SERI ADAB ISLAM 12 : ADAB-ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT BAG.2
10. Do’a Apa Saja Yang Diucapkan Di Sisi Orang Yang Sakit?? Dijelaskan dalam hadits Ummu Salamah :

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَضَرْتُمْ الْمَرِيضَ أَوْ الْمَيِّتَ فَقُولُوا خَيْرًا فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ قَالَتْ فَلَمَّا مَاتَ أَبُو سَلَمَةَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبَا سَلَمَةَ قَدْ مَاتَ قَالَ قُولِي اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَلَهُ وَأَعْقِبْنِي مِنْهُ عُقْبَى حَسَنَةً قَالَتْ فَقُلْتُ فَأَعْقَبَنِي اللَّهُ مَنْ هُوَ خَيْرٌ لِي مِنْهُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (رواه مسلم)

dari Ummu Salamah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila kamu menjenguk orang sakit atau orang yang meninggal, maka ucapkanlah (do'a) yang baik, karena malaikat mengaminkan ucapan kalian." Abu Salamah mengkisahkan; Ketika Abu Salamah meninggal, saya mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Salamah telah meninggal." Maka beliau pun bersabda: "Ucapkanlah, 'ALLAHUMMAGHFIR LII WA LAHU WA`A'QIBNII MINHU UQBAA HASANAH (Ya Allah, ampunilah aku dan ampunilah dia. Dan berilah ganti kematiannya itu bagiku dengan ganti yang lebih baik).'" maka saya pun membacanya, sehingga Allah menggantikan dengan yang lebih baik darinya, yaitu Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. (HR.Muslim (no.1527), Ahmad (no.25958), at-Tirmidzi (no.977), an-Nasa’i (no.1825), dan Ibnu Majah (no.1447)). Di antara doa-doa nabi saat menjenguk adalah : a. Mengucapkan :

لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

"laa ba'sa thahur insyaa Allah" (Tidak apa, semoga menjadi penghapus dosa, jika Allah menghendakinya). b. Mengucapkan :

اللَّهُمَّ اشْفِ... فلانًا

"ALLAHUMMASYFII..... Fulan (Ya Allah, sembuhkanlah ..... fulan)." Satu kali atau tiga kali.

و عند مسلم : اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا ثَلَاثَ مِرَارٍ

Dan dalam riwayat Muslim disebutkan : 'Ya Allah, sembuhkanlah Sa'd. Ya Allah, sembuhkanlah Sa'd.' - tiga kali-. (HR.Muslim (no.3079)). Ibnul Jauzi berkata : Do’a beliau : Ya Allah, sembuhkanlah Sa’d, merupakan dalil disunnahkannya mendo’akan kesehatan (kesembuhan) untuk orang yang sakit. (Kasyul Musykil min hadits ash-Shahihain (I/233)(no.164)). c. Mengucapkan :

أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ

AS ALULLAAHAL 'AZHIIM RABBAL 'ARSYIL 'AZHIIM AN YASYFIYAKA (aku mohon kepada Allah yang Maha Agung, Tuhan Arsy yang Agung semoga Dia menyembuhkanmu), diucapkan tujuh kali. Diriwayatkan :

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عَادَ مَرِيضًا لَمْ يَحْضُرْ أَجَلُهُ فَقَالَ عِنْدَهُ سَبْعَ مِرَارٍ أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ إِلَّا عَافَاهُ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ الْمَرَضِ. (رواه أبوا داود)   

dari Ibnu Abbas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau berkata: "Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit yang belum datang ajalnya kemudian ia mengucapkan (doa) di sebelahnya sebanyak tujuh kali: AS ALULLAAHAL 'AZHIIM RABBAL 'ARSYIL 'AZHIIM AN YASYFIYAKA (aku mohon kepada Allah yang Maha Agung, Tuhan Arsy yang Agung semoga Dia menyembuhkanmu), maka Allah akan menyembuhkannya dari penyakit tersebut. (HR. Ahmad (no.2138), at-Tirmidzi (no.2083),  dan Abu Dawud (no.2700) dan lafazh ini dari beliau, dan Syaikh al-Albani menshahihkannya). d. Mengucapkan :

اللَّهُمَّ اشْفِ عَبْدَكَ يَنْكَأُ لَكَ عَدُوًّا وَيَمْشِي لَكَ إِلَى الصَّلَاةِ

"Ya Allah, sembuhkanlah hamba-Mu yang telah banyak melukai musuh-musuh-Mu dan berjalan untuk melaksanakan shalat untuk-Mu." 11. Meletakkan Tangan Di Atas Tubuh Orang Yang Sakit Ibnu Hajar berkata : Terkadang orang yang menjenguk mengetahui cara pengobatan dan penyakit sehingga ia bisa menerangkan pengobatan yang sesuai untuk orang yang sakit sesuai dengan penyakitnya itu. (Fat-hul Bari  (X/126)). Dan diriwayatkan : Dari ‘Aisyah, ia berkata : Apabila Rasulullah menjenguk orang sakit, beliau meletakkan tangannya di tempat yang terasa sakit kemudian mengucapkan : Bismillah (Ibnu Hajar berkata dalam al-Fath (X/126) : Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dengan sanad yang hasan). 12. Meruqyah Orang Sakit Orang yang menjenguk disunnahkan meruqyah (menjampi) orang yang sakit, sebagaimana Nabi telah melakukannya. Terlebih lagi jika orang yang menjenguk termasuk oranng yang bertakwa dan shalih, karena ruqyahnya orang seperti ini lebih bermanfaat daripada orang selainnya, dikarenakan keshalihan dan ketakwaannya. a. Ruqyah Dengan Al-Mu’awwidzaat Diriwayatkan :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا مَرِضَ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِهِ نَفَثَ عَلَيْهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ..... (رواه مسلم)

dari 'Aisyah dia berkata; "Apabila salah seorang isteri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sakit, beliau tiupkan kepadanya surat-surat mu'awwidzaat..... (HR.Al-Bukhari (no.5768), Muslim (no.4065),  dan lafazh ini menurut riwayatnya, Ahmad (no.24207), Abu Dawud (no.3902), Ibnu Majah (no.3529) dan Malik (no.1755)). Surat Mu’awwidzaat : {Al-Hafidz berkata : yang dimaksud dengan al-Mu’awwidzaat adalah surat al-Falaq dan an-Naas. Dan menggabungkan, baik itu dengan tinjauan bahwa yang paling sedikit dari bentuk jamak adalah dua, atau dengan tinjauan bahwa yang dimaksud adalah dengan kalimat-kalimat yang ada dari kedua surat tersebut, dan kemungkinan bahwa yang dimaksudkan dengan al-Mu’awwidzaat adalah kedua surat ini diserta surat al-Ikhlas, dan hal ini dimaksudkan secara mutlak menurut kebiasaan, serta inilah yang dijadikan sandaran. (Fat-hul Bari (VII/738))}. b. Ruqyah Dengan Fatihatul Kitab Hal ini pernah terjadi kepada Abu Sa’id al-Khudri bersama pemimpin suatu kaum yang terkena sengatan binatang berbisa, lalu Abu Sa’id meruqyahnya dengan Fatihatul Kitab.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانُوا فِي سَفَرٍ فَمَرُّوا بِحَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ فَقَالُوا لَهُمْ هَلْ فِيكُمْ رَاقٍ فَإِنَّ سَيِّدَ الْحَيِّ لَدِيغٌ أَوْ مُصَابٌ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ الرَّجُلُ فَأُعْطِيَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَهَا وَقَالَ حَتَّى أَذْكُرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا رَقَيْتُ إِلَّا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَتَبَسَّمَ وَقَالَ وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ ثُمَّ قَالَ خُذُوا مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِي بِسَهْمٍ مَعَكُمْ. (رواه مسلم)

dari Abu Sa'id Al Khudri bahwa beberapa orang sahabat melakukan perjalanan jauh dan berhenti untuk istirahat pada salah satu perkampungan 'Arab, lalu mereka minta dijamu oleh penduduk kampung itu. Tetapi penduduk enggan menjamu mereka. Penduduk bertanya kepada para sahabat; 'Adakah di antara tuan-tuan yang pandai mantera? Kepala kampung kami digigit serangga.' Menjawab seorang sahabat; 'Ya, ada! Kemudian dia mendatangi kepala kampung itu dan memanterainya dengan membaca surat Al Fatihah. Maka kepala kampung itu pun sembuh. Kemudian dia diberi upah kurang lebih tiga puluh ekor kambing. Tetapi dia enggan menerima seraya mengatakan; 'Tunggu! Aku akan menanyakannya lebih dahulu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, apakah aku boleh menerimanya.' Lalu dia datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menanyakannya hal itu, katanya; 'Ya, Rasulullah! Demi Allah, aku telah memanterai seseorang dengan membacakan surat Al Fatihah.' Beliau tersenyum mendengar cerita sahabatnya dan bertanya: 'Bagaimana engkau tahu Al Fatihah itu mantera? ' Kemudian sabda beliau pula: 'Terimalah pemberian mereka itu, dan berilah aku bagian bersama-sama denganmu.' (HR.Al-Bukhari (no.2276), Muslim (no.4080),  dan lafazh ini menurut riwayatnya, Ahmad (no.10686), Abu Dawud (no.3418), dan Ibnu Majah (no.2156)). c. Meruqyah Dengan Do’a Adzhibil Ba’sa Rabban Naas, Isyfi Wan Antasy Syaafi La Syifa’a Illa Syifaa ‘Uk Syifaa’an Laa Yughaadiru Saqamaa Diriwayatkan :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَتَى مَرِيضًا أَوْ أُتِيَ بِهِ قَالَ أَذْهِبْ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ اشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا. (رواه البخاري)

