SEBUAH KEMATIAN YANG INDAH

SEBUAH KEMATIAN YANG INDAH

Kematian itu menyakitkan. Kematian itu menyedihkan. Terasa menyakitkan bagi orang yang sakaratul maut. Menyedihkan bagi kerabat yang ditinggalkan. Meski menyakitkan kita berharap kiranya kematian kita menjadi akhir kehidupan yang indah. Husnul khatimah.

Husnul khatimah adalah akhir kehidupan yang baik. Seperti apakah itu? Yaitu sebelum meninggal seorang hamba diberi taufiq untuk menjauhi semua yang dapat menyebakan kemurkaan Allah ta’ala. Dia bertobat dari dosa dan maksiat. Bersemangat melakukan ketaatan dan perbuatan baik, hingga akhirnya ia meninggal dalam kondisi demikian.

Hadits sahih dari Anas bin Malik menyebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ، قاَلُوُا: كَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ؟ قَالَ: يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ مَوْتِهِ.

“Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, maka Ia akan mempekerjakannya. Para sahabat bertanya, ‘Bagaimana Allah mempekerjakannya?’ Beliau bersabda, “Allah akan memberi  taufik untuk berbuat kebaikan sebelum kematiannya.”[1]

 

Tanda-Tanda Husnul Khatimah

Tanda itu di antaranya ada yang hanya diketahui oleh orang yang sedang sakaratul maut. Ada pula tanda yang diketahui oleh orang lain. Tanda husnul khatimah yang hanya diketahui hamba yang mengalaminya yaitu diterimanya kabar gembira saat sakaratul maut. Anugerah Allah berupa ridha-Nya.

Allah berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”” [Surat Fushilat : 30]

Kabar gembira tersebuat terlihat pada orang-orang yang beriman saat kematiannya, ketika di dalam kuburannya, dan waktu mereka dibangkitkan dari kubur. Dalilnya adalah hadits yang diceritakan Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ٬ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ. فَقُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ! أَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ٬ فَكُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ؟ فَقَالَ: لَيْسَ كَذَلِكِ٬ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللَّهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ٬ وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ اللَّهِ وَسَخَطِهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ.

Barangsiapa senang untuk bertemu dengan Allah, maka Allah juga senang untuk bertemu dengannya. Dan barangsiapa benci untuk bertemu dengan Allah, maka Allah juga benci untuk bertemu dengannya.”

Aku bertanya, “Wahai Nabi Allah, apakah itu termasuk perasaan benci kepada kematian, sementara kita membenci kematian itu?” Nabi menjawab,  “Bukan seperti itu, melainkan orang mukmin ketika mendapatkan kabar gembira akan memperoleh rahmat, ridha, dan surga Allah, maka ia senang untuk bertemu dengan Allah. Allah pun senang untuk bertemu dengannya. Adapun orang kafir ketika mendapatkan kabar gembira akan mendapatkan adzab dan murka Allah, maka ia benci untuk bertemu dengan Allah. Allah pun benci untuk bertemu dengannya.”[2]

Imam Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam menjelaskan makna hadits di atas, “Maksud hadits tersebut bukanlah sikap membenci kematian dan kedahsyatannya, karena siapapun tentu tidak suka kematian. Yang dicela adalah kecenderungan yang besar terhadap dunia sehingga membuat seseorang enggan kembali kepada Allah dan negeri akhirat. Hal itu ditunjukkan dengan celaan Allah terhadap suatu kaum karena kecintaan mereka pada dunia, firman-Nya:

إِنَّ ٱلَّذِينَ لَا يَرۡجُونَ لِقَآءَنَا وَرَضُواْ بِٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَٱطۡمَأَنُّواْ بِهَا وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنۡ ءَايَٰتِنَا غَٰفِلُونَ ٧ أُوْلَٰٓئِكَ مَأۡوَىٰهُمُ ٱلنَّارُ بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ٨

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” [QS. Yunus : 30]

Imam An-Nawawi berkata, “Makna hadist tersebut ialah bahwa rasa suka atau benci yang dimaksud secara syariat adalah rasa yang muncul ketika nyawa seseorang dicabut, yaitu ketika pintu taubat telah tertutup, hijab dibukakan, dan segala yang akan dihadapinya telah diperlihatkan.”[3]

Tanda-tanda seseorang mendapatkan husnul khatimah (akhir hidup yang baik)  itu beragam. Sebagian ulama mencoba menggambarkan tanda-tanda itu berdasarkan dalil-dalil yang menjelaskannya. Sebagian tanda-tandanya adalah:

Mengucapkan syahadat ketika meninggal

Hal ini ditunjukkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Al-Hakim bahwa Rasulullah g bersabda,

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلامِهِ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah ‘Laa ilaaha illallaah’ maka ia akan masuk Surga.”[4]

 

