SERI ADAB ISLAM 20 (TAMAT): ADAB-ADAB BERDO’A BAG.3

SERI ADAB ISLAM 20 (TAMAT): ADAB-ADAB BERDO’A BAG.3

18. Diharamkan Berlebih-Lebihan Dalam Memanjatkan Do’a

Alllah ta’ala berfirman :

ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas [549]. (Al-A’raf  : 55).

[549] Maksudnya: melampaui batas tentang yang diminta dan cara meminta.

Diriwayatkan :

عَنْ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مُغَفَّلٍ سَمِعَ ابْنَهُ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْقَصْرَ الْأَبْيَضَ عَنْ يَمِينِ الْجَنَّةِ إِذَا دَخَلْتُهَا فَقَالَ أَيْ بُنَيَّ سَلْ اللَّهَ الْجَنَّةَ وَتَعَوَّذْ بِهِ مِنْ النَّارِ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّهُ سَيَكُونُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الطَّهُورِ وَالدُّعَاءِ. (رواه أبوا داود)

Dari Abdullah bin Mughaffal pernah mendengar anaknya berdoa dengan mengucapkan; “Ya Allah, Sesungguhnya saya memohon kepadaMu istana putih di sisi kanan surga apabila saya memasukinya.” Maka Abdullah bin Mughaffal berkata; “Wahai anakku, mintalah surga kepada Allah dan berlindunglah kepadaNya dari neraka, sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya akan ada suatu kaum dari umat ini yang berlebih-lebihan dalam hal bersuci dan berdoa.” (HR. Ahmad (no.16359), Abu Dawud (no.88) dan Syaikh al-Albani menshahihkannya).

Ibnu Taimiyyah mengatakan : Dari sinilah, maka seseorang yang melampaui batas dalam berdo’a terkadang meminta pertolongan melakukan hal-hal diharamkan yang tidak dibolehkan. Dan terkadang meminta sesuatu yang Allah pasti akan kabulkan, seperti seseorang yang meminta keabadian hingga hari kiamat, atau meminta kepada Allah agar meniadakan keharusan pada manusia seperti makan dan minum. Juga meminta kepada Allah agar dirinya dapat mengetahui perkara ghaib,atau menjadikannya termasuk orang-orang yang ma’shum, atau memberinya anak tanpa memiliki isteri dan lain sebagainya yang mana permintaannya merupakan hal yang melampaui batas yang tidak disukai Allah, dan Allah tidak menyukai si pemohon. Dan melampaui batas dalam berdo’a ini pun ditafsirkan dengan mengangkat suara ketika berdo’a ….(Al-fataawa (XV/22)).

19. Berdo’a Memohon Sebuah Amal Dosa, Memutuskan Silaturahim, Atau Menyegerakan Terkabulnya Do’a Termasuk Sebab Terhalangnya Do’a

Do’a adalah ibadah, terkadang cepat dikabulkan oleh Allah dan terkadang diakhirkan oleh Allah, tentunya Allah lebih tau mana yang lebih baik dengan cepat dikabulkan atau diakhirkan, apapun hasilnya setelah berdo’a baik hasilnya cepat atau tidak kita tetap tidak boleh putus asa dengan berhenti berdo’a.

Diriwayatkan :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ. (رواه مسلم)

dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Doa seseorang senantiasa akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk perbuatan dosa ataupun untuk memutuskan tali silaturahim dan tidak tergesa-gesa.” Seorang sahabat bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan tergesa-gesa? ‘ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Yang dimaksud dengan tergesa-gesa adalah apabila orang yang berdoa itu mengatakan; ‘Aku telah berdoa dan terus berdoa tetapi belum juga dikabulkan’. Setelah itu, ia merasa putus asa dan tidak pernah berdoa lagi.’ (HR.Al-Bukhari, Muslim (no.4918), dan lafazh diatas menurut riwayat beliau, Ahmad (no.9939), at-Tirmidzi (no.3387), Abu Dawud (no.1484), Ibnu Majah (no.3853), dan Malik (no.495)).

