺ, yang tidak pernah keluar dari mulut beliau yang mulia, diantara shalawat yang terdapat dalam buku ini adalah:

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد حتى لا يبقى من الصلاة شيء، وارحم محمدا و آل محمد حتى لا يبقى من الرحمة شيء، وبارك على محمد وعلى آل محمد حتى لا يبقى من البركة شيء، وسلم على محمد حتى لا يبقى من السلام شيء .

“Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sampai tidak tersisa lagi satupun shalawat, dan berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sampai tidak tersisa lagi satupun rahmat, dan berilah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sampai tidak tersisa lagi satupun berkah, dan berilah keselamatan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sampai tidak lagi tersisa satupun salam”.

Maka perkataannya: “sampai tidak tersisa satupun shalawat, rahmat, barokah dan salam”, ini merupakan seburuk-buruk perkataan, serta seburuk-buruk kebathilan, karena semua itu tidak akan habis disisi Allah ta’ala.

Bagaimana Jazuli bisa mengatakan “sampai tidak lagi tersisa satupun rahmat” sedangkan Allah ta’ala berfirman:

وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ 

Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (Al-Quran Surat Al-A’raf:156)

Dan ia mengatakan dalam bukunya di halaman 71,

اللهم صل على سيدنا محمد بحر أنوارك، ولسان حجتك، وعروس مملكتك، وإمام حضرتك، وطراز ملكك وخزائن رحمتك……إنسان عين الوجود والسبب في كل موجود…

“Ya Allah berilah shalawat kepada tuan kami Muhammad lautan cahaya-Mu, dan lisan sebagai hujjah-Mu, pangeran kerajaan-Mu, imam dihadapanMU, lukisan rajaanMu, dan lumbung rahmatMu, ………, manusia penyebab segalanya ada

Kemudian di halaman 64:

اللهم صل على من تفتقت من نوره الأزهار ……اللهم صل على من اخضرة من بقية وضوئهالأشجار، اللهم صل على من فاضت من نوره جميع الأنوار

“Ya Allah berilah shalawat kepada yang membelah sinar dengan cahayanya ……….. Ya Allah berilah shalawat kepada yang dengan bekas wudhunya pohon-pohon menjadi hijau, Ya Allah berilah shalawat kepada yang dengan sinarnya cahya menjadi penuh “.

Shalawat-shalawat di atas sesungguhnya yang didalamnya terdapat suatu hal yang berlebih-lebihan yang Nabi ﷺ sendiri tidak ridho dengan hal itu, sebagaimana sabda beliau ﷺ:

لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ. (رواه البخاري)

“Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nashrani mengkultuskan ‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah ‘abdullahu wa rasuuluh (hamba Allah dan utusan-Nya”). (H.R. Bukhari).

Al-Jazuli juga mengatakan di halaman 144-145 dalam bukunya:

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد ما سجعت الحمائم، وحمت الحوائم وسرحت البهائم، ونفعت التمائم وشدة العمائم، ونمت النمائم

Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad yang menyebabkan tumbuhnya tumbuh-tumbuhan, ………………. merumputnya hewan ternak, menjadi bermanfaat jimat-jimat, kuatnya serban, dan orang menjadi tidur.

Adapun dalam perkataannya “menjadi bermanfaat jimat-jimat” adalah menyanjung jimat padahal Nabi ﷺ telah mengharamkannya, beliau bersabda,

مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيمَةً فَلَا أَتَمَّ اللَّهُ لَهُ وَمَنْ تَعَلَّقَ وَدَعَةً فَلَا وَدَعَ اللَّهُ لَهُ. (رواه أحمد)

“Barangsiapa mengantungkan Tamimah (jimat) niscaya Allah tidak akan menyempurnakannya untuknya. Dan barangsiapa mengantungkan Wada’ah (sejenis rumah kerang/siput) maka Allah akan menelantarkan baginya.” (H.R. Ahmad).

 

نماذج مما في كتاب (دلائل الخيرات) من الأحاديث الموضوعة

Contoh-contoh dari hadits-hadits palsu dalam buku Dalaailu al-khoiroot

Berikut akan saya sebutkan beberapa hadits palsu dan sangat lemah serta perkataan/tanggapan para ulama mengenai hadits yang terdapat dalam buku ini, kami hanya memberikan beberapa contoh tidak seluruhnya.

Disebutkan di halaman 15: diriwayatkan dari Nabi ﷺ bahwasanya beliau bersabda, “barang siapa bershalawat atasku dalam bentuk pengadungan atas hakku, maka Allah menciptakan untuknya dari ucapannya itu malaikat yang memiliki sayap yang satunya meliputi timur dan sebelahnya meliputi barat, kedua kakinya berpijak dilapisan bumi ketujuh yang paling bawah, dan lejernya membungkuk dibawah ‘Arsy, dan Allah ta’ala berfirman: “bershalawatlah atas hambaku sebagaimana ia telah bershalawat atas NabiKu, maka ia (malaikat) bershalawat atasnya sampai hari kiamat”.

