ADILAH TERHADAP ANAK-ANAK KALIAN
Kasih sayang kepada keluarga di antaranya adalah dengan mencium anak dengan kasih sayang dan mempunyai pengaruh dalam Tarbiyah anak, bahkan harus adil di antara anak-anak dalam kasih-mengasih, sayang-menyayang, sebagaimana wasiat-wasiat Rasul dalam mencium menggendong, memangku, dan sebagainya.

عَن أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ رَجُلًا كَانَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَ ابْنٌ لَهُ فَقَبَّلَهُ وَأَقْعَدَهُ عَلَى فَخِذِهِ، وَجَاءَتْهُ بُنَيَّةٌ لَهُ فَأَجْلَسَهَا بَيْنَ يَدَيْهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلَا سَوَّيْتَ بَيْنَهُمَا. -)رواه البزار(

Anas radhiyallahu 'anhu, “Seorang pria bersama Nabi . Tiba-tiba anak laki-laki orang itu mendatanginya, dia menciumnya dan mendudukkannya di pahanya. Kemudian anak perempuannya datang dan dia mendudukkannya di depannya. Nabi ﷺ berkata, “Apakah kamu tidak memperlakukan mereka berdua dengan setara?” (Hadits Riwayat Al-Bizar)

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسًا، وَعِنْدَهُ رَجُلٌ، فَجَاءَ ابْنُ الرَّجُلِ فَأَقْعَدَهُ الرَّجُلُ فِي حِجْرِهِ، وَجَاءَتِ ابْنَتَهُ فَأَقْعَدَهَا إِلَى لَزْقِهِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((أَلَا عَدَلْتَ بَيْنَهُمَا)) -رواه ابن الأرابي في معجمه

Nabi sedang duduk bersama seorang laki-laki, kemudian datang salah seorang putra laki-laki tersebut, maka dia memangkunya, kemudian datang putri laki-laki tersebut, tetapi laki-laki tersebut “menyingkirkannya”. Nabi berkata, “Tidakkah engkau berbuat adil di antara keduanya?” (Hadits Riwayat Ibnul Arabi dalam Mu’jam-nya). Memang kalau tidak adil barangkali ada yang hasad dengki di antara saudara-saudaranya, maka wajib belas kasihan dan adil di antara anak-anak. Dengan begitu akan terwujud mawadah dan kasih sayang dalam keluarga.

عَنْ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَقُولُ أَعْطَانِي أَبِي عَطِيَّةً فَقَالَتْ عَمْرَةُ بِنْتُ رَوَاحَةَ لَا أَرْضَى حَتَّى تُشْهِدَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي أَعْطَيْتُ ابْنِي مِنْ عَمْرَةَ بِنْتِ رَوَاحَةَ عَطِيَّةً فَأَمَرَتْنِي أَنْ أُشْهِدَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَعْطَيْتَ سَائِرَ وَلَدِكَ مِثْلَ هَذَا قَالَ لَا قَالَ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ. (رواه البخاري).

Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhu berkhutbah di atas mimbar, katanya, “Bapakku memberiku sebuah hadiah (pemberian tanpa imbalan). Maka 'Amrah binti Rawahah berkata, “Aku tidak rela sampai kamu mempersaksikannya kepada Rasulullah .” Maka bapakku menemui Rasulullah dan berkata, “Aku memberi anakku sebuah hadiah yang berasal dari 'Amrah binti Rawahah, namun dia memerintahkan aku agar aku mempersaksikannya kepada anda, wahai Rasulullah.” Beliau bertanya, “Apakah semua anakmu kamu beri hadiah seperti ini?.” Dia menjawab: “Tidak.” Beliau bersabda, “Bertakwalah kalian kepada Allah dan berbuat adillah di antara anak-anak kalian.” (Hadits Riwayat Bukhari).

لَا أَشْهَدُ عَلَى جَوْرٍ. (رواه البخاري).

Aku tidak mau bersaksi di atas kecurangan.” (Hadits Riwayat Bukhari)

أَنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ له أَيَسُرُّكَ أَنْ يَكُونُوا إِلَيْكَ فِي الْبِرِّ سَوَاءً قَالَ بَلَى قَالَ فَلَا إِذًا. (رواه مسلم).

