DAMAIKANLAH SAUDARAMU YANG BERSELISIH! (1)
Agama Islam adalah agama kecintaan dan kasih sayang. Agama yang mendorong kerja sama dan tolong menolong. Ajaran yang menghargai nilai persaudaraan. Karena itu pula menghasung umatnya untuk saling berbuat baik dan melakukan perbaikan. Karena itu pula Islam menumbuhkan kasih sayang di antara hati orang-orang mukmin. Islam selalu mengupayakan perbaikan hubungan di antara mereka. Islam pula menyatukan kalimat mereka dalam kebenaran dan petunjuk. Islam mengumpulkan jiwa-jiwa yang sebelumnya bercerai-berai dan dipenuhi permusuhan, kemudian menjelma menjadi bersaudara. Bahkan seperti jasad yang satu, ketika sebagian anggota badan sakit maka yang lain ikut merasakan sakitnya. Itulah bentuk ukhuwah yang dibangun di atas keimanan. Sebentuk cinta yang dilandasi agama. Islam datang untuk menguatkan keduanya. Islam mengajak untuk menjaganya dan menjauhkan dari sebab-sebab yang melemahkan atau menghilangkannya. Karena itu banyak kita jumpai nash yang menganjurkan untuk saling berkasih sayang. Mendorong pada persaudaraan untuk saling mencintai sesama muslim dan melarang saling bermusuhan, saling menjauhi, saling mencari kesalahan. Hal ini sangat mempengaruhi baik jiwa atau agama. Tidak jarang terjadi di kalangan kita yang semula akrab saling ta’awun, saling mencintai tiba-tiba ada “sesuatu” atau khilaf di antara mereka. Bukan disebabkan permasalahan yang jelas malah kadang baru akan terjadi, tapi sudah terjadi permusuhan. Kemudian diikuti dengan saling menjatuhkan dan saling menjauh. Dalam hal ini diperlukan ada orang ketiga yang mendamaikan hubungan mereka. Merapatkan kembali kerenggangan di antara mereka. Hendaknya diusahakan yang bermusuhan kembali ke tuntunan syariat. Berdamai. Ini adalah terpuji. Baik yang mendamaikan atau yang didamaikan akhlak yang mulia. Tidak dilakukan kecuali oleh orang yang mempunyai hati yang penuh sayang, suka menasihati, dan baik sekali. Syariat datang dalam rangka itu. Mengajak kepada kaum muslimin agar menjaga hubungan baik. Agar melakukan ishlah di antara mereka atau di antara manusia. Dengan begitu hati kaum muslimin akan tetap bersih, ada rasa saling kasih sayang, saling bersaudara, dan tidak rusak.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ,{فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ}  ،قَالَ: هَذَا تَحْرِيجٌ مِنَ اللَّهِ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَنْ يَتَّقُوا اللَّهَ وَأَنْ يُصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِهِمْ  ". (رواه البخاري)

Ibnu Abbas menafsrikan ayat: (bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman--QS. Al-Anfal: 1), "Ayat ini merupakan penekanan dari Allah terhadap orang-orang mukmin agar bertakwa kepada-Nya dan memperbaiki hubungan di antara sesamanya."

لاَّ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتَغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا 

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (An-Nisa: 114)

وَالصُّلْحُ خَيْرٌ 

“…..dan perdamaian itu lebih baik.” (An-Nisa: 128)

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ 

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat: 10)

وَجَزَاء سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ 

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa mema'afkan dan berbuat baik [1346] maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Asy-Syura: 40)  [1346] Yang dimaksud "berbuat baik" di sini ialah berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepadanya. Perkara ishlah adalah perkara yang agung dan punya pengaruh besar bagi yang mengishlah dan diishlah. Allah mengetahui siapa yang memperbaiki dan siapa yang merusak. Orang yang mushlih adalah orang memperbaiki adalah orang yang ingin menyatukan hati, menghilangkan kedengkian, dan mengikis permusuhan. Dialah termasuk sebaik-baiknya orang yang bersedekah.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رضي الله عنهما: قال رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ أَفْضَلَ الصَّدَقَةِ إِصْلَاحُ ذَاتِ الْبَيْنِ. -رواه عبد بن حميد في المنتخب من المسند

