Tahukah Anda Shodaqoh Yang Paling Utama?
Abu Thalhah datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: Allah Tabaraka wa Ta'ala telah menurunkan firman-Nya:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

“Kalian tidak akan mendapatkan kebaikan, sampai kalian menginfakkan apa yang kalian cintai.” [QS. Ali Imran: 92] Dan sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairuha. (Kebun ini pernah dimasuki Rasulullah dan berteduh di dalamnya serta meminum air dari sumurnya) Ini saya shadaqahkan untuk Allah. Saya berharap dapat kebaikan (pahala) dan menjadi simpananku di sisi Allah. Silahkan pergunakan sebagaimana diinginkan Allah”. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Luar biasa, itu kekayaan yang menguntungkan, itu harta yang untungnya besar. Saya terima shadaqahmu dan kami kembalikan kepadamu. Berikanlah shadaqah ini kepada kerabat dekat.” Maka Abu Thalhah pun menshadaqahkannya kepada kerabatnya. [HR. Bukhari 2758, Muslim 998] ? Pelajaran penting dari hadits ini adalah Keutamaan shadaqah kepada kerabat. Allah Ta'ala berfirman: “Mereka bertanya tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu infaqkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” [QS. Al-Baqarah: 215]. Dari Salman bin Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الصَّدَقَةَ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ

“Shadaqah untuk orang miskin, nilainya hanya 1 shadaqah. Sementara shadaqah untuk kerabat, nilainya dua: shadaqah dan silaturahim.” [HR. An-Nasai 2582 dan dishahihkan al-Albani]. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk bershadaqah kepada kerabat yang memusuhi kita sebagaiamana beliau bersabda:

أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ الصَّدَقَةُ عَلَى ذِي الرَّحِمِ الْكَاشِحِ

“Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah kepada kerabat yang memendam permusuhan.” [HR. Ahmad dan Thabrani dalam al-Kabir, Shahihul Jami’ no. 1110] ? Inilah akhlaq mulia Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, memerintahkan kaum muslimin untuk memperhatikan orang yang terdekat terlebih dahulu khususnya yang memiliki hubungan darah, baru kemudian memperhatikan orang lain. Bagaimana bisa seseorang disebut dermawan, suka bershadaqah sementara saudara2 kandungnya masih dalam keadaan miskin tidak pernah menerima uluran tangannya?? ? Di dalam hadits ini pula terdapat keutamaan bermusyawarah kepada Ahli ilmu, untuk menanyakan keutamaan suatu amalan.

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

"maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui". [QS. An-Nahl: 43]. Tidak sedikit, orang yang diberikan kenikmataan oleh Allah berupa harta dan ingin beshadaqah, namun karena tidak ada bimbingan akhirnya menshadaqahkan hartanya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat atau justru untuk amalan2 yang tidak sesuai dengan syariat dan tidak dicontohkan oleh Nabi shallallahu'alaihi wasallam. Maka dari itu perlu untuk bertanya, kepada siapa harta tersebut dishadaqahkan untuk mendapatkan manfaat yang lebih banyak. Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita termasuk ahli shadaqah dan menerima amal kita.. ✏ Ustadz Andy Fahmi Halim, Lc, M.H حفظه الله تعالى sumber: Group WA Suara Al Iman

Author