Basah keringat di dahi

Maksudnya, ketika seorang mukmin meningggal dunia, kening dan dahinya mengeluarkan keringat. Dikisahkan dari Buraidah bin Al-Hashib bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَوْتُ الْمُؤْمِنِ بِعَرَقِ الْجَبِينِ

Seorang mukmin itu meninggal dunia dengan dahi yang berkeringat.”[5]

 

Meninggal pada hari Jumat

Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ

Tidaklah seorang muslim meninggal dunia di hari Jum’at atau pada malam Jum’at kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.”[6]

 

Meninggal di jalan Allah

Termasuk di dalamnya adalah syahid di medan perang, meninggal karena terkena wabah, meninggal karena sakit perut, atau korban tenggelam. Rasulullah bersabda di hadapan para sahabatnya,

مَا تَعُدُّوْنَ الشَّهِيْدَ فِيْكُمْ؟ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ. قَالَ: إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيْلٌ. قَالُوْا: فَمَنْ هُمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ, وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ مَاتَ فيِ الطَّاعُوْنَ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَالْغَرِيْقُ شَهِيْدٌ

Siapa yang terhitung syahid menurut anggapan kalian? Mereka menjawab, ‘Wahai Rasulullah, siapa yang terbunuh di jalan Allah itulah syahid.’ Beliau menanggapi, ‘Kalau begitu, syuhada dari kalangan umatku hanya sedikit.’ Bila demikian, siapakah mereka yang dikatakan mati syahid, wahai Rasulullah?’ tanya para sahabat. Beliau menjawab, ‘Siapa yang terbunuh di jalan Allah maka ia syahid, siapa yang meninggal di jalan Allah maka ia syahid, siapa yang meninggal karena penyakit tha’un (wabah) maka ia syahid, siapa yang meninggal karena penyakit perut maka ia syahid, dan siapa yang tenggelam ia syahid.”[7]

 

Meninggal karena tertimpa sesuatu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Orang yang mati syahid ada lima: orang yang mati karena tha’un (wabah), orang yang mati karena sakit perut yang dideritanya, orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan, dan orang yang mati syahid di jalan Allah.”[8]

 

Meninggal ketika melahirkan anaknya

Tentunya hanya kaum hawa yang mengalaminya. Diriwayatkan dari Ubadah bin Shamit bahwa Rasulullah  mengabarkan tentang orang yang mati syahid, beliau bersabda,

وَالْمَرْأَةُ يَقْتُلُهَا

جَمْعَاءَ شَهَادَةٌ (يَجُرُّهَا وَلَدُهَا بِسَرِرِهِ إِلَى الجَنَّةِ)

Dan wanita yang meninggal karena melahirkan anaknya masuk golongan syahid, (anak itu akan menariknya dengan tali pusarnya ke surga).”[9]

 

Meninggal karena terbakar atau radang selaput dada

Hal ini ditunjukkan dalam hadits dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam yang menyebutkan macam-macam orang yang mati syahid. Di dalamnya disebut termasuk orang yang mati karena terbakar. Demikian pula orang yang meninggal lantaran menderita radang selaput dada, yaitu bengkak yang meradang, nampak pada selaput yang ada di bagian dalam tulang-tulang rusuk. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

اَلشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى القَتْلِ فِي سَبِيْلِ اللهِ: اَلمَطْعُوْنَ شَهِيْدٌ وَ الغَرِيْقُ شَهِيْدٌ وَ صَاحِبُ ذَاتِ الجَنْبِ شَهِيْدٌ وَ المَبْطُونُ شَهِيْدٌ وَ صَاحِبُ الحَرِيْقِ شَهِيْدٌ وَ الَّذِي يَمُوْتُ تَحْتَ الهَدْمِ شَهِيْدٌ وَ المَرْأَةُ تَمُوْتُ بِجُمْعٍ شَهِيْدَةٌ

“Orang yang syahid itu ada tujuh kelompok selain yang mati di jalan Allah yaitu: mati terkena tha’un itu syahid, orang yang mati karena tenggelam adalah syahid, orang yang mati karena radang selaput dada adalah syahid, orang yang sakit perut kemudian mati adalah syahid, mati karena terbakar adalah syahid, orang yang tertimpa reruntuhan bangunan adalah syahid, dan wanita yang mati bersma dengan janinnya di dalam perut adalah syahid.” [10]

 

Meninggal karena membela diri dan agama

Sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah dalam sabdanya:

مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ أَوْ دُونَ دَمِهِ أَوْ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ

“Siapa yang dibunuh karena membela hartanya maka ia syahid, siapa yang dibunuh karena membela keluarganya maka ia syahid, atau karena membela darahnya, atau karena membela agamanya maka ia syahid.”[11]

 

Meninggal karena ribath (menjaga wilayah perbatasan)

Rasulullah bersabda,

رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ

“Berjaga-jaga sehari-semalam (di daerah perbatasan) lebih baik daripada puasa beserta shalat malamnya selama satu bulan. Seandainya ia meninggal, maka pahala amalnya yang telah ia perbuat akan terus mengalir, dan akan diberikan rezeki baginya, dan ia terjaga dari fitnah.”[12]

Orang-orang yang mendapatkan kabar gembira dengan hadits ini adalah yang bertugas sebagai penjaga keamanan dan penjaga perbatasan, baik di laut, di darat, ataupun di udara. Tentu saja bila tugas itu mereka jalankan dengan ikhlas dan hanya mengharap pahala dari Allah.