Abdullah bin Amru radhiyallahu anhuma menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik sedekah adalah memperbaiki hubungan dengan sesama.” [HR. Abdun bin Humaid dalam Al-Muntakhab minal Musnad No. 335; Al-Qadhi dalam Musnad Asy-Syahab No. 1281; disahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah No. 2639] Tidak ragu lagi bahwa ishlah di antara dua orang yang berselisih dalam rangka menghilangkan kerusakan atau fitnah lebih manfaat atau utama daripada sedekah. Bahkan jauh lebih besar. Karena, dengannya lebih bermanfaat baik secara dunia maupun agama dalam rangka bekerja sama kebaikan, saling sayang, dan berkumpul di atas kebenaran. Lebih lanjut hal ini bisa menolak kejelekan perpecahan kelompok yang merusak dunia dan agama. Kalau tidak ada ishlah maka kerasnya hati akan berketerusan, ada rasa takut dalam menjalankan syariat, hingga muncullah permusuhan. Kondisi demikian memudahkan musuh menguasai kita. Karena itulah maka islah jauh lebih utama dari sedekah. Jadi mushlih—orang yang memperbaiki hubungan di antara dua perselisihan—adalah pengaruhnya besar di masyarakat. Bisa menyatukan hati, merendahkan tipu daya setan, dan menghilangkan permusuhan. Perannya besar karena mendamaikan perselisihan di antara suami istri, di antara ikhwah, di antara teman-teman, di antara tetangga dan lain-lain. Setiap kita harus punya kemauan untuk menjadi mushlih. Melakukan sesuai kemampuan. Jangan meremehkan sekalipun dilakukan untk perselisihan anak kecil.

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ وَالصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ قَالُوا بَلَى قَالَ صَلَاحُ ذَاتِ الْبَيْنِ فَإِنَّ فَسَادَ ذَاتِ الْبَيْنِ هِيَ الْحَالِقَةُ. (رواه الترمذي) 

Abu Darda' menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Maukah kalian aku beritahu yang lebih utama daripada derajat puasa, shalat dan sedekah?" Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, "Yaitu interaksi sosial yang baik, karena interaksi sosial yang buruk itu memangkas." Yang dimaksud “dzatulbaini” adalah saling membuang muka dan menjauh di antara dua kelompok. Jadi “ishlahu dzatilbaini” adalah memperbaiki hubungan di antara keduanya yang terbelenggu sikap saling permusuhan dan saling mencari kesalahan. Perbaikan itu menumbuhkan sikap saling dekat dan terjalin ukhuwah islamiyah berbalutkan rasa saling mencintai. Perpecahan memang berbahaya. Ibaratnya seperti mencukur dalam agama. Tentu sangat berbahaya. Jika ada orang yang sempat terkena fitnah perpecahan kemudian berhasil ishlah. Hubungan kembali membaik dan tumbuh saling mencintai karena Allah, maka selamatlah orang tersebut dari bahaya sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Nabi menjelaskan pentingnya ishlah dan manfaatnya dalam banyak riwayat hadits. Bahwa ishlah akan menghasilkan kedekatan dan kecondongan di antara jiwa kaum muslimin. Dalam hadits disebutkan juga bahwa shalat dan puasa itu termasuk ibadah yang utama. Tetapi, ibadahnya hanya untuk yang mengerjakan. Sementara sedekah bermanfaat di dunia juga. Dan, sebaik-baik sedekah adalah melakukan ishlah. Jadi Islah sangat bermanfaat yang besar: menghilangkan perpecahan dan melenyapkan bahaya yang besar yang sifatnya seperti mencukur agama (mengurangi pahala kita). Jadi keutamaan ishlah seperti shalat, puasa dan sedekah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ أَحَادِيثَ مِنْهَا وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ سُلَامَى مِنْ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ قَالَ تَعْدِلُ بَيْنَ الِاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَتُعِينُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ قَالَ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَكُلُّ خُطْوَةٍ تَمْشِيهَا إِلَى الصَّلَاةِ صَدَقَةٌ وَتُمِيطُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ. (رواه مسلم) 

Abu Hurairah menyebutkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, "Setiap anggota tubuh manusia memiliki keharusan sedekah pada setiap harinya. Mendamaikan dua orang yang berselisih adalah sedekah. Menolong orang yang naik kendaraan atau menolong mengangkatkan barangnya ke atas kendaraan pun termasuk sedekah. Ucapan atau tutur kata yang baik juga sedekah. Setiap langkah yang Anda ayunkan untuk menunaikan shalat juga sedekah. Dan, menyingkirkan sesuatu yang membahayakan di jalanan umum adalah sedekah." Dalam hadits tersebut ada istilah “ta’dil bainal itsnaini”. Yang dimaksud dengan pahala ishlah di antara dua orang yang sedang berselisih disebut sebagai “sedekah”, karena orang yang sedang berselisih mempunyai akibat permusuhan dan pengaruh yang jelek. Bersambung ... (Disadur oleh Al-Ustadz Abu Nida Chomsaha Shofwan, Lc., dari buku Ahaditsul Akhlaq halaman 186-200 karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin al-‘Abad terbitan Darul Imam Muslim Publishing tahun 1441.) Edited by @rimoesta

Author