Faedah Hadits: PENYEBAB HATI MENJADI KERAS
 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُكْثِرُوا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْ اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي

Dari Abdullah bin Dinar menuturkan bahwa sahabat Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian banyak bicara tanpa ada berdzikir kepada Allah (menyebut nama Allah), karena banyak bicara tanpa ada berdzikir kepada Allah (menyebut nama Allah) akan membuat hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras.” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi nomor: 2335 dan al-Mundziri, dengan sanad yang hasan) Penjelasan Hadits: Nabi melarang umatnya untuk menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat, dan membimbing agar mengarahkan umatnya agar melakukan amalan-amalan yang bermanfaat; berupa berdzikir kepada Allah seperti membaca tahmid, tasbih, takbir, istigfar, dan dzikir-dzikir yang lainnya; termasuk dalam berbicara, disela-sela pembicaraannya menyebut nama Allah  atau berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Karena akibat melupakan Allah dan menyibukkan berbicara tanpa menyebut nama Allah dapat menyebabkan kerasnya hati; dan menjadi orang yang paling jauh dengan Allah subhanahu wa ta'ala, sehingga nasihat-nasihat yang disampaikan kepadanya tidak memberikan manfaat kepadanya. Faedah Hadits: 1. Larangan pembicaraan yang kosong dari menyebut nama Allah subhanahu wa ta'ala, meskipun dalam perkara yang mubah. 2. Pembicaraan yang kosong dari menyebut nama Allah atau berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta'ala, merupakan sebab mengerasnya hati seseorang. 3. Penjelasan bahwa orang yang paling jauh dengan Allah subhanahu wa ta'ala adalah orang yang paling keras hatinya. 4. Orang yang sering menyebut nama Allah dalam berbicara, menunjukkan benarnya iman seseorang dan kadar cintanya kepada Allah subhanahu wa ta'ala, karena di antara bukti cinta kepada Allah adalah sering menyebut nama-Nya. -pen. *** Disadur secara bebas oleh: Al-Ustadz Abu Nida’ Chomsaha Shofwan, Lc. Hafizhahullah, dari Kitab "Al-Arba’una Haditsan fil Madhi wadz Dzammi", karya: Syaikh Sa’ad bin Muhammad at-Thukhis. Editor: @rimoesta Team Redaksi: Ustadz Abu Abdillah Mubarok, M.Pd. dan Ustadz Abu Layla Turahmin, M.H. Hafizhahumallah.

Author