20. Memakan Harta Haram Termasuk Penghalang Terkabulnya Do’a

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ } وَقَالَ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ. (رواه مسلم)

dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al-Mu’minuun : 51).’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang Telah menceritakan kepada kami telah kami rezekikan kepadamu.'”(Al-Baqarah : 172). Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?.” (HR. Muslim (no.1015), Ahmad (no.8148), at-Tirmidzi (no.2989), dan ad-Darimi (no.2717)).

Sabda beliau ﷺ : “maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya ?” Artinya, dari sisi mana do’a oraang seperti ini dikabulkan, bagaimana permintaannya akan dikabulkan ?? demikian yang dikatakan oleh Imam An-Nawawi. (Syarh Muslim  karya Imam an-Nawawi (Jilid IV (VII/85)).

22. Beberapa Tempat Dan Keadaan Di Mana Do’a Akan Terkabul

a. Do’a Pada Sepertiga Malam Terakhir

Beberapa hadis shahih yang masyhur menunjukkan hal ini, diantaranya yang diriwayatkan  :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ. (رواه البخاري)

dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Rabb Tabaaraka wa Ta’ala kita turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: “Siapa yang berdo’a kepadaKu pasti Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu pasti Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepadaKu pasti Aku ampuni”. (HR.Al-Bukhari (no.1077) dan lafazh diatas menurut riwayat beliau, Muslim (no.758), Ahmad (no.7576), at-Tirmidzi (no.446), Abu Dawud (no.1315), Ibnu Majah (no.1366,  Malik (no.496) dan ad-Darimi (no.1478)).

b. Do’a Ketika Sujud

Diriwayatkan :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ. (رواه مسلم)

dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda, “Keadaan seorang hamba yang paling dekat dari Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa.” (HR. Muslim (no.744), Ahmad (no.9165), an-Nasa’i (no.1137), Abu Dawud (no.875)).

c. Do’a Diantara Adzan Dan Iqomah

Telah shahih diriwayatkan :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدُّعَاءُ لَا يُرَدُّ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ. (رواه الترمذي)

dari Anas bin Malik ia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Do`a antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak. (HR. Ahmad (no.11790), at-Tirmidzi (no.196) dan ia berkata : Hadits Hasan Shahih, Abu Dawud (no.521) dan Syaikh al-Albani menshahihkannya)).

d. Do’a Pada Waktu Yang Mustajab Dihari Jum’at

Disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ فِيهِ سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا. (رواه البخاري)

dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membicarakan perihal hari Jum’at. Beliau mengatakan: “Pada hari Jum’at itu ada satu saat, tidaklah seorang hamba Muslim mengerjakan shalat lalu dia berdo’a tepat pada saat tersebut melainkan Allah akan mengabulkan do’anya tersebut.” Kemudian beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya saat tersebut.” (HR.Al-Bukhari (no.883), Muslim (no.852), Ahmad (no.7111), an-Nasa’i (no.1431), Abu Dawud (no.1046), at-Tirmidzi (no.491), dan ia berkata : Hadits hasan shahih,  Ibnu Majah (no.1137), dan Malik (no.242)).

Perbedaan pendapat para ulama tentang waktu mustajab di hari jum’at diantaranya :

Pertama : waktu mustajab tersebut antar duduknya khatib hingga imam mengerjakan shalat, berdasarkan hadis :

عَنْ أَبِي بُرْدَةَ بْنِ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ لِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ أَسَمِعْتَ أَبَاكَ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَأْنِ سَاعَةِ الْجُمُعَةِ قَالَ قُلْتُ نَعَمْ سَمِعْتُهُ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ هِيَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الْإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلَاةُ. (رواه مسلم)

dari Abu Burdah bin Abu Musa Al Asy’ari ia berkata; Abdullah bin Umar bertanya padaku, “Apakah kamu pernah mendengar ayahmu meriwayatkan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam perihal satu waktu (yang mustajab) pada hari Jum’at?” Abu Burdah berkata; Saya menjawab, “Ya, aku mendengarnya berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Waktunya ialah antara imam duduk (di mimbar) hingga selesai shalat Jum’at. (HR. Muslim (no.1409), Abu Dawud (no.1049)).