Dan ia juga mengatakan di halaman 16: “Nabi ﷺ bersabda, “tidaklah seorang hamba bershalawat atasku kecuali shoalawat itu keluar dari mulutnya secara cepat, maka tidaklah daratan, lautan, dari timur hingga barat kecuali dilewatinya seraya berkata “aku adalah shalawat fulan bin fulan, trlah bershalawat atas Muhammad yang terpilih, sebaik-baik ciptaan Allah. Dan tidak tersisa sedikitpun kecualai sampai padanya, dan diciptatan dari shalawat itu seekor burung yang memiliki 70.000 sayap, disetiap sayap itu terdapat 70.000 bulu, dan disetiap bulu tersebut terdapat 70.000 wajah, dan disetiap wajah itu memiliki 70.000 mulut, dan disetiap mulut memiliki 70.000 lidah yang bertasbih dan memuji Allah ta’ala dengan 70.000 bahasa, dan Allah tuliskan pahala baginya seluruhnya.”

Kedua hadits di atas merupakan hadits yang terdapat dalam buku Dalaailu al-khoiroot, sesuai dengan perkataan Al-‘allamah Ibnul Qoyiim dalam buku beliau Al-manarul Munif: “Hadits-hadits palsu terdiri atas ketidakjelasan dan  kelemahan,  menunjukkan akan kepalsuannya. Kemudian beliau memberikan bebrapa contoh kemudian berkata, “kami menghimbau kepada seluruhnya agar mengetahui perkara akan kepalsuan sebuah hadits, diantaranya: muatan isinya serampangan sebagaimana contoh hadits yang tidak pernah dikatakan oleh Nabi ﷺ sangatlah banyak, sebagaimana hadits dusta berikut ini: “Barang siapa yang mengucapkan Laa ilaaha illAllah maka Allah menciptakan dari kalimat itu seekor burung yang memiliki 70.000 lisan, dan setiap lisan memiliki 70.000 bahasa memintakan ampun baginya. Barang siapa yang mengerjakan ini dan itu di surga akan diberi 70.000 kota, disetiap kota terdapat 70.000 isatana, disetipa istana terdapat 70.000 pohon.

Hadits palsu semacam ini tidaklah lepas dua kemungkinan, yaitu bisa disebabkan karena kebodohan, atau perbuatan orang-orang zindiq yang bermaksud merendahkan Nabi ﷺ dengan menambahkan dan menyandarkan kalimat seperti ini kepada beliau.            Diantara ulama kontemporer yang menghukumi kebathilan hadits semacam ini adalah Abu Fadl abdulloh as-shodiq al-ghomari, beliau mengatakan dalam komentarnya terhadap buku Bisyaratul Mahbub bi takfiiri zd-dunub  yang diutlis oleh Adzroi pada halaman 125: “perhatian: datang dari berbagai hadits, “barang siapa yang melakukan ini dan itu maka Allah akan menciptakan dari apa yang ia lakukan seorang malaikat yang betasbih atau bertahmid, maka semua itu adalah hadits-hadits yang bathil.” Begitulah yang beliau katakan dalam hal ini. Walaupun begitu beliau menyanjung buku Dalaaili al-khoirot dengan sanjungan yang baik, sebagaimana yang tertulis dalam bukunya Khowaatir diiniyyah beliau menyifatinya bagaikan mengikuti jejak matahai (artinya beliau tidak menghinanya)

عظم شأن السّنّة في نفوس السلف وبيان سر انتصارهم على أعدائهم بخلاف حال المسلمين اليوم

Keagungan sunnah pada diri orang-orang sholeh terdahulu serta penjelasan rahasia dari pertolongan mereka terhadap sunnah dari para musuh-musuh, berbeda halnya dengan keadaan kaumm muslimin pada saat ini            Saya akhiri penyampaian saya ini dengan penetapan tentang apa yang saya tulis dalam syarah hadits Ka’ab bin ‘Ujroh mengenai bagaimana cara bershalawat atas Nabi ﷺ  yaitu hadits ke 19 dari 20 hadits yang saya pilih dari hadits-hadits shohih Muslim yang telah saya cetak dengan judul ‘isyruuna haditsan min shohihi muslim dirosatu asaanidiha wa syarhu mutuniha kalimat itu adalah:Perkataan Ka’ab bin Ujroh kepada Abi Laila: “maukah kamu aku beri sebuah hadiah….” ini menunjukkan bahwa hadits-hadits Rasulullah ﷺ serta mengetahui sunnah beliau dan merealisasikannya merupakan hal yang sangat berharga bagi mereka dan paling mereka cintai oleh mereka.Oleh karenanya Ka’ab mengatakan perkataan yang membuat orang yang mendengarnya perhatian terhadap apa yang akan disampaikan kepadanya, dan bersiap-siap untuk memahaminya, dan mempersiapkan dirinya untuk disampaikan kepadanya hadits tersebut.

