BEGINILAH ORANG YANG TOLERAN
Bisa jadi hampir semua orang berbicara tentang toleransi. Seakan-akan semua orang ingin tampil sebagai orang toleran. Namun, sungguh toleransi bukan hanya sebatas kata dan narasi. Toleransi membutuhkan bukti dalam pengamalan sehari-hari. Karena itu orang yang mempunyai sifat toleran akan menunjukkan sikap yang khas. Sikapnya lapang dada menghadapi berbagai hal dengan tenang. Sikap-sikap yang menunjukkan sifat pelakunya seorang toleran adalah, di antaranya: Menahan Amarah Hidup di tengah masyarakat dengan karakter beragam tentu ada saja hal-hal yang menimbulkan salah paham. Hal seperti ini tentu bisa memancing rasa marah. Nah, orang yang toleran adalah orang yang mampu menahan amarahnya, meski merasakan hal-hal yang mengganggunya. Bahkan saat biasanya orang marah pun, seorang yang toleran akan mampu memberikan maafnya.

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“….(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran:134).

وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ

“….dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.” (Asy-Syura : 37). Tidak marahnya itu bukan karena merasa lemah dan takut. Tetapi, justru sebenarnya ia mampu meluapkan marahnya karena kedudukan sosialnya tinggi, punya jabatan, atau fisiknya kuat. Justru karena merasa lebih itulah yang menjadikannya mendapatkan keutamaan menahan amarahnya. Hal ni diceritakan dalam hadits Sahl bin Mu’adz:

عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ يزوجه منها مَا شَاءَ (رواه أبو داود)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa menahan kemarahan padahal ia mampu untuk meluapkannya, maka pada hari kiamat Allah akan memanggilnya di antara manusia, hingga Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari untuk dinikahi dari sisi-Nya sesuka hatinya." (Hadits Riwayat Abu Dawud)   Mudah Memaafkan dan Suka Berjabat Tangan Orang yang toleran akan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Saat jengkel atau marah tidak akan mengumbarnya baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan. Justru akan mengurai marahnya dengan tidak menuruti dendam. Salah satu caranya adalah dengan mendahului menyapa dan menjabat tangan orang yang menzhaliminya. Abu Hurairah menceritakan sebuah hadits:  

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ (رواه مسلم)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan, tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya." (Hadits Riwayat Muslim)   Berharap dan Bersangka Baik Kepada Allah Ini adalah karakter dasar toleransi seorang muslim. Memasrahkan segala masalah kepada Allah, sembari bersangka baik terhadap ketetapan Allah. Tentu juga berharap sikapnya akan mendapatkan balasan kebaikan  dan kemuliaan dari Allah. Abu Hurairah menceritakan sebuah hadits:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ رَجُلًا لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ وَكَانَ يُدَايِنُ النَّاسَ فَيَقُولُ لِرَسُولِهِ خُذْ مَا تَيَسَّرَ وَاتْرُكْ مَا عَسُرَ وَتَجَاوَزْ لَعَلَّ اللَّهَ تَعَالَى أَنْ يَتَجَاوَزَ عَنَّا فَلَمَّا هَلَكَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ هَلْ عَمِلْتَ خَيْرًا قَطُّ قَالَ لَا إِلَّا أَنَّهُ كَانَ لِي غُلَامٌ وَكُنْتُ أُدَايِنُ النَّاسَ فَإِذَا بَعَثْتُهُ لِيَتَقَاضَى قُلْتُ لَهُ خُذْ مَا تَيَسَّرَ وَاتْرُكْ مَا عَسُرَ وَتَجَاوَزْ لَعَلَّ اللَّهَ يَتَجَاوَزُ عَنَّا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَدْ تَجَاوَزْتُ عَنْكَ (رواه النسائي)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya terdapat seorang laki-laki yang belum pernah berbuat kebaikan sama sekali, dan dia biasa memberikan utang kepada orang-orang. Kemudian dia berkata kepada utusannya, ‘Ambillah apa yang mudah dan tinggalkan apa yang sulit dan maafkan semoga Allah ta'ala mengampuni kita.’ Kemudian tatkala dia meninggal, Allah 'Azza wa Jalla berfirman kepadanya, ‘Apakah engkau pernah mengerjakan kebaikan?’ Dia berkata, ‘Tidak, hanya saja saya memiliki seorang pembantu dan saya biasa memberikan utang kepada orang-orang kemudian apabila saya mengutusnya untuk menagih utang, saya katakan kepadanya, 'Ambillah apa yang mudah dan tinggalkan apa yang sulit dan maafkan, semoga Allah memaafkan kita.’ Allah Ta'ala berfirman, ‘Sungguh Aku telah memaafkanmu.’" (Hadits riwayat An-Nasai)   Teladan Rasulullah dalam Toleransi Sifat toleransi yang melekat pada Rasulullah telah diceritakan dalam al-Quran. Beliau adalah sesosok yang peduli pada umatnya, menanggung beban, perhatian, belas kasih, dan penyayang.

لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (At-Taubah:128). Banyak hal menunjukkan bukti bahwa beliau adalah seorang yang toleran. Bersikap lapang dada dam memaklumi kepada orang lain. Beliau toleran dalam memutuskan sebuah perkara. Seperti disebutkan dalan sebuah hadits yang diceritakan oleh sahabatnya, Abu Hurairah:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَقَاضَاهُ فَأَغْلَظَ فَهَمَّ بِهِ أَصْحَابُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعُوهُ فَإِنَّ لِصَاحِبِ الْحَقِّ مَقَالًا ثُمَّ قَالَ أَعْطُوهُ سِنًّا مِثْلَ سِنِّهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِلَّا أَمْثَلَ مِنْ سِنِّهِ فَقَالَ أَعْطُوهُ فَإِنَّ مِنْ خَيْرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ قَضَاءً (رواه البخاري)

“Pernah ada seorang laki-laki yang dijanjikan akan diberi seekor anak unta oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Dia pun datang kepada beliau untuk menagihnya. Beliau bersabda keada sahabatnya, ‘Berikanlah!’ Maka para sahabat mencarikan anak unta namun tidak mendapatkannya, kecuali satu ekor anak unta yang umurnya melebihi dari yang dijanjikannya. Beliau pun bersabda, ‘Berikanlah kepadanya!’ Orang tersebut berkata, ‘Engkau telah menepati janji kepadaku semoga Allah membalasnya buat tuan.’ Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah siapa yang paling baik menunaikan janji.’” Beliau juga toleran kalau melakukan transaksi jual beli. Seperti disebutkan dalan dua hadits berikut:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ اشْتَرَى مِنِّي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اشترى منه بَعِيرًا فَوَزَنَ لَهُ ثَمَنَهُ فَأَرْجَحَ (رواه أحمد)

Jabir bin Abdullah berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membeli dari saya seekor unta, lalu beliau menentukan harganya dan melebihkan sedikit.” (Hadits riwayat Ahmad)

عَنْ سُوَيْدِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ جَلَبْتُ أَنَا وَمَخْرَفَةُ الْعَبْدِيُّ بَزًّا مِنْ هَجَرَ فَجَاءَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَاوَمَنَا بِسَرَاوِيلَ وَعِنْدِي وَزَّانٌ يَزِنُ بِالْأَجْرِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلْوَزَّانِ زِنْ وَأَرْجِحْ (رواه الترمذي)

Suwaid bin Qais berkata, “Aku dan Makhrafah Al-Abdi pernah mendatangkan pakaian dari Hajar. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun mendatangi kami menawar beberapa celana panjang dari kami. Ketika aku memiliki seseorang yang menimbang dengan imbalan. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan kepada penimbang itu, "Timbang dan lebihkanlah." (Hadits riwayat At-Tirmidzi)   Sifat toleransi Rasulullah pun dicontoh dan diikuti oleh para sahabatnya. Mereka menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah Utsman bin Affan. Seperti dikisahkan dalam sebuah hadits berikut ini.

عَنْ عَطَاءُ بْنُ فَرُّوخَ مَوْلَى الْقُرَشِيِّينَ أَنَّ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ اشْتَرَى مِنْ رَجُلٍ أَرْضًا فَأَبْطَأَ عَلَيْهِ فَلَقِيَهُ فَقَالَ لَهُ مَا مَنَعَكَ مِنْ قَبْضِ مَالِكَ قَالَ إِنَّكَ غَبَنْتَنِي فَمَا أَلْقَى مِنْ النَّاسِ أَحَدًا إِلَّا وَهُوَ يَلُومُنِي قَالَ أَوَ ذَلِكَ يَمْنَعُكَ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَاخْتَرْ بَيْنَ أَرْضِكَ وَمَالِكَ ثُمَّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَدْخَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْجَنَّةَ رَجُلًا كَانَ سَهْلًا مُشْتَرِيًا وَبَائِعًا وَمُقْتَضِيًا وَقَاضِيًا (رواه أحمد)

Atha` Bin Farrukh—mantan budak orang-orang Quraisy—berkata, “Utsman telah membeli tanah dari seorang lelaki, kemudian pembayarannya terlambat. Utsman menemuinya dan bertanya kepadanya, ‘Apa yang menghalangimu dari menerima uang?’ Dia menjawab, ‘Sungguh kamu telah menipuku, maka tidaklah aku bertemu seseorang kecuali dia pasti mencelaku.’ Utsman berkata, ‘Apakah sebab itu yang menghalangimu (dari menerima uang)?’ Dia menjawab. ‘Ya!’ Utsman berkata, ‘Silahkan kamu pilih antara tanahmu atau uangmu.’ Kemudian Utsman berkata, ‘Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Allah akan memasukkan ke dalam surga orang yang mempermudah ketika membeli maupun menjual, dan ketika menagih utang maupun harus membayar utang." Digubah secara bebas oleh ustadz Abu Nida Chomsaha Shofwan, Lc., dari buku Samahatul Islam fi Dhau-il Quran al-Karim was Sunnah as-Shahihah karya Salim ‘Id al-Hilali.  

Author