Kedua : yaitu waktu diakhir hari jum’at.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ ثِنْتَا عَشْرَةَ يُرِيدُ سَاعَةً لَا يُوجَدُ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا إِلَّا أَتَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ.

dari Jabir bin Abdullah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda; “Hari jum’at itu dua belas -maksudnya jam- dan tidak di dapati seorang muslim pun yang meminta kepada Allah kecuali Allah ‘azza wajalla akan mengabulkannya, maka bersegeralah untuk mendapatkannya pada waktu-waktu akhir setelah Ashar.” (Ibnu Hajar mengatakan : HR. Abu Dawud (no.884), an-Nasa’i (no.1389) dan al-Hakim dengan sanad yang hasan dari Abu Salamah, dari Jabir secara marfu’. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Abi Dawud)).

e. Do’a Orang Yang Berpuasa Ketika Ia Berbuka

Seseorang yang berpuasa memiliki do’a yang tidak akan tertolak. Telah shahih diriwayatkan :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ… (رواه الترمذي)

dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga orang yang do’a mereka tidak tertolak, yaitu; seorang yang berpuasa hingga berbuka,… (HR. at-Tirmidzi (no.3522) dan ia berkata : Hadits Hasan, Ibnu Majah (no.1752) dan Syaikh al-Albani menshahihkannya (no.1432,1779)).

f. Do’a Seseorang Yang Teraniaya (Di-Zhalimi), Do’a Seorang Musafir, Dan Do’a Kedua Orang Tua Kepada Anaknya

Diriwayatkan :

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ حِينَ بَعَثَهُ إِلَى الْيَمَنِ إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ فَإِذَا جِئْتَهُمْ فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ. (رواه البخاري)

dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma berkata; Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam berkata, kepada Mu’adz bin Jabal Radhiyalahu’anhu ketika Beliau mengutusnya ke negeri Yaman: “Sesungguhnya kamu akan mendatangi kaum Ahlul Kitab, jika kamu sudah mendatangi mereka maka ajaklah mereka untuk bersaksi tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka telah mentaati kamu tentang hal itu, maka beritahukanlah mereka bahwa Allah mewajibkan bagi mereka shalat lima waktu pada setiap hari dan malamnya. Jika mereka telah mena’ati kamu tentang hal itu maka beritahukanlah mereka bahwa Allah mewajibkan bagi mereka zakat yang diambil dari kalangan orang mampu dari mereka dan dibagikan kepada kalangan yang faqir dari mereka. Jika mereka mena’ati kamu dalam hal itu maka janganlah kamu mengambil harta-harta terhormat mereka dan takutlah terhadap do’anya orang yang terzholimi karena antara dia dan Allah tidak ada hijab (pembatas yang menghalangi) nya”. (HR.Al-Bukhari (no.1401), Muslim (no.19), Ahmad (no.2072), an-Nasa’i (no.2435), at-Tirmidzi (no.325), Abu Dawud (no.1584), Ibnu Majah (no.1783), dan ad-Darimi (no.1614)).

Diriwayatkan :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ. (رواه أحمد)

dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Tiga doa yang pasti dikabulkan oleh Allah; doa orang yang terzhalimi, doa seorang musafir dan doa orangtua kepada anaknya.” (HR. Ahmad (no.7197), at-Tirmidzi (no.1905), Abu Dawud (no.1536), Syaikh al-Albani menghasankannya, Ibnu Majah (no.3862)).

g. Do’a Ketika Bertempur Dalam Peperangan Dan Ketika Adzan

Hal itu telah shahih diriwayatkan :

عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثِنْتَانِ لَا تُرَدَّانِ أَوْ قَلَّمَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ وَعِنْدَ الْبَأْسِ حِينَ يُلْحِمُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا. (رواه أبوا داود)

dari Abu Hazim, dari Sahl bin Sa’d, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua perkara yang tidak ditolak atau jarang ditolak, yaitu: berdoa ketika adzan, dan (berdoa) ketika susah di saat sebagian mereka membunuh sebagian yang lain (ketika perang).” (HR. Abu Dawud (no.2178) dengan tambahan :…. Syaikh al-Albani mengatakan : Shahih selain tambahan :…, diriwayatkan juga oleh ad-Darimi (no.1200)).

h. Do’a Dzun Nuun Di Saat Mengalami Kesempitan

Diriwayatkan :

عَنْ سَعْدٍ بن أبي وقاص قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنْ الظَّالِمِينَ فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ. (رواه الترمذي)

dari Sa’d bin Abi Waqqash ia berkata; Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam bersabda: “Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah; LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya. (Al-Anbiyaa : 86).). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya.” (HR. at-Tirmidzi (no.3505), Ahmad (no.1465) pentahqiq al-Musnad berkata: Sanadnya Hasan, (lihat Ahmad (III/66), Cet.Mu’assasah ar-Risalah)).

i. Do’a Ketika Turun Hujan

Disebutkan dalam hadits : Ucapkanlah do’a ketika pasukan tempur telah bertemu, ketika shalat akan diiqamahkan dan ketika turun hujan. (HR. Asy-Syafi’i dalam al-Umm (I/223-224). Syaikh al-Albani mengatakan : Sanad-sanadnya dha’if.. akan tetapi hadis tersebut mempunyai beberapa syahid yang menguatkannya, meskipun riwayat ini secara bersendiri dhaif hanya saja jika disertakan dengan mursalnya Sahl bin sa’ad dan Ibnu ‘Umar maka akan menguatkannya, dan akan terangkat ke derajat hasan, in sya ALLAH. (Lihat as-Silsilah ash-shahihah (no.1469)).

23. Beberapa Tempat Yang Diharapkan Terkabulnya Do’a

Diantaranya :

a. Do’a Pada Sore Hari ‘Arafah Bagi Siapa Yang Melaksanakan Wukuf

Nabi telah mensunnahkan bagi siapa yang wukuf pada hari ‘Arafah untuk menjama’ taqdim shalat zhuhur dan ‘ashar, dengan tujuan agar yang melaksanakan haji mendapatkan kelapangan untuk bemunajat dan berdo’a kepada Rabb-nya. Demikianlah yang telah dilakukan oleh Nabi ﷺ, oleh dimana setelah menyelesaikan shalat beliau bergegas menuju tempat wukuf yang berada di bagian bawah bukit, kemudian beliau wukuf diatas tunggangan beliau untuk berdo’a kepada Rabb beliau hingga matahari terbenam. (Lihat Shahih Muslim (no. 1218)).

Diriwayatkan :

قَالَ قَالَتْ عَائِشَةُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنْ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمْ الْمَلَائِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ. (رواه مسلم)

Aisyah berkata; Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada satu hari pun yang di hari itu Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka daripada hari ‘Arafah, sebab pada hari itu Dia turun kemudian membangga-banggakan mereka di depan para malaikat seraya berfirman: ‘Apa yang mereka inginkan? ‘” (HR. Muslim (no.2402), Ibnu Majah (no.3014), an-Nasa’i (no.300)).

b. Do’a Diantara Shafa Dan Marwah

Ketika Nabi mendekati Shafa (di saat haji Wada’) beliau membaca firman Allah :

…{إِنَّ الصَّفَا والْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ} أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ فَبَدَأَ بِالصَّفَا فَرَقِيَ عَلَيْهِ حَتَّى رَأَى الْبَيْتَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَوَحَّدَ اللَّهَ وَكَبَّرَهُ وَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ ثُمَّ دَعَا بَيْنَ ذَلِكَ قَالَ مِثْلَ هَذَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ نَزَلَ إِلَى الْمَرْوَةِ حَتَّى إِذَا انْصَبَّتْ قَدَمَاهُ فِي بَطْنِ الْوَادِي سَعَى حَتَّى إِذَا صَعِدَتَا مَشَى حَتَّى أَتَى الْمَرْوَةَ فَفَعَلَ عَلَى الْمَرْوَةِ كَمَا فَعَلَ عَلَى الصَّفَا… (رواه مسلم)  

