Sejarah Pesantren Islamic Center Bin Baz
1. Fase Perintisan (Tahun 1986 – 1994).
Fase perintisan Pondok
Pesantren Islamic Centre Bin Baz dimulai pada akhir 1986, dengan kegiatan
majelis taklim yang dipimpin oleh Ustadz Chomsaha Sofwan (Abu Nida`) di sekitar
Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Kegiatan
ini mencakup dauroh tahunan selama liburan semester, yang dihadiri mayoritas
mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, diharapkan menjadi kader dakwah di
daerah masing-masing.
Pada 1993, Yayasan Majelis At-Turots Al-Islamy merintis lembaga pendidikan Ibtidaiyah bernama Ma’had Tahfizhul Quran, berkat dukungan Bapak Ali Bawazir dengan menyewa sebuah rumah di Dusun Sedan, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Lembaga ini dipimpin oleh saudara Widiyanto (Ustadz Dzakwan), dan pada angkatan pertama, jumlah santri mencapai 20 anak. Fase perintisan ini menjadi langkah krusial dalam pengembangan pendidikan agama dan dakwah Islam di kalangan generasi muda. [1]
2. Fase Penataan (Tahun 1995-1999).
Fase penataan Pondok
Pesantren Islamic Centre Bin Baz dimulai pada tahun 1995, ketika Yayasan
Majelis At-Turots Al-Islamy membangun Ma’had Jamilurrahman As-Salafi di
Wirokerten, Banguntapan, Bantul. Pembangunan Ma’had Jamilurrahman As-Salafi
didukung oleh Syaikh Muhammad Jabir, seorang donatur atau muhsinin dari Saudi
Arabia, yang berkontribusi terhadap pengembangan lembaga pendidikan ini. Mudir
pertama yang memimpin Ma’had Jamilurrahman adalah saudara Supriyanto, yang
biasa dipanggil Abu Kholid. Pada angkatan pertama, lembaga ini menerima 15
santri, yang mengikuti program pendidikan yang dibedakan antara kelas putra
Tadribud Du’at, yang berfokus pada pelatihan da’i, dan kelas putri Tarbiyatun
Nisa’, yang menekankan pada pendidikan keputrian.
Gambar Masjid
Ma’had Jamilurrahman As-Salafi di Wirokerten Tahun 1995
Kemudian, pada tahun 1996,
terjadi langkah strategis dengan memindahkan Ma’had Tahfizhul Quran yang
sebelumnya berlokasi di Sleman ke Ma’had Jamilurrahman di Bantul. Pemindahan
ini tidak hanya bertujuan untuk mengintegrasikan program pendidikan, tetapi juga
untuk memperkuat infrastruktur lembaga dalam memberikan pendidikan agama secara
lebih terarah dan terorganisir. Fase
penataan ini menjadi penting dalam perkembangan Pesantren Islamic Centre Bin
Baz, karena di dalamnya dibangun sistem pendidikan yang lebih terstruktur,
memperluas jumlah santri, dan meningkatkan kualitas serta variasi program
pendidikan yang ditawarkan kepada para santri. [2]
3. Fase Pengembangan (Tahun 2000 s/d Sekarang).
Fase pengembangan Pondok
Pesantren Islamic Centre Bin Baz dimulai pada tahun 2000, ketika selesai
dibangun Markaz Syaikh Bin Baz (مركز بن باز) atau Pesantren Islamic Centre Bin Baz pada lahan seluas 2
hektar di Dusun Karanggayam, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, DIY. Nama “Bin Baz”
diambil dari nama Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad
bin Abdullah bin Aziz bin Baz yang
merupakan ulama kontemporer dalam ilmu Hadits, Akidah dan Fiqih. Lahir pada
tanggal 12 Dzulhijjah 1330 H di kota Riyadh, Arab Saudi. Dengan nama tersebut
harapan dan cita-cita Abu Nida` yang pernah bertemu langsung ketika kuliah di
Arab Saudi adalah agar para santri bisa meneladani keilmuan, kefaqihan,
kedermawanan, dan kharismanya Syaikh Bin Baz.
