BAGAIMANAKAH CARA BERDAKWAH YANG BENAR?
Cara berdakwah telah dijelaskan oleh Al-Quran dan Hadist diantaranya sebagai berikut:

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ ۗ

Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik.”  (Al-Quran Surat An Nahl: 125). Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta'ala menjelaskan bagaimana seharusnya sifat seorang dai ilallah dan bagaimana cara berdakwah yaitu dimulai dengan hikmah, apa yang dimaksud dengan hikmah? Yang dimaksud dengan hikmah ialah berdakwah harus menggunakan dalil-dalil yang bisa membuat orang (mad’u) merasa puas, jelas dan bisa membuka wawasan Islami, sehingga mereka bisa menerima kebenaran dan menolak kebatilan. Sebagian mufasirin menafsirkan bahwa dakwah dengan hikmah adalah menjelaskan kebenaran (Al-Haq) dengan sesempurna mungkin dari semua sisi, Sebagian lain berkata berdakwah dengan hikmah maknanya adalah (berdakwah dengan) berdalil menggunakan Al-Quran dan Sunnah dari semua hal. Bisa juga dakwah ilallah dengan ilmu melalui tulisan dan seterusnya, intinya banyak arti berdakwah dengan hikmah. Dakwah dengan hikmah yaitu berdakwah dengan kitab dan Sunnah

وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ ۚ

 “Dan mengajarkan kepada mereka Kitab Suci (Al-Qur’an) dan hikmah.” (Al-Quran Surat Al Maidah: 164)

يُؤْتِى ٱلْحِكْمَةَ مَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُؤْتَ ٱلْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِىَ خَيْرًا كَثِيرًا

“Dia (Allah) menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki, Siapa yang dianugerahi hikmah, sungguh dia telah dianugerahi kebaikan yang banyak.” (Al-Quran Surat Al Baqarah: 269).
  • Al-Hikmah ialah kalimat yang mampu mencegah orang yang mendengarnya melakukan kebatilan, mampu mengajak orang untuk melaksanakan kebenaran dan mampu mempengaruhi orang tidak melangar larangan-larangan Allah subhanahu wa ta'ala.
  • Seorang dai wajib mulai berdakwah dengan hikmah, benar-benar memperhatikan cara yang hikmah dalam berdakwah dan mengaplikasikannya karena jika berdakwah dengan keras dan kaku akan menyebabkan umat akan lari, jika ada mad’u (jama’ah) yang kasar sifatnya dan menentangnya hendaknya dia mendakwahinya dengan nasehat-nasehat yang menyentuh dengan menyampaikan ayat-ayat dan hadist-hadist Nabi ﷺ berisi nasehat-nasehat dan dorongan, jika dia memiliki subhat maka bantahlah dengan cara yang bijak, jangan kasar kepadanya tapi sabar, jangan terburu nafsu dan jangan mencelanya tapi berusaha bersungguh-sungguh untuk membongkar subhat yang ada di kepalanya dengan menjelaskan dalil-dalilnya dengan cara yang baik, demikianlah hendaknya seorang sanggup menanggung beban tersebut, bersabar dan tidak kasar, hal ini akan menghasilkan manfaat dan kebenaran akan lebih mudah diterima oleh mad’u.
  • Bagaimana Allah subhanahu wa ta'ala memerintahkan Nabi Musa 'alaihi wa sallam dan Harun 'alaihi wa sallam agar berbuat lembut terhadap Firaun yang jelas-jelas musuh Allah.

فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى

“Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (Al-Quran Surat Taha: 44) Dan ayat di bawah ini untuk Nabi kita Muhammad supaya berlemah lembut dalam berdakwah:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ

Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. (Al-Quran Surat Al Maidah: 159) Dari ayat ini diketahui bahwa cara berdakwah dengan bijak dan dengan jalan yang lurus adalah dengan sebijaksana mungkin, berdasarkan ilmu, tidak tergesa-gesa dan tidak kasar tapi dengan hikmah yaitu dengan perkataan yagn jelas, sesuai dengan kebenaran dengan menggunakan ayat-ayat dan hadis-hadis nabi ﷺ, dengan nasehat yang baik dan jika berdebat hendaknya dengan berdebat cara yang lebih baik dengan bahasa yang santun, inilah metode yang seharusnya dilaksanakan oleh seorang dai.
  • Adapun apabila dakwah dengan kebodohan, tidak menggunakan cara yang benar hal ini hanya akan membahayakan dakwah itu sendiri dan tidak bermanfaat sama sekali. Maka insyaallah kami akan menjelaskan akhlak yang benar bagi seorang dai.
  • Dakwah dengan jahil tanpa ilmu akan menjadi keras, kasar dan kaku, dan ini akan membawa madharat bagi dakwah itu sendiri.
  • Sehingga seorang dai hendaknya mengambil ayat dibawah ini sebagai pedoman.

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah.” (Al-Quran Surat An-Nahl: 125). Kecuali jika yang didakwahi menentang dan berbuat dzalim.

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنٰفِقِيْنَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ

“Wahai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka.” (Al-Quran Surat At Taubah: 73)

وَلَا تُجَادِلُوْٓا اَهْلَ الْكِتٰبِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ ۖ اِلَّا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ

Janganlah kamu mendebat Ahlul kitab melainkan dengan cara yang lebih baik, kecuali terhadap orang-orang yang berbuat zalim di antara mereka.”  (Al-Quran Surat Al Ankabut: 46) Wajib bagi seorang dai untuk menjelaskan kepada manusia sebagaimana Rasulullah ﷺ menjelaskan jalan yang lurus (Islam) sebagaimana yang terdapat dalam ayat dibawah ini.

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu.” (Al-Quran Surat An Nahl: 125) Yang dimaksud jalan Allah yang lurus adalah Al-Islam, Agama para nabi. Dakwah tidak boleh ke madzab fulan dan fulan, tapi dakwah adalah kepada Agama Islam. Jalan yang lurus adalah jalan para nabi, terutama Nabi kita Nabi Muhammad yaitu apa yang dijelaskan oleh Al-Quran dan As-Sunnah yang sahih dari Rasulullah dan yang diikuti oleh para duat (dai ilallah) dan pokok dakwah adalah dakwah kepada aqidah yang shohihah, dakwah supaya ikhlas karena Allah dalam beribadah, supaya mentauhidkan-Nya dalam beribadah, supaya iman kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, supaya iman kepada hari kiamat dan supaya beriman kepada semua berita apa saja yang disampaikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dab rasul-Nya tentang kejadian-kejadian yang akan terjadi, ini adalah asas jalan yang lurus. *** (bersambung)*** Artikel ini merupakan saduran dari "Fadhlu Ad-Da’wah ilallah", Penulis: Syaikh Sa’ad bin Muhammad at-Thukhis. Disadur secara bebas oleh: Al-Ustadz Abu Nida’ Chomsaha Shofwan, Lc. Hafizhahullah Editor : @rimoesta Team Redaksi : Ustadz Abu Abdillah Mubarok, M.Pd. dan Ustadz Abu Layla Turahmin, M.H. Hafizhahumallah

Author