TAFSIR AL-MUYASAR SURAT AL-BAQOROH AYAT 101-105

AL BAQARAH : 101

وَلَمَّا جَاءهُمْ رَسُولٌ مِّنْ عِندِ اللّهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِّنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ كِتَابَ اللّهِ وَرَاء ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ Terjemah : Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah). Tafsir : Saat Muhammad datang kepada mereka dengan membawa Al-Quran yang sesuai dengan Taurat, sekelompok orang dari mereka membuang kitab Allah, mencampakkannya di balik punggung mereka. Keadaan mereka sama dengan orang-orang bodoh yang tidak mengetahui hakikatnya.

AL BAQARAH : 102

وَاتَّبَعُواْ مَا تَتْلُواْ الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَـكِنَّ الشَّيْاطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولاَ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُواْ لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْاْ بِهِ أَنفُسَهُمْ لَوْ كَانُواْ يَعْلَمُونَ Terjemah : Dan mereka mengikuti apa [76] yang dibaca oleh syaitan-syaitan [77] pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat [78] di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu jangnalah kamu kafir. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya [79]. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. ________________________________________ [76] Maksudnya: kitab-kitab sihir. [77] Syaitan-syaitan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa Nabi Sulaiman menyimpan lembaran-lembaran sihir (Ibnu Katsir). [78] Para mufassirin berlainan pendapat tentang yang dimaksud dengan 2 orang malaikat itu. Ada yang berpendapat, mereka betul-betul Malaikat dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang saleh seperti Malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura saleh seperti Malaikat. [79] Berbacam-macam sihir yang dikerjakan orang Yahudi, sampai kepada sihir untuk mencerai-beraikan masyarakat seperti mencerai-beraikan suami isteri. Tafsir : Orang-orang Yahudi mengikuti apa yang dibisikkan oleh para setan kepada tukang sihir di zaman Sulaiman bin Dawud. Sulaiman tidak kufur dan tidak mempelajari sihir, sebaliknya para setanlah yang kafir kepada Allah manakala mereka mengajarkan sihir kepada manusia untuk merusak agama mereka. Orang-orang yahudi juga mengikuti sihir yang diturunkan kepada dua malaikat Harut dan Marut di bumi Babil di Irak sebagai cobaan dan ujian dari allah kepada hamba-hamba-Nya. Dua malaikat tersebut tidak mengajar siapapun kecuali keduanya menasihatinya dan memperingatkannya agar tidak mempelajari sihir. Keduanya berkata kepadanya, Janganlah kamu menjadi kafir dengan mempelajari sihir dan menaati setan. Lalu orang-orang belajar dari dua malaikat tersebut sihir yang memicu kebencian di antara suami istri sehingga keduanya berpisah. Para tukang sihir itu tidak mampu menimpakan mudharat kepada seseorang kecuali dengan izin dan ketetapan dari Allah. Para tukang sihir itu tidak mempelajari kecuali sesuatu yang buruk yang merugikan mereka dan tidak memberi manfaat bagi mereka. Sihir ini dinukil oleh setan-setan kepada orang-orang Yahudi, sampai ia menyebar dikalangan mereka sehingga mereka mengedepankannya di atas kitab Allah. Orang-orang Yahudi menggetahui bahwa siap yang memilih sihir dan meninggalkan kebenaran, maka dia tidak meraih bagian kebaikan di akhirat. Benar-benar buruk sihir dan kekufuran yang mereka dapatkan dengan menggadaikan iman dan mengikuti Rasulullah, seandainya mereka mempunyai ilmu dan membuahkan amal dengan apa yang mereka dinasihati dengannya. Asbabun Nuzul : Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Abul Aliyah bahwa orang-orang Yahudi bertanya kepada Nabi beberapa waktu tentang perkara-perkara yang terdapat dalam Taurat, mereka tidak bertanya tentang sesuatu dari itu kecuali Allah pasti menurunkan jawaban dari apa yang mereka tanyakan dan hal itu membuat mereka terdiam, ketika mereka melihat hal itu mereka berkata : Orang ini lebih tahu tentang apa yang diturunkan kepada kita daripada kita. Mereka bertanya dan mendebatnya dalam masalah sihir, maka Allah menurunkan ayat 102 ini.