 

Meninggal saat melakukan perbuatan baik

Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah:

مَنْ قَالَ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ، خُتِمَ لَهُ بهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ صَامَ يَوْمًا ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بهَا، دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ تَصَدَّقَ بصَدَقَةٍ ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بهَا ، دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang meninggal sempat mengucapkan ‘La ilaha illallah’ ikhlas karena mengharap wajah Allah akan masuk surga, barangsiapa yang berpuasa pada suatu hari kemudian meninggal maka dia masuk surga, dan barangsiapa yang bersedekah ikhlas karena Allah kemudian dia meninggal saat itu akan masuk surga.”[13]

Demikian beberapa tanda husnul khatimah yang disimpulkan dari berbagai nash. Perlu dpahami bahwa terlihatnya salah satu di antara tanda-tanda itu pada satu mayit, tidak memastik dia menjadi penduduk surga. Namun itu sebagai pertanda baik baginya. Sebagaimana jika tanda-tanda itu tidak didapati pada satu mayit, maka janganlah divonis bahwa seseorang itu tidak baik. Semua ini merupakan masalah ghaib yang hanya diketahui oleh Allah.

 

Mencari Husnul Khatimah

Mendapatkan akhir kehidupan yang baik adalah harapan kita semua. Bagaimana cara agar kita mendapatkan akhir kehidupan yang baik? Berikut adalah hal-hal yang selayaknya kita tempuh:

  • Terpenting dan pokok adalah senantiasa melakukan ketaatan dan bertakwa kepada Allah. Merealisasikan tauhid dalam kehidupan. Menjauhi hal-hal yang diharamkan. Memperbanyak taubat dari perbuatan haram yang melumurinya. Menghindari tindakan yang paling diharamkan, kesyirikan, baik syirik besar maupun syirik kecil. Allah berfirman,

  إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا عَظِيمًا ٤٨

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [Surat An-Nisa` : 48]

  • Berdoa kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar diwafatkan dalam keadaan beriman dan bertakwa.
  • Mengerahkan segala kemampuan dalam memperbaiki diri secara lahir dan batin, niat dan maksudnya diarahkan untuk memperbaiki diri. Ketentuan Allah di alam ini telah berlaku. Allah memberikan taufik kepada orang yang mencari kebenaran. Allah akan mengokohkannya di atas kebenaran dan menutup amalnya dengan kebenaran itu.

Banyak hal kebaikan yang mesti kita biasakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan membiasakan kebaikan tersebut insyaallah, besar harapan kita Allah akan menganugerahkan akhir kehidupan yang baik, husnul khatimah. Sehingga sakitnya kematian itu menjadi indah karenanya, bukan sebaliknya terasa mengerikan. Amin.

Disadur secara bebas oleh Al-Ustadz Abu Nida Chomsaha Shofwan, Lc. dari buku Husnul Khatimah wa Su-uha halaman 5-10 karya Khalid bin Abdirrahman as-Syayi’ terbitan Darul Balansiyah Publishing cetakan pertama tahun 1422 H.

Editor: @rimoesta

[1] Musnad al-Imam Ahmad: no. 11768. Sunan Tirmidzi: no. 2068, dan dishahihkan oleh Al-Hakim dalam Mustadrak.

[2] Shahih al-Bukhari: no. 6026. Shahih Muslim: no. 4845.

[3] Fath al-Bari: juz 18; hal. 348.

[4] Al-Mustadrak, Imam al-Hakim: juz 4; hal. 389, no. 1769.

[5] Musnad al-Imam Ahmad: no. 21944. Sunan Tirmidzi: juz 4; no. 904.

[6] Sunan Tirmidzi: no. 994. Musnad al-Imam Ahmad: no. 6294.

[7] Shahih Muslim: no. 3539.

[8] Shahih al-Bukhari: no. 2617. Shahih Muslim: no. 3538

[9] Musnad al-Imam Ahmad: no. 15426.

[10] Hadits diriwayatkan oleh Suyuthi dari Jabir bin ‘Atik. Ditahqiq oleh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ nomor 3739.

[11] Sunan Abu Dawud: no. 4142. Sunan an-Nasai: no.4027.

[12] Shahih Muslim: no. 3537

[13] Musnad al-Imam Ahmad: 22235

CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus (3 )