Bahwasanya Nabi telah bersabda kepadanya, “Apakah kamu tidak ingin mereka berbakti kepadamu dengan kadar yang sama?” ayahku menjawab, “Tentu.” Beliau bersabda, “Jika begitu, janganlah lakukan perbuatan itu lagi.” (Hadits Riwayat Muslim). Ini peringatan bahwa tidak boleh zhalim di antara anak-anak baik dalam memberi atau kasih sayang haruslah sama (setara). Berbeda dengan pembagian waris.

Menyayangi Anak Kecil, Menghormati Orang Tua

عَنْ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ جَاءَ شَيْخٌ يُرِيدُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَبْطَأَ الْقَوْمُ عَنْهُ أَنْ يُوَسِّعُوا لَهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا. (رواه الترمذي)

Anas bin Malik berkata, “Seorang lelaki tua datang kepada Nabi lantas orang-orang memperlambat untuk memperluas jalan untuknya, maka Nabi bersabda, “Bukan termasuk dari golongan kami orang yang tidak menyayangi anak kecil kami dan tidak menghormati orang tua (orang dewasa) kami.” (Hadits Riwayat Tirmidzi).

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ شَرَفَ كَبِيرِنَا. (رواه الترمذي)

Amr bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Tidak termasuk golongan kami, orang yang tidak mengasihi anak-anak kecil dan tidak pula menghormati para orang tua kami.” (Hadits Riwayat Tirmidzi) Ini adalah peringatan, orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda disebut oleh Nabi laisa minna” (bukan dari golongan kami). Ini menunjukkan hal yang bahaya.

عَنْ أَبُوْ هُرَيْرَة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعَ أُذُنَايَ هَاتَانِ، وَبَصُرَ عَيْنَايَ هَاتَانِ رَسُوُلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدَيْهِ جَمِيْعٌا بِكَفَّيِّ الْحَسَنِ، أَوِ الْحُسَيْنِ -صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهُمَا- وَقَدَمَيْهِ عَلَى قَدَمِ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَ رَسُوُلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُول: ((ارْقَهْ))، قَالَ: فَرَقِيَ الْغُلَامُ حَتَّى وَضَعَ قَدَمَيْهِ عَلَى صَدْرِ رَسُوُلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، ثَمَّ قَالَ رَسُوُلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((افْتَحْ فَاكَ))، ثُمَّ قَبَّلَهُ، ثُمَّ قَالَ: ((اللَّهُمَّ أَحِبَّهُ، فَإِنِّي أُحِّبُهُ )). -رواه البخاري في الأدب المفرد

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, “Aku mendengar dengan dua telingaku, dan melihat dengan dua mataku, Rasulullah memegang kedua telapak tangan Hasan atau Husain dan meletakkan kedua telapak kaki cucunya itu di atas kakinya. Beliau bersabda, “Bersikap lemah lembutlah padanya.” Lalu cucu beliau itu naik hingga kakinya berada di dada Rasulullah, kemudian beliau berkata, “Buka mulutmu, kemudian beliau menciumnya dan berdoa, ya Allah jadikanlah ia dicintai karena aku mencintainya.” (Hadits Riwayat Bukhari). Ini adalah bentuk menggembirakan anak kecil dengan senang bermain-main dengannya dan ramah dengannya sehingga kesenangan akan masuk di hati si anak. Pengaruhnya adalah anak otomatis akan mau menghormati orang yang lebih tua, maka sangatlah berbeda dengan sikap yang digambarkan dalam hadits di bawah ini:

إِنَّ لِي عَشَرَةً مِنْ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ وَاحِدً مِنْهُمْ. (رواه البخاري).

Sesungguhnya aku memiliki sepuluh orang anak, namun aku tidak pernah mencium mereka sekali pun.” (Hadits Riwayat Bukhari). Kadang-kadang Nabi membawa anak-anaknya di kamarnya dengan lembut. Sebagian anak-anak itu ada yang mengencingi baju beliau, tapi beliau tidak kaget, tidak berubah wajahnya dan tidak pernah marah.

عَنْ أُمِّ قَيْسٍ بِنْتِ مِحْصَنٍ أَنَّهَا أَتَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِابْنٍ لَهَا لَمْ يَأْكُلْ الطَّعَامَ فَوَضَعَتْهُ فِي حَجْرِهِ فَبَالَ قَالَ فَلَمْ يَزِدْ عَلَى أَنْ نَضَحَ بِالْمَاءِ. (رواه مسلم).

Ummu Qais binti Mihshan mendatangi Rasulullah dengan membawa seorang anak laki-lakinya yang belum makan makanan, lalu dia meletakkannya di pangkuan beliau. Kemudian bayi tersebut kencing. Ubaidullah berkata, “Tidaklah beliau melakukan sesuatu kecuali hanya sekedar memercikkan air (pada bekas kencingnya).” (Hadits Riwayat Bukhari).