….”Sesungguhnya Sa’i antara Shafa dan Marwah termasuk lambang-lambang kebesaran Agama Allah…” (Al Baqarah: 1589). Kemudian mulailah dia melaksanakan perintah Allah. Maka dinaikinya bukit shafa. Setelah kelihatan Baitullah, lalu beliau menghadap ke kiblat seraya mentauhidkan Allah dan mengagungkan-Nya. Dan beliau membaca: “LAA ILAAHA ILAALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI`IN QADIIR LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU ANJAZA WA’DAHU WANASHARA ‘ABDAHU WAHAZAMAL AHZABA WAHDAH (Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah kerajaan dan segala puji, sedangkan Dia Maha Kuasa atas segala-galanya. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah satu-satu-Nya, Yang Maha Menepati janji-Nya dan menolong hamba-hamaba-Nya dan menghancurkan musuh-musuh-Nya sendiri-Nya).” Kemudian beliau berdo’a. Ucapakan tahlil itu diulanginya sampai tiga kali. Kemudian beliau turun di Marwa. Ketika sampai di lembah, beliau berlari-lari kecil. Dan sesudah itu, beliau menuju bukit Marwa sambil berjalan kembali. setelah sampai di bukit Marwa, beliau berbuat apa yang diperbuatnya di bukit Shafa. ….(HR. Muslim dari Jabir (no.2137)).

c. Do’a Setelah Melontar Jumrah Shugra Dan Wustha Bagi Para Jamaah Haji

Diriwayatkan :

عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا كَانَ يَرْمِي الْجَمْرَةَ الدُّنْيَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ ثُمَّ يُكَبِّرُ عَلَى إِثْرِ كُلِّ حَصَاةٍ ثُمَّ يَتَقَدَّمُ فَيُسْهِلُ فَيَقُومُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ قِيَامًا طَوِيلًا فَيَدْعُو وَيَرْفَعُ يَدَيْهِ ثُمَّ يَرْمِي الْجَمْرَةَ الْوُسْطَى كَذَلِكَ فَيَأْخُذُ ذَاتَ الشِّمَالِ فَيُسْهِلُ وَيَقُومُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ قِيَامًا طَوِيلًا فَيَدْعُو وَيَرْفَعُ يَدَيْهِ ثُمَّ يَرْمِي الْجَمْرَةَ ذَاتَ الْعَقَبَةِ مِنْ بَطْنِ الْوَادِي وَلَا يَقِفُ عِنْدَهَا وَيَقُولُ هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُ. (رواه البخاري)

dari Salim bin ‘Abdullah bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhu melempar Al Jumrah Ad-Dunya (Al Ulaa, awal) dengan tujuh kerikil kemudian bertakbir pada setiap kali lemparannya, kemudian dia maju hingga sampai pada permukaan yang datar dia berdiri menghadap qiblat dengan agak lama, lalu berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya, kemudian melempar jumrah Al Wustho seperti itu pula, dia mengambil jalan sebelah kiri pada dataran yang rata lalu berdiri menghadap qiblat dengan agak lama, lalu berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya, kemudian melempar jumrah Al ‘Aqabah dari dasar lembah dan dia tidak berhenti disitu lalu berkata: “Begitulah aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakannya”. (HR.Al-Bukhari (no.1634) dan lafazh diatas menurut riwayat beliau, Ahmad (no.6368), Ibnu Majah (no.3032), an-Nasa’i (no.3083),  Malik (no.1983) dan ad-Darimi (no.1903)).

SELESAI….

Digubah dan diringkas secara bebas oleh ustadz Abu Nida Chomsaha Shofwan, Lc., dari buku Kitabul ‘Adab karya Fuad bin Abdil Aziz asy-Syalhub.

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus (0 )