dari Aisyah radliallahu 'anha bahwa apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjenguk orang sakit atau ada orang yang sakit datang kepada beliau, beliau berdo'a: "ADZHIBIL BA`SA RABBAN NAASI ISYFII WA ANTA SYAAFI LAA SYIFAA`A ILLA SYIFAA`UKA SYIFAA`A LAA YUGHAADIRU SAQAMA (Hilangkanlah penyakit wahai Rab sekalian manusia, sembuhkanlah wahai dzat Yang Maha Menyembuhkan, tidak ada yang dapat menyembuhkan melainkan kesembuhan dari-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak membawa rasa sakit)." Dalam riwayat muslim disebutkan :

إِذَا اشْتَكَى مِنَّا إِنْسَانٌ مَسَحَهُ بِيَمِينِهِ ثُمَّ قَالَ أَذْهِبْ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ... (رواه مسلم)

"Apabila salah seorang di antara kami sakit, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengusapnya dengan tangan kanan, lalu beliau mengucapkan: 'Adzhabil ba'sa rabban naas, ('Wahai Rabb manusia, singkirkanlah penyakit ini.... (HR.Al-Bukhari (no.5243), Muslim (no.4061), Ahmad (no.24317), dan Ibnu Majah (no.3520)). d. Ruqyah Dengan Mengucapkan : Bismillahi Arqiik, Min Kulli Sya’in Yu’dziik Min Syarri Kulli Nafsin Au’aini Haasidin, Allaahuu Yasfiik, Bismillahi Arqiik. Diriwayatkan :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ جِبْرِيلَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ اشْتَكَيْتَ فَقَالَ نَعَمْ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ اللَّهُ يَشْفِيكَ بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ. (رواه مسلم)

dari Abu Sa'id al-Khudri bahwa Jibril mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian berkata; "Hai Muhammad, apakah kamu sakit? Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Ya. Aku sakit. Lalu Jibril meruqyah beliau dengan mengucapkan; 'Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu dan dari kejahatan segala makhluk atau kejahatan mata yang dengki. Allah lah yang menyembuhkanmu. Dengan nama Allah aku meruqyahmu.' (HR. Muslim (no.4056), Ahmad (no.11140), at-Tirmidzi (no.972), dan Ibnu Majah (no.3523)). e. Ruqyah Dengan Bacaan : Bismillahi Turbatu Ardhina Biriiqati Ba'dhina Liyusyfaa Bihi Saqiimuna Bi Idzni Rabbina

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اشْتَكَى الْإِنْسَانُ الشَّيْءَ مِنْهُ أَوْ كَانَتْ بِهِ قَرْحَةٌ أَوْ جُرْحٌ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِإِصْبَعِهِ هَكَذَا وَوَضَعَ سُفْيَانُ سَبَّابَتَهُ بِالْأَرْضِ ثُمَّ رَفَعَهَا بِاسْمِ اللَّهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيقَةِ بَعْضِنَا لِيُشْفَى بِهِ سَقِيمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا. (رواه مسلم)

dari 'Aisyah bahwa apabila seseorang mengadukan suatu penyakit yang dideritanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, seperti sakit kudis, atau luka, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berucap sambil menggerakkan anak jarinya seperti ini -Sufyan meletakkan telunjuknya ke tanah, kemudian mengangkatnya- Bismillahi turbatu ardhina biriiqati ba'dhina liyusyfaa bihi saqiimuna bi idzni rabbina." (Dengan nama Allah, dengan debu di bumi kami, dan dengan ludah sebagian kami, semoga sembuhlah penyakit kami dengan izin Rabb kami). (HR. al-Bukhari (no.5745), Muslim (no.4069), Ahmad (no.24096), Abu Dawud (no.3895), dan Ibnu Majah (no.3521)). Imam an-Nawawi berkata : Makna hadits ini bahwa beliau mengambil ludahnya sendiri dengan jari telunjuknya kemudian meletakkannya diatas tanah dan meletakkan sesuatu dengan jari tersebut dari tanah lalu mengusapkannya di tempat luka atau penyakit dan mengucapkan do’a sambil mengusapnya. (Syarh Shahih Muslim (jilid VII 9XIV/151)). Catatan Penting : Ruqyah yang tidak jelas apa yang dibaca adalah tidak boleh karena harus jelas do’a atau ayat-ayatnya. 13. Mentalqin (Menuntun) Orang Yang Sakit Untuk Mengucapkan Syahadat Apabila Ajal Menjelang Dan Menutupkan Kedua Matanya Serta Mendo’akan Kebaikan Baginya Apabila Telah Meninggal. Ketika ajal orang yang sakit semakin dekat dan tanda-tanda kematian telah nampak, maka disunnahkan bagi orang yang menjenguknya untuk mengingatkannya akan luasnya rahmat Allah dan jangan sampai ia berputus asa dari rahmat tersebut. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan :

عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ وَفَاتِهِ بِثَلَاثٍ يَقُولُ لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ. (رواه مسلم)

dari Jabir berkata: Aku mendengar nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda tiga hari sebelum beliau wafat: "Jangalah salah seorang dari kalian meninggal dunia kecuali ia berbaik sangka kepada Allah." (HR.Muslim (no.5124), Ahmad (no.13711), Abu Dawud (no.3113), dan Ibnu Majah (no.4167)). Para ulama berpendapat : Makna berbaik sangka kepada Allah, yakni seseorang menyangka bahwa Allah akan merahmati dan memaafkannya. Demikian yang dikatakan oleh Imam an-Nawawi. (Syarh Muslim karya Imam an-Nawawi (jilid IX (XVII/176))). Diriwayatkan :

سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ. (رواه مسلم)

saya mendengar Abu Sa'id Al Khudri berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tuntunlah orang yang sedang berada di penghujung ajalnya agar membaca (kalimat), 'LAA ILAAHA ILLALLAH.'" (HR.Muslim (no.1523), Ahmad (no.10610), at-Tirmidzi (no.976), an-Nasa’i (no.1826), Abu Dawud (no.3117), dan Ibnu Majah (no.1445)). Imam an-Nawawi berkata : Perintah mentalqin (menuntun) ini bersifat sunnah, dan para ulama telah sepakat akan disyari’atkannya talqin ini, dan mereka memakruhkan jika talqin ini terlalu sering dan terus-menerus dilakukan kepada orang yang sakit agar jangan sampai ia berkeluh kesah dengan keadaannya yang tertekan dan beratnya penderitaan sehingga hatinya merasa benci dan ahirnya mengucapkan kata-kata yang tidak layak. Para ulama berpendapat : Apabila orang yang sakit telah mengucapkannya satu kali, jangan ia dipaksa mengulanginya kecuali jika ia mengucapkan perkataan lain setelahnya, maka ia diminta untuk mengulanginya agar syahadat tersebut menjadi akhir dari ucapannya. (Syarh Shahih Muslim (jilid III (VI/183)). Dan apabila orang yang sakit itu wafat maka orang yang menghadiri kematiannya disunahkan memejamkan kedua matanya dan mendo’akan kebaikan untuknya, berdasarkan hadits yang diriwayatkan :

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَبِي سَلَمَةَ وَقَدْ شَقَّ بَصَرُهُ فَأَغْمَضَهُ ثُمَّ قَالَ إِنَّ الرُّوحَ إِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ الْبَصَرُ فَضَجَّ نَاسٌ مِنْ أَهْلِهِ فَقَالَ لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأَبِي سَلَمَةَ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّينَ وَاخْلُفْهُ فِي عَقِبِهِ فِي الْغَابِرِينَ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ. (رواه مسلم)

dari Ummu Salamah ia berkata; Ketika Abu Salamah meninggal, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang ke rumah kami untuk menjenguk jenazahnya. Saat itu, mata Abu Salamah tengah terbeliak, maka beliau pun menutupnya. Kemudian beliau bersabda: "Apabila ruh telah dicabut, maka penglihatan akan mengikutinya dan keluarganya pun meratap hiteris. Dan janganlah sekali-kali mendo'akan atas diri kalian kecuali kebaikan, sebab ketika itu malaikat akan mengaminkan apa yang kalian ucapkan." Setelah itu, beliau berdo'a: "ALLAHUMMAGHFIR LIABI SALAMAH WARFA' DARAJATAHU FIL MAHDIYYIIN WAKHLUFHU FI 'AQIBIHI FIL GHAABIRIIN, WAGHFIR LANAA WALAHU YAA RABBAL 'ALAMIIN, WAFSAH LAHU FII QABRIHI WA NAWWIR LAHU FIIHI (Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, tinggikan derajatnya di kalangan orang-orang yang terpimpin dengan petunjuk-Mu dan gantilah ia bagi keluarganya yang ditinggalkannya. Ampunilah kami dan ampunilah dia. Wahai Rabb semesta alam. Lapangkanlah kuburnya dan terangilah dia di dalam kuburnya)." (HR.Muslim (no.1528), dan lafazh ini menurut riwayat beliau,  Ahmad (no.26003), Abu Dawud (no.3118), dan Ibnu Majah (no.1454)). SELESAI...... Digubah dan diringkas secara bebas oleh ustadz Abu Nida Chomsaha Shofwan, Lc., dari buku Kitabul ‘Adab karya Fuad bin Abdil Aziz asy-Syalhub.

Author

Tag