KONSEP TAUHID DALAM PENGASUHAN ANAK-ANAK
Oleh : Ustadzah Nida` Uzzakiyah, S.H.I dan Ustadzah Qiyadah Robbaniyah M.Pd.I Memahami konsep tauhid dalam penerapan kehidupan sehari-hari setiap orang berbeda-beda sesuai pengalaman yang pernah dia rasakan. Pengalaman keagamaan dan pengenalan emosi serta pengetahuan keagamaan ketika masih anak-anak mempengaruhi proses selanjutnya ketika dewasa dalam menyikapi setiap proses yang dijalani dalam hidupnya. Pengalaman dimasa kecil sangat mempengaruhi seseorang dalam memahami dan mengaplikasikan konsep tauhid di masa dewasa. Anak lebih mengenal dan merasakan kedekatan kepada Allah dengan cara orang tua atau lingkunganya memberikan pengalamanan yang baik di masa kecilnya. Mempunyai keyakinan dalam beragama ketika dewasa juga mempunyai korelasi/hubungan yang kuat dengan pengasuhan di masa anak-anak. Anak-anak memahami Tuhannya dimulai dari pertama kali diasuh, jika dia diasuh dengan konsep yang benar. Contohnya: 1. Allah Maha Pengasih Bagaimana anak mengetahui dan merasakan Allah Maha Pengasih jika dia tidak pernah merasakan kasih sayang, maka dalam pengasuhan dan pendidikan anak dikenalkan apa itu kasih sayang, anak merasakan kasih sayang, apa yang harus dilakukan jika menyayangi seseorang. 2. Allah Mencintai Hamba-Nya Mengenalkan kepada anak apa itu cinta. Anak mendapatkan pengalaman mendapatkan rasa dicintai. Memberikan penjelasan bagaimana cinta yang benar. Maka konsep cinta akan tumbuh dianak dengan subur. Kenyakinan itu akan tumbuh dan faham dalam diri anak dengan kita sebagai orang tua atau pengasuh serta pendidik memberikan cinta yang benar. Contoh: a) Memberi penjelasan kepada anak alasan sesuatu hal diperbolehkan karena Allah cinta kepada kita; b) Memberi penjelasan kepada anak alasan sesuatu hal yang tidak diperbolehkan karena Allah cinta kepada kita. Landasan dari cinta ini adalah agama, sehingga kita tidak terjatuh dari hal-hal yang di larang atau syubhat. 3. Anaabu (jika berbuat kesalahan kembali/bertaubat kepada Allah) Pada masa anak-anak, orang tua atau pengasuhnya adalah orang yang paling dipercaya dan yang paling menjadi tempat yang paling aman. Jika anak mengalami sesuatu hal di luar, sesuatu yang menyakitkan atau berbuat sesuatu hal yang tidