INDAHNYA RASUL BERMUAMALAH DENGAN KELUARGA (Seri 1)
Sebuah rumah dan apa saja yang terjadi di dalamnya bisa menjadi ukuran kebaikan akkhlak seseorang. Mengapa? Karena rumah adalah kekuasaaan wilayah kecil yang tuan rumahnya mengelola tanpa tekanan dari pihak luar. Tentang hal ini Nabi sudah memberi contoh dengan akkhlak yang mulia & sempurna dan adab-adabnya yang baik. Nabi adalah orang yang baik. Bagus badannya, bentuknya, akkhlaknya, amalnya, bicaranya, tempat makannya, tempat minumnya, pakaiannya, nikahnya, tempat masuknya, dan tempat keluarnya. Semuanya baik; bagus. Maka beruntunglah orang yang mendapatkan kebaikan dan keberuntungan itu sesuai dengan seberapa dia mendapatkan hidayah dan mengikutinya, kemudian iltizam dalam melaksanakan sunah-sunahnya. Muamalah Nabi bersama istri-istrinya merupakan suatu teladan terbaik sepanjang sejarah tentang adab-adab yang mulia. Setiapnya adalah contoh adab dan akkhlak mulia. Sarat dengan interaksi yang indah.  

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي. (رواه الترمذي)

Aisyah mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku.”  

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا. (رواه الترمذي)

Abu Hurairah menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akkhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya."  

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ. (رواه ابن ماجة)

Abdullah bin 'Amru mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling baik terhadap istri-istrinya."   Rasulullah adalah teladan yang tinggi di dalam rumahnya, ketawadhuan, kelembutan, kerendahan hati, dan berakhlak mulia dalam bermuamalah.  

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سُئِلْتُ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْمَلُ فِي بَيْتِهِ قَالَتْ كَانَ بَشَرًا مِنْ الْبَشَرِ يَفْلِي ثَوْبَهُ وَيَحْلُبُ شَاتَهُ وَيَخْدُمُ نَفْسَهُ. (رواه أحمد)

Aisyah berkata, “Saya pernah ditanya mengenai aktivitas apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama di rumahnya.’ Ia menjawab, ‘Beliau manusia seperti pada umumnya yang lain; beliau menjahit pakaiannya, memerah susu kambingnya, dan melakukan pekerjaan rumahnya."  

عَنْ الْأَسْوَدِ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ فِي أَهْلِهِ قَالَتْ كَانَ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ. (رواه البخاري)

Al-Aswad menceritakan bahwa dirinya pernah bertanya kepada Aisyah, "Apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ikut membantu pekerjaan rumah istrinya?’ Aisyah menjawab, "Beliau suka membantu pekerjaan rumah istrinya, apabila tiba waktu shalat, maka beliau beranjak untuk melaksanakan shalat."  

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا سُئِلَتْ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْمَلُ فِي بَيْتِهِ قَالَتْ كَانَ يَخِيطُ ثَوْبَهُ وَيَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيَعْمَلُ مَا يَعْمَلُ الرِّجَالُ فِي بُيُوتِهِمْ. (رواه أحمد)

Aisyah pernah ditanya mengenai apa yang diperbuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumahnya. Aisyah menjawab, "Beliau menjahit bajunya, mengesol sandalnya, dan mengerjakan sesuatu yang biasa dilakukan oleh laki-laki lain di rumah mereka."   Rasul adalah orang yang paling lembut dengan istrinya.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْبَرَ فَلَمَّا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْحِصْنَ ذُكِرَ لَهُ جَمَالُ صَفِيَّةَ بِنْتِ حُيَيِّ بْنِ أَخْطَبَ وَقَدْ قُتِلَ زَوْجُهَا وَكَانَتْ عَرُوسًا فَاصْطَفَاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَفْسِهِ فَخَرَجَ بِهَا حَتَّى بَلَغْنَا سَدَّ الرَّوْحَاءِ حَلَّتْ فَبَنَى بِهَا ثُمَّ صَنَعَ حَيْسًا فِي نِطَعٍ صَغِيرٍ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آذِنْ مَنْ حَوْلَكَ فَكَانَتْ تِلْكَ وَلِيمَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى صَفِيَّةَ ثُمَّ خَرَجْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ قَالَ فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَوِّي لَهَا وَرَاءَهُ بِعَبَاءَةٍ ثُمَّ يَجْلِسُ عِنْدَ بَعِيرِهِ فَيَضَعُ رُكْبَتَهُ فَتَضَعُ صَفِيَّةُ رِجْلَهَا عَلَى رُكْبَتِهِ حَتَّى تَرْكَبَ. (رواه البخاري).

