SERI ADAB ISLAM 16 : ADAB-ADAB BERTETANGGA
DALIL-DALIL :

وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ ا.ا.ا.ا

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh [294],... (An-Nisa  : 36). [294] Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang muslim dan yang bukan muslim.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ. (رواه البخاري)

dari Ibnu Umar radliallahu 'anhuma dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jibril senantiasa mewasiatkanku untuk berbuat baik terhadap tetangga sehingga aku mengira tetangga juga akan mendapatkan harta waris." (HR.Al-Bukhari (no.5556). Diantara Adab-Adab Bertetangga 1. Memuliakan Tetangga Dan Berwasiat Akan Hal Tersebut Dalam hadis :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا زَالَ يُوصِينِي جِبْرِيلُ بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ. (رواه البخاري)

dari Aisyah radliallahu 'anha dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Jibril senantiasa mewasiatkanku untuk berbuat baik terhadap tetangga sehingga aku mengira tetangga juga akan mendapatkan harta waris." (HR.Al-Bukhari (no.5555), Muslim (no.2624), Ahmad (no.23739), at-Tirmidzi (no.1942), Abu Dawud (no.5151), Ibnu Majah (no.3637)). Al-Hafidz berkata : Syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamrah berkata :.... Dan terlaksananya wasiat berbuat baik kepada tetangga dengan menyampaikan beberapa bentuk perbuatan baik kepdanya sesuai dengan kemampuan, seperti hadiah, salam, wajah yang berseri-seri ketika bertemu, memperhatikan keadaannya, membantunya dalam hal yang ia butuhkan, serta menahan sesuatu yang bisa mengganggunya dengan berbagai macam cara, baik secara hissiyyah(terlihat) atau maknawi (tidak terlihat). (Fath-hul bari (X/456). Diriwayatkan :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرُ الْأَصْحَابِ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ وَخَيْرُ الْجِيرَانِ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ. (رواه الترمذي)

dari Abdullah bin Amr ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah seorang yang terbaik terhadap temannya. Dan tetangga yang paling terbaik di sisi Allah adalah seorang yang paling baik baik terhadap tetangganya." (HR. at-Tirmidzi (no.1867), ia berkata : Hadits Hasan Gharib :  Ahmad (no.6530), pentahqiq al-Musnad berkata : Sanad-sanadnya kuat berdasarkan syarat Muslim, dan ad-Darimi (no.2437)). Faidah : kata “tetangga” mencakup tetangga yang muslim dan juga kafir, ahli ibadah dan orang yang fasik, teman ataupun lawan, orang asing ataupun penduduk asli, yang memberi manfaat dan yang memberi mudhorot, kerabat dekat dan bukan kerabat, rumah yang paling dekat dan yang paling jauh. Dan untuk mereka da tingkatan-tingkatannya, tingkatan yang tertinggi adalah yang terkumpul padanya semua sifat yang pertama kemudian yang sifatnya banyak disebutkan tadi, demikian seterusnya hingga menjadi satu sifat saja. Dan kebalikannya adalah yang terkumpul pada sifat-sifat sebaliknya, demikian seterusnya. Maka setiap mereka diberi haknya sesuai keadaanya, dan terkadang dua sifat atau lebih saling bertentangan maka hendaklah dipilih yang memungkinkan atau disamakan. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Al-Fath.(X/456). 2. Tetangga Yang Paling Dekat Dan Hak-Haknya Tetangga paling dekat yang saling berdekatan memilki hak-hak yang tidak dimiliki oleh tetangga yang jauh. Hukum ini diambil dari hadis :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي جَارَيْنِ فَإِلَى أَيِّهِمَا أُهْدِي قَالَ إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكِ بَابًا. (رواه البخاري)

dari 'Aisyah radliallahu 'anha ' Aku bertanya: "Wahai Rasulullah, aku punya dua tetangga, kepada siapa dari keduanya yang paling berhak untuk aku beri hadiah?" Beliau bersabda: "Kepada yang paling dekat pintu rumahnya darimu". (HR.Al-Bukhari (no.2099), Ahmad (no.24895), Abu Dawud (no.5155)).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَمْنَعْ أَحَدُكُمْ جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ خَشَبَةً فِي جِدَارِهِ. (رواه مسلم)

dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian melarang tetangganya menyandarkan papan kayu di temboknya." (HR.Al-Bukhari (no.1609), Muslim (no.3019), dan lafazh hadits ini menurut riwayat beliau, Ahmad (no.7236), at-Tirmidzi (no.1353), Abu Dawud (no.3634), Ibnu Majah (no.2335), dan  Malik (no.1462)). Sementara apabila sangat diperlukandan diizinkan maka boleh memanfaatkan bangunan dan menyandarkannya kepada tembok tetangganya,namun jika tidak diizinkan maka tetap tidak dibolehkan karena akan menimbulkan mudhorot yang telah terlarang secara syariat, sebagaimana hadis :

لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ. (رواه ابن ماجة)

"Tidak boleh memberi bahaya dan membahayakan orang lain. (HR. Ibnu Majah (no.2340), dan  Syaikh al-Albani menshahihkannya (no.1910,1911)). 3. Haramnya Mengganggu Tetangga Rasulullah ﷺ menggandengkan antar iman kepada Allah dan hari akhir berdasarkan apa yang menunjukkan besarnya perkara mengganggu tetangga. Diriwayatkan :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ.... (رواه البخاري)

dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa berimana kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya,..... (HR.Al-Bukhari (no.5559), Muslim (no.47), Ahmad (no.7571), dan Abu Dawud (no.5154)). Dan dalam hadis lainnya, diriwayatkan :

عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ. (رواه البخاري)

dari Abu Syuraih bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Allah, tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman." Ditanyakan kepada beliau; "Siapa yang tidak beriman wahai Rasulullah?" beliau bersabda: "Yaitu orang yang tetangganya tidak merasa aman dengan gangguannya." (HR.Al-Bukhari (no.5557)). {Bawayiqahu-bawa’iqahu, al-Kisa’i berkata : Bawa ‘iqahu artinya kejahatannya, keburukannya, kezhaliman dan kesewenang-wenangannya. (Lisanul ‘Arab (X/30)), topik : بوق}. Dan :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ. (رواه مسلم)

dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan masuk surga, orang yang mana tetangganya tidak aman dari bahayanya." (HR. Muslim (no.66), dan Ahmad dengan lafazh semisal dengan Muslim (no.8638), dan semisal dengan lafazh al-Bukhari dari Abu Syuraih (no.7818) dan dalam hadits tersebut terdapat penafsiran sabda Nabi : Bawa ‘iqahu. Para shahabat bertanya : Wahai Rasulullah, apa itu bawa ‘iqahu? Beliau menjawab : Keburukannya). Diriwayatkan :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ قُلْتُ إِنَّ ذَلِكَ لَعَظِيمٌ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ وَأَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ تَخَافُ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ. (رواه البخاري)

dari 'Abdullah bin Mas’ud dia berkata; Aku bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; 'Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah? Beliau menjawab; 'Bila kamu menyekutukan Allah, padahal dialah yang menciptakanmu. Aku berkata; tentu itu sungguh besar.' Aku bertanya lagi; 'Kemudian apa? Beliau menjawab; 'Apabila kami membunuh anakmu karena takut membuat kelaparan.' Aku bertanya lagi; 'kemudian apa? ' beliau menjawab; 'Berzina dengan istri tetanggamu.' (HR.Al-Bukhari (no.4117), Muslim (no.86), Ahmad (no.4091), at-Tirmidzi (no.3182), an-Nasa’i (no.4013), dan Abu Dawud (no.2310)). Faidah : diriwayatkan :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَشْكُو جَارَهُ فَقَالَ اذْهَبْ فَاصْبِرْ فَأَتَاهُ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا فَقَالَ اذْهَبْ فَاطْرَحْ مَتَاعَكَ فِي الطَّرِيقِ فَطَرَحَ مَتَاعَهُ فِي الطَّرِيقِ فَجَعَلَ النَّاسُ يَسْأَلُونَهُ فَيُخْبِرُهُمْ خَبَرَهُ فَجَعَلَ النَّاسُ يَلْعَنُونَهُ فَعَلَ اللَّهُ بِهِ وَفَعَلَ وَفَعَلَ فَجَاءَ إِلَيْهِ جَارُهُ فَقَالَ لَهُ ارْجِعْ لَا تَرَى مِنِّي شَيْئًا تَكْرَهُهُ. (رواه أبوا داود)

dari Abu Hurairah ia berkata, "Seorang laki-laki datang kepada nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengadukan tetangganya. Beliau lalu bersabda: "Hendaklah engkau pergi dan bersabarlah." Laki-laki itu kembali mendatangi nabi shallallahu 'alaihi wasallam hingga dua atau tiga kali, beliau pun bersabda: "Pergilah, dan buanglah semua perabotmu ke jalan." Laki-laki itu kemudian membuang semua perabotnya ke jalan, hingga orang-orang bertanya kepadanya. Ia lalu mengabarkan kepada mereka tentang nasib yang dialaminya hingga mereka melaknat tetangganya tersebut dengan lakanat "Allah Akan melakukan hukuman kepadanya, dan menimpakan keburukan". Kemudian tetangga itu mendatangi laki-laki tersebut dan berkata, "Kembalilah pulang, engkau tidak akan lagi melihat sesuatu yang engkau benci dariku." (HR. Abu Dawud (no.4486), Syaikh al-Albani berkata : Hasan Shahih)). SELESAI.... Digubah dan diringkas secara bebas oleh ustadz Abu Nida Chomsaha Shofwan, Lc., dari buku Kitabul ‘Adab karya Fuad bin Abdil Aziz asy-Syalhub.

Author

Tag