AL BAQARAH : 103

وَلَوْ أَنَّهُمْ آمَنُواْ واتَّقَوْا لَمَثُوبَةٌ مِّنْ عِندِ اللَّه خَيْرٌ لَّوْ كَانُواْ يَعْلَمُونَ Terjemah : Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui. #Ketidak sopanan orang-orang Yahudi terhadap Nabi dan sahabat-sahabatnya. Tafsir : Seandainya orang-orang Yahudi itu beriman dan takut kepada Allah, niscaya mereka akan meyakini bahwa pahala Allah adalah lebih baik bagi mereka daripada sihir dan dari apa yang mereka usahakan. Seandainya mereka mengetahui pahala dan balasan yang akan mereka peroleh dari iman dan takwa secara hakiki, niscaya mereka akan beriman.

AL BAQARAH : 104

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَقُولُواْ رَاعِنَا وَقُولُواْ انظُرْنَا وَاسْمَعُوا ْوَلِلكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ Terjemah : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): Raaina, tetapi katakanlah: Unzhurna, dan dengarlah. Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih [80]. ________________________________________ [80] Raa ina berarti: sudilah kiranya kamu memperhatikan kami. Di kala para sahabat menghadapkan kata ini kepada Rasulullah, orang Yahudipun memakai kata ini dengan digumam seakan-akan menyebut Raaina padahal yang mereka katakan ialah Ruuunah yang berarti kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh supaya sahabat-sahabat menukar perkataan Raaina dengan Unzhurna yang juga sama artinya dengan Raaina. Tafsir : Wahai orang-orang beriman, jangan mengucapkan kepada Rasul Muhammad Raina, yakni, berikanlah pendengaranmu, pahamilah kami dan jadikanlah kami paham.. Orang-orang Yahudi mengucapkannya kepada Nabi dengan memutar lidah mereka dengan maksud menghina beliau dan menisbatkannya kepada Ruunah (kebodohan). Sebagai gantinya, Ucapakanlah wahai orang-orang mukmin, Unzhurna . Yakni lihat dan perhatikanlah kami. Kata ini menunaikan makna yang sama dengan kata sebelumnya. Dan dengarkanlah apa yang dibacakan kepadamu dari kitab Rabb-mu serta pahamila. Bagi orang-orang yang ingkar disediakan adzab yang pedih. Asbabun Nuzul : Ibnul Mundzir meriwayatkan dari as-Suddi, ia berkata : Ada dua orang Yahudi, Malik bin ash-Shaif dan Rifa ah bin Zaid, apabila keduanya bertemu Nabi, keduanya berkata kepada beliau : Raa ina pendengaranmu dan dengarkanlah selain yang didengar. Maka kaum muslimin mengira bahwa ia merupakan pujian mereka kepada nabi-nabi mereka maka kaum muslimin mengatakan itu kepada Nabi, maka Allah menurunkan ayat 104 ini.

AL BAQARAH : 105

مَّا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَلاَ الْمُشْرِكِينَ أَن يُنَزَّلَ عَلَيْكُم مِّنْ خَيْرٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَاللّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَن يَشَاء وَاللّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ Terjemah : Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar. #Menasakhkan sesuatu ayat adalah urusan Allah. Tafsir : Orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab dan orang-orang musyrikin tidak suka bila Allah menurunkan kebaikan sekecil apa pun kepadamu. Baik berupa Al-Quran maupun ilmu, pertolongan maupun kabar gembira. Padahal Allah mengkhususkan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki dengan kenabian dan kerasulan. Dan Allah adalah pemilik kebaikan dan pemberian yang banyak dan luas. Dikutip dari kitab Tafsir Al-Muyassar Jilid 1, Penulis Syaikh Bakar Abu Zaid, Penerbit : An-Naba’

Author

Tag