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki Khaibar, ketika Allah menaklukan benteng Khaibar untuk beliau. Diceritakan kepada beliau tentang kecantikan Shafiyah binti Huyyai bin Akhthab yang suaminya terbunuh sedangkan dia baru saja menjadi pengantin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian memilihnya. Suatu ketika beliau keluar bersama Shafiyah. Hingga ketika kami sudah sampai di daerah Saddar Rauha' beliau berhenti untuk singgah. Dibuatkanlah baginya makanan yang terbuat dari kurma, tepung, dan minyak samin dalam wadah kecil dari kulit. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Persilakanlah orang-orang yang ada di sekitarmu!’ Itulah walimah pernikahan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Shafiyah. Kemudian kami berangkat menuju Madinah. (Anas si perawi) berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenakan mantel jubahnya untuk Shafiyah. Beliau kemudian duduk jongkok di samping unta dengan menyediakan lututnya sehingga kaki Shafiyah berpijak pada lutut beliau hingga bisa naik ke atas unta.”  

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كُنْتُ أَشْرَبُ وَأَنَا حَائِضٌ ثُمَّ أُنَاوِلُهُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيَّ فَيَشْرَبُ وَأَتَعَرَّقُ الْعَرْقَ وَأَنَا حَائِضٌ ثُمَّ أُنَاوِلُهُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيَّ. (رواه مسلم).

  Aisyah berkata, "Ketika tengah mengalamai haid saya pernah minum, kemudian saya serahkan bejana kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau meletakkan mulutnya pada tempat bekas mulutku saat minum."  

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ أَقْبَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ حَتَّى إِذَا كُنَّا بِتُرْبَانَ بَلَدٍ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْمَدِينَةِ بَرِيدٌ وَأَمْيَالٌ وَهُوَ بَلَدٌ لَا مَاءَ بِهِ وَذَلِكَ مِنْ السَّحَرِ انْسَلَّتْ قِلَادَةٌ لِي مِنْ عُنُقِي فَوَقَعَتْ فَحُبِسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِالْتِمَاسِهَا حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ وَلَيْسَ مَعَ الْقَوْمِ مَاءٌ قَالَتْ فَلَقِيتُ مِنْ أَبِي مَا اللَّهُ بِهِ عَلِيمٌ مِنْ التَّعْنِيفِ وَالتَّأْفِيفِ وَقَالَ فِي كُلِّ سَفَرٍ لِلْمُسْلِمِينَ مِنْكِ عَنَاءٌ وَبَلَاءٌ قَالَتْ فَأَنْزَلَ اللَّهُ الرُّخْصَةَ بِالتَّيَمُّمِ قَالَتْ فَتَيَمَّمَ الْقَوْمُ وَصَلَّوْا قَالَتْ يَقُولُ أَبِي حِينَ جَاءَ مِنْ اللَّهِ مَا جَاءَ مِنْ الرُّخْصَةِ لِلْمُسْلِمِينَ وَاللَّهِ مَا عَلِمْتُ يَا بُنَيَّةُ إِنَّكِ لَمُبَارَكَةٌ مَاذَا جَعَلَ اللَّهُ لِلْمُسْلِمِينَ فِي حَبْسِكِ إِيَّاهُمْ مِنْ الْبَرَكَةِ وَالْيُسْرِ. (رواه أحمد).

Aisyah, istri Nabi shallaallahu 'alaihi wa sallam, berkata, "Saya pernah bertemu Rasulullah ketika melakukan perjalanan hingga sampai di negeri Turban. Jarak antara beliau dengannya sekitar dua belas mil atau beberapa mil. Negeri tersebut tidak ada air sama sekali—hal itu terjadi pada waktu sahur. Tanpa sengaja kalungku terlepas dari leherku dan terjatuh. Sementara Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam menangguhkan untuk mencarinya hingga terbit fajar. Ketika itu tidak ada satu kaum pun yang memiliki air. Saya pun bertemu dengan ayahku. Tidak ada yang lebih tahu dari Allah betapa ayahku mempunyai sifat ta'nif dan ta'fif (cepat bosan). Beliau berkata kepadaku, ‘Pada setiap perjalanan bersama kaum muslimin selalu ada rintangan dan cobaan.’ Kemudian Allah menurunkan ayat mengenai rukhsah tayamum. Lalu mereka pun bertayamum dan shalat. Ketika rukhsah itu datang dari Allah dan untuk kaum muslimin ayahku pun berkata kepadaku, "Demi Allah, saya tidak mengetahui wahai anakku, sesungguhnya engkau adalah pembawa berkah, Allah menjadikanmu untuk kaum muslimin sebagai penyebab datangnya keberkahan dan kemudahan."  

عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ بَعْضِ نِسَائِهِ فَأَرْسَلَتْ إِحْدَى أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ بِصَحْفَةٍ فِيهَا طَعَامٌ فَضَرَبَتْ الَّتِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِهَا يَدَ الْخَادِمِ فَسَقَطَتْ الصَّحْفَةُ فَانْفَلَقَتْ فَجَمَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِلَقَ الصَّحْفَةِ ثُمَّ جَعَلَ يَجْمَعُ فِيهَا الطَّعَامَ الَّذِي كَانَ فِي الصَّحْفَةِ وَيَقُولُ غَارَتْ أُمُّكُمْ ثُمَّ حَبَسَ الْخَادِمَ حَتَّى أُتِيَ بِصَحْفَةٍ مِنْ عِنْدِ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا فَدَفَعَ الصَّحْفَةَ الصَّحِيحَةَ إِلَى الَّتِي كُسِرَتْ صَحْفَتُهَا وَأَمْسَكَ الْمَكْسُورَةَ فِي بَيْتِ الَّتِي كَسَرَتْ. (رواه البخاري).