Para salaf mereka sangat perhatian terhadap sunnah Nabi ﷺ, mereka bersunguh-sungguh terhadapnya dan itu merupakan hadiah yang paling berharga bagi mereka, yang mana tertancap dalam hati mereka kecintaan dan perjuangan dalam merealisasikannya dalam kehidupan, mereka adalah pemimpin ummat, dan mereka adalah pusat perhatian dunia, dan mereka adalah penolong dari para musuh yang menyelisi mereka, dan kekuatan dan kemenangan mereka untuk islam dan kaum muslimin, sebagaimana firman Allah ta’ala:

إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ 

“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Al-Quran Surat Muhammad:7)

Kebalikan dari itu semua, sebagaimana yang telah kita lihat bersama apa yang terjadi pada zaman ini, sesuatu yang menyakitkan dimana mereka saling tidak memberi pertolongan, disintegrasi (saling berpecah belah), zuhud terhadap mempelajari ilmu syariah dan menjauhinya, kecuali orang-orang yang diberi pertolongan oleh Allah dan itupun hanya sedikit, jika begitu maka tidak menjadi pertimbangan dan tidak menjadi perhitungan para musuh,  dan memandang kaum muslimin tidak memiliki bobot, padahal dahulu mereka sangat takut segan,.            Apabila orang yang berakal memperhatikan apa yang terkandung dalam hadits yang mulia dari penjelasan tentang nilai dari sunnah Nabi pada diri salafus sholih, serta agungnya kedudukannya pada diri mereka. Dan itu merupakan hadiah yang paling berharga bagi mereka, kemudiam melihat kepada keadaan orang-orang yang  menisbatkan diri kepada islam pada saat ini, serta apa yang menimpa mereka dari keadaan zuhud terhadap syariah dan berhukum dengan selainnya. Saya katakan: apabila seorang berakal memperhatikan keadaan mereka dengan keadaan para salafus sholih, maka akan didapati rahasia apa yang membuat mereka menjadi orang-orang yang ditolong oleh Allah, padahal jumlah serta perlengkapan salafus sholih sedikit, dan mereka memukul mundur para musuh yang mereka begitu banyak.  Maka kaum muslimin tidak akan kembali memiliki wibawa dihadapan para musuh kecuali kembali kepada Al-quran yang mulia dan sunnah Nabi ﷺ yang suci. Dan membuang undang-undang yang diadopsi, dan lain sebagainya dan berbagai hal yang rendah yang berasal dari luar islam, serta membersihkan diri mereka dan negara mereka dari hal itu.  Saya meminta kepada Allah yang maha mulia agar memberikan petunjuk kepada kaum muslimin agar kembali kepada kitabullah dan sunnah Nabi ﷺ agar mereka menang dengan sebab-sebab yang benar serta agar memeproleh pertolongan dan kemenangan atas musuh-musuh, sesunggguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa dan segala puji bagi Allah ta’ala.

Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ;ala aali Muhammad kama shollaita ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali Ibrohim, innaka hamidummajiid, Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kama baarokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali Ibrohim innaka hamiidummajid

[1] “Bershalawat” artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mu’min berarti berdo’a supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan:”Allahuma shalli ala Muhammad”.

[2] Dengan mengucapkan perkataan seperti:”Assalamu’alaika ayyuhan Nabi” artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu hai Nabi.

[3] ‌‌Sebutannya adalah Abu Aliyah al-Hadhrami di dalam Al-Kuni oleh Al-Baghawi namanya adalah Harmalah. (Al-Ishabah fi Tamyizis Shahabah karya Ibnu hajar al-Asqalani jilid VII halaman 237). Ed.

 

Disadur secara bebas oleh:  Al-Ustadz Abu Nida’ Chomsaha Shofwan, Lc.

Judul Terjemahan: JANGAN PELIT BERSHALAWAT KEPADA RASULULLAH

Editor   : @rimoesta

Judul Asli:  Fadhlus Shalati ‘alan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wa bayanu Ma’naha wa Kaifiyatuha (hal 3-33), Penulis: Syaikh Prof. Dr. Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbad al-Badr

 

 

 

CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus (0 )