Gambar Masjid dan Asrama Pesantren Islamic Centre Bin Baz
Tahun 2000
Peletakan batu pertama
pembangunan Islamic Centre Bin Baz ini dilakukan oleh Duta Besar Kuwait untuk
Indonesia bersama Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X (lihat Gambar ). [3]
Gambar
Gubernur DIY dan Dubes Kuwait pada acara Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pesantren
Islamic Centre Bin Baz
Pada tahun yang sama,
Ma’had Tahfizhul Quran resmi pindah ke Pesantren Islamic Centre Bin Baz, yang
saat itu mampu menampung 180 santri putra dan putri yang berasal dari dalam dan
luar negeri, mulai dari jenjang Raudhatul Athfal (RA) hingga Aliyah. Ini
menandai langkah besar dalam ekspansi kapasitas pendidikan Pesantren Islamic
Centre Bin Baz. Selain itu sebagai bentuk komitmen untuk memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, pada tahun yang sama, Yayasan Majelis At-Turots
Al-Islamy juga membangun Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin (BPRB) At-Turots
Al-Islami di atas lahan seluas 2.500 m², yang merupakan wakaf dari Bapak
Masngudi dan berlokasi di Margoluwih, Seyegan, Sleman. Kemudian, BPRB ini
berkembang menjadi Rumah Sakit Umum At-Turots Al-Islami.[4] Delapan tahun setelah
pembangunan RS, yaitu pada tahun 2008, Yayasan melanjutkan pengembangan dengan
membangun Fasilitas Kesehatan At-Turots Al-Islami II di Kecamatan Piyungan,
Kabupaten Bantul, yang kini telah mendapatkan izin sebagai Klinik Pratama At-Turots. [5]
Seiring dengan
meningkatnya jumlah santri, lokal kelas dan asrama yang ada semakin tidak mampu
menampung kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, pada tahun 2009, Yayasan mulai
membangun Islamic Centre Bin Baz (ICBB
Putri) yang digunakan untuk pelaksanaan sekolah dan asrama bagi akhwat, di
Dusun Karangploso sekitar 900 meter dari Pesantren Islamic Centre Bin Baz
Putra. Selain mengelola dua pesantren—Pesantren Jamilurrahman As-Salafi dan Pesantren
Islamic Centre Bin Baz—Yayasan juga membuka beberapa Pesantren baru di berbagai
daerah, baik di Jawa maupun luar Jawa, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Tahun 2009 juga menjadi tonggak sejarah Islamic Centre Bin Baz
mengembangkan sayapnya dengan membuka Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Madani di Kecamatan Piyungan, Bantul, yang memiliki empat program studi: S-1
Keperawatan, D-3 Kebidanan, D-3 Farmasi, dan Ners. Kemudian, pada tahun 2011,
Islamic Centre Bin Baz melalui Yayasan
mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Madani Yogyakarta disingkat STITMA,
yang menawarkan dua program studi: S-1 Pendidikan Agama Islam (PAI) dan S-1
Pendidikan Bahasa Arab (PBA).
Pada bulan September 2024, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Madani telah berubah bentuk dengan beralih status menjadi Universitas Madani berdasarkan SK Kemendikbudristek No. 616/E/O/2024. Universitas Madani (UMAD) Yogyakarta merupakan institusi pendidikan tinggi yang mengintegrasikan pendidikan akademik dengan nilai-nilai Islam, memiliki dua fakultas utama yang menawarkan berbagai program studi berkualitas, yaitu Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Teknik dan Bisnis. Fakultas Ilmu Kesehatan meliputi: S-1 Keperawatan, D-3 Kebidanan, D-3 Farmasi, serta Program Profesi Ners. Sementara itu, Fakultas Teknik dan Bisnis meliputi prodi: S-1 Teknik Sipil, S-1 Arsitektur, S-1 Informatika, S-1 Bisnis Digital, dan S-1 Kewirausahaan. Universitas Madani berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat, selaras dengan visi dakwah dan sosial Yayasan Majelis At-Turots Al-Islamy. Universitas Madani (UMAD) Yogyakarta mengintegrasikan pendidikan akademik dan agama Islam, menciptakan lingkungan Islami yang mendukung nilai-nilai moral. Mahasiswa tidak hanya diajarkan aspek kognitif, tetapi juga penguatan karakter dan akhlak, sambil menguasai bahasa Arab dan memahami al-Qur’an. Aktivitas keagamaan harian memperkuat disiplin dan keimanan, sementara komunitas yang erat membangun solidaritas. Lulusan dipersiapkan untuk berdaya saing di dunia kerja dengan tetap berpegang pada etika Islam, didukung oleh pengajar yang kompeten dalam ilmu akademik dan keagamaan.[6]
Oleh: Tim Sekretariat
Editor: Abu Bassam
Footnote:
[1] Yayasan, Profil Yayasan Majelis At-Turots Al-Islamy
2024, 2–3.
[2] Yayasan, Profil Yayasan Majelis At-Turots Al-Islamy
2024, 2.
[3] Yayasan, Profil Yayasan Majelis At-Turots Al-Islamy, 9.
[4] Admin, “Profil _ RS-Atturots,” 2001,
https://rsatturots.com/profil-rumah-sakit-at-turots-al-islamy/.
[5] Yayasan, Profil Yayasan Majelis At-Turots Al-Islamy 2024, 2–3.
[6] Admisi Universitas Madani, “Universitas Madani,” 2024, https://umad.ac.id/.