ISLAM ADALAH SISTEM HIDUP YANG SEMPURNA

Islam sebagai sistem hidup yang sempurna, menawarkan pedoman yang menyeluruh dan relevan bagi seluruh umat manusia, tanpa memandang suku atau bangsa. Dalam konteks ini, Islam menyediakan aturan yang jelas dan menyeluruh yang menjangkau berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi dan politik, hingga budaya dan sosial. Melalui ajaran-ajarannya, Islam tidak hanya berfungsi sebagai solusi bagi berbagai tantangan manusia, tetapi juga sebagai sumber kebahagiaan yang menjanjikan kesejahteraan di dunia dan akhirat. Berikut ini beberapa poin penting dan kesempurnaan sistem kehidupan Islam:

1.           Islam adalah aturan yang sempurna dalam kehidupan manusia.

Aturan Islam meliputi semua suku dan bangsa (jin dan manusia). Mencakup semua sisi kehidupan dari yang kecil sampai yang besar, meliputi keluarga sampai negara, aspek ekonomi, politik, kebudayaan, sosial, dan lainnya bahkan mencakup aspek akhirat. Sehingga Islam menjadi satu-satunya jalan keluar untuk menyelesaikan semua permasalahan.

 2.           Islam adalah sumber hukum.

Mulai dari akidah, ibadah, dan muamalah; bahkan sampai membuang air kecil pun diatur tata caranya dalam Islam. Semua itu akan mengantarkan kepada kebahagiaan manusia di dunia dan juga akhirat.

3.           Islam mendahulukan akidah sebelum syariah.

Hal ini ditunjukkan ketika Rasulullah berdakwah di Mekah fokus menyampaikan masalah tauhid kemudian setelah hijrah ke Madinah, Beliau  baru menyampaikan masalah syariah dan menegakkannya (daulah Islamiyah).

4.          Islam mewajibkan agar berilmu.

Islam mewajibkan umatnya untuk berilmu terutama ilmu yang wajib diketahui yaitu ilmu tentang tauhid, ibadah, dan ilmu yang terkait profesinya seperti bagi pedagang wajib mengetahui ilmu perdagangan yang sesuai syariat Islam dan demikian juga profesi lainnya. Islam mendorong penganutnya untuk terus berkembang dan menjadi orang yang bermanfaat bagi siapapun dan di mana pun berada. Sebagaimana dahulu pada pertengahan abad ke-10 hingga abad ke-11 Masehi, Islam mencapai kejayaan dan muncul cendikiawan-cendikiawan muslim yang kompeten di bidang masing-masing. Contohnya pada waktu itu adalah Imam Ibnu Haitsam rahimahullah dan Imam al-Bairuni rahimahullah[1] .

5.           Islam mengatur pencarian rezeki sesuai syariat.

Islam mengatur dan memerintahkan untuk mencari rezeki dengan cara yang halal sesuai ketentuan syariat dan tidak boleh melanggarnya seperti menipu, khianat, curang dan sebagainya. Seseorang yang shalih seharusnya memiliki harta yang halal sehingga dapat diinfakkan kepada orang-orang faqir, dakwah, jihad dengan harta, serta gerakan-gerakan sosial lainnya, sebagaimana dalam hadits:

عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا عَمْرُو نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ (صحيح رواه أحمد)

Sahabat Amru bin Ash radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah bersabda, Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh hamba yang shalih. (Hadits Riwayat Imam Ahmad)

6.          Islam mengatur tentang jihad.

Jihad adalah bersungguh-sungguh untuk menegakkan syariat Islam. Jihad ada bermacam-macam seperti berjihad dengan ilmu (tulisan), lisan, harta, dan jiwa raga. Hendaklah seorang muslim berusaha untuk berniat jihad sebagaimana yang disyariatkan, seperti mengorbankan harta dan jiwanya di jalan Allah subhanahu wa ta'ala. Kehidupan seorang muslim hendaklah diisi dengan berbagai pengorbanan dan usaha yang bersungguh-sungguh untuk menegakkan syariat Allah subhanahu wa ta'ala dengan mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

7.           Menghidupkan pola pikir yang Islami.

Pola pikir dalam Islam adalah merdeka selama masih dalam batasan syariat Islamiyah, bebas dari jumud[2] dalam berpikir, dan bebas dari hal-hal atau pikiran-pikiran yang merusak kemurnian serta kesucian Islam itu sendiri. Adapun perkara-perkara yang bisa mencegah kemajuan/kejayaan kaum muslimin adalah di antaranya kufur, maksiat, bid’ah, dan khurafat; sebagaimana yang terdapat dalam hadits-hadits maudhu (palsu) dan lainnya.

[1] Ibnu Haitsam rahimahullah lahir sekitar tahun 965 dan al-Biruni rahimahullah sekitar tahun 973. Jadi merujuk pada abad ke-10 dan ke-11.

[2] Beku, kaku, dan stagnan.

***

Disadur secara bebas oleh: Al-Ustadz Abu Nida’ Chomsaha Shofwan, Lc., Hafizhahullah, dari Kitab “Judul Asli: "رسائل التوجيهات الإسلامية" (Jilid 1 Bab 1: الخصائص الرئيسة في الإسلام) Karya Syaikh Jamil Zainu Hafizhahullah.

Editor: @rimoesta 

Team Redaksi: Ustadz Abu Abdillah Mubarok, M.Pd. dan Ustadz Abu Layla Turahmin, M.H. Hafizhahumallah

Naskah: Akh Rifki, Akh Fajar, Akh A’zam


***
Dapatkan buku-buku yang disadur oleh 
Al-Ustadz Abu Nida’ Chomsaha Shofwan, Lc, dengan menghubungi admin YMAI di nomor https://wa.me/6285179835750



Abu Bassam

Author