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ أُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَبِيٍّ يَرْضَعُ فَبَالَ فِي حَجْرِهِ فَدَعَا بِمَاءٍ فَصَبَّهُ عَلَيْهِ. (رواه مسلم).

Aisyah radhiyallahu 'anha dia berkata, “Dibawakan kepada Nabi seorang bayi yang masih menyusui yang kemudian ia kencing dalam timangannya. Beliau kemudian minta air seraya menuangkannya pada bekas air kencing tersebut.” (Hadits Riwayat Muslim). Nabi kadang-kadang meringankan dan memendekkan shalat apabila mendengar anak kecil menangis dan ibunya ada di belakangnya dengan rasa kasihan beliau.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَدْخُلُ فِي الصَّلَاةِ وَإِنِّي أُرِيدُ إِطَالَتَهَا فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ فَأَتَجَوَّزُ فِي صَلَاتِي مِمَّا أَعْلَمُ لِوَجْدِ أُمِّهِ بِبُكَائِهِ. (رواه ابن ماجة).

Anas bin Malik berkata, Rasulullah bersabda, “Ketika shalat aku ingin memanjangkannya, namun aku mendengar tangisan anak kecil hingga aku mempercepatnya, sebab aku tahu kegundahan hati sang ibu karena tangisan bayinya.” (Hadits Riwayat Ibnu Majah). Orang tua baik ibu dan bapak mesti memperhatikan hal ini karena kasih sayangnya kepada anak-anak adalah suatu kebahagiaan. Tidak selayaknya meremehkan sekalipun sedikit.

عن أنس بن مالك: جاءت امرأة إلى عائشة رضي الله عنها، فأعطتها عائشة ثلاث تمرات ، فأعطت كل صبي لها تمرة ، وأمسكت لنفسها تمرة ، فأكل الصبيان التمرتين ونظرا إلى أمهما ، فعمدت إلى التمرة فشقتها ، فأعطت كل صبي نصف تمرة ، فجاء النبي فأخبرته عائشة فقال: ((وما يعجبك من ذلك ؟ لقد رحمها الله برحمتها صبييها)) -رواه البخاري في الأدب المفرد

Dari Anas bin Malik, bahwasanya telah datang seorang wanita kepada Aisyah radhiyallahu 'anha, lalu Aisyah radhiyallahu 'anha memberinya tiga buah kurma. Wanita itu kemudian memberi kepada setiap anak satu buah kurma dan tinggal satu kurma di tangannya. Dua anak kecil sudah memakan dua buah kurma itu dan memandang pada ibunya. Si ibu lalu membelah yang satu kurma itu menjadi dua dan memberikan kepada kedua anak itu masing-masing separuh. Setelah Nabi datang, Aisyah radhiyallahu 'anha mengabarkan tentang kejadian itu sehingga beliau bersabda, “Apa yang membuatmu takjub pada kejadian itu, sungguh Allah telah memberi rahmat-Nya kepada si ibu itu atas kasih sayangnya kepada dua anak kecilnya itu.” (Hadits Riwayat Bukhari). Yang datang kepada Aisyah radhiyallahu 'anha adalah seorang wanita fakir yang pada waktu itu sudah tidak ada yang bisa dimakan, tentu dalam keadaan sangat lapar anak tersebut walaupun ibunya juga lapar tapi karena yang di tangan ibu karena anak masih lapar sehingga di minta lagi dan akhirnya di bagi dua dan diberikan kepada kedua anaknya dan di makan lagi oleh kedua anaknya. Ini adalah contoh bahwa Allah l telah meletakkan sifat kasih sayang di hati setiap ibu sehingga dia akan selalu mengutamakan anaknya walaupun dia sendiri lapar. *** Artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya: SAYANGI ANAKMU SELAMANYA (1) Artikel tersebut merupakan cuplikan dari artikel yang disadur secara bebas oleh: Al-Ustadz Abu Nida’ Chomsaha Shofwan, Lc. hafidzhahullah, dari kitab Ahaditsul Akhlaq Bab Rahmatul ‘Iyal (halaman 82-96), karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdilmuhsin al-Abad al-Badr Editor : @rimoesta Team Redaksi: Ustadz Abu Abdillah Mubarok, M.Pd., Ustadz Abu Layla Turahmin, M.H.

Author