Anas berkata, ”Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di tempat salah satu istrinya. Lalu salah seorang Ummahatul Mukminin mengirimkan hidangan berisi makanan. Maka istri Nabi yang sedang bersama beliau saat itu memukul piring yang berisi makanan, maka beliau pun segera mengumpulkan makanan yang tercecer ke dalam piring. Beliau pun bersabda, ‘Ibu kalian rupanya sedang terbakar cemburu.’ Kemudian beliau menahan sang pembantu hingga datang piring yang diambil dari rumah istri yang memecahkannya. Beliau kemudian menyerahkan piring yang bagus kepada istri yang piringnya pecah, dan membiarkan piring yang pecah di rumah istri yang telah memecahkannya.”  

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّهَا يَعْنِي أَتَتْ بِطَعَامٍ فِي صَحْفَةٍ لَهَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابِهِ فَجَاءَتْ عَائِشَةُ مُتَّزِرَةً بِكِسَاءٍ وَمَعَهَا فِهْرٌ فَفَلَقَتْ بِهِ الصَّحْفَةَ فَجَمَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ فِلْقَتَيْ الصَّحْفَةِ وَيَقُولُ كُلُوا غَارَتْ أُمُّكُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَحْفَةَ عَائِشَةَ فَبَعَثَ بِهَا إِلَى أُمِّ سَلَمَةَ وَأَعْطَى صَحْفَةَ أُمِّ سَلَمَةَ لِعَائِشَةَ. (رواه النسائي).

Ummu Salamah datang dengan membawa makanan di atas piringnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat beliau. Tiba-tiba datanglah 'Aisyah dengan bersarungkan pakaian membawa batu, lalu memecahkan piring tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengumpulkan dua pecahan piring dan bersabda, “Makanlah, ibu kalian telah cemburu." Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mengambil piring 'Aisyah dan mengirimnya kepada Ummu Salamah dan meninggalkan piring yang pecah milik Ummu Salamah kepada 'Aisyah.  

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا رَأَيْتُ صَانِعَةَ طَعَامٍ مِثْلَ صَفِيَّةَ أَهْدَتْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَاءً فِيهِ طَعَامٌ فَمَا مَلَكْتُ نَفْسِي أَنْ كَسَرْتُهُ فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ كَفَّارَتِهِ فَقَالَ إِنَاءٌ كَإِنَاءٍ وَطَعَامٌ كَطَعَامٍ. (رواه النسائي).

Aisyah berkata, "Saya tidak melihat seorang wanita pembuat makanan seperti Shafiyah, dia memberikan hadiah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bejana yang berisi makanan, kemudian saya tidak dapat menahan diriku untuk memecahkannya. Lalu saya bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai kafarah hal tersebut maka beliau bersabda, ‘Bejana dengan bejana dan makanan dengan makanan’."  

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا عَلِمْتُ حَتَّى دَخَلَتْ عَلَيَّ زَيْنَبُ بِغَيْرِ إِذْنٍ وَهِيَ غَضْبَى ثُمَّ قَالَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسِبُكَ إِذَا قَلَبَتْ لَكَ بُنَيَّةُ أَبِي بَكْرٍ ذُرَيِّعَيْهَا ثُمَّ أَقْبَلَتْ إِلَيَّ فَأَعْرَضْتُ عَنْهَا حَتَّى قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دُونَكِ فَانْتَصِرِي فَأَقْبَلْتُ عَلَيْهَا حَتَّى رَأَيْتُهَا قَدْ يَبِسَ رِيقُهَا فِي فَمِهَا مَا تَرُدُّ عَلَيَّ شَيْئًا فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ وَجْهُهُ. (رواه أحمد)

Aisyah berkata, “Saya tidak tahu ketika Zainab tanpa izin terlebih dahulu menemuiku dalam keadaan marah. Kemudian dia berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Tidakkah cukup bagi engkau perbuatan putri Abu Bakar yang telah menumpahkan piring dengan kedua tangannya?!’ Zainab pun menatap ke arahku. Namun aku memalingkan mukaku. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Selain kamu, maka jawablah.’ Aku pun menjawabnya hingga saya melihatnya seolah-olah air liur yang ada di mulut Zainab telah kering. Ia tidak membantahku sedikitpun. Saya melihat wajah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berseri-seri.” Bersambung... (Seri 2) Disadur bebas oleh Al-Ustadz Abu Nida Chomsaha Shofwan, Lc., dari buku Ahaditsul Akhlaq halaman 276-290 karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin al-‘Abad terbitan Darul Imam Muslim Publishing tahun 1441. Edited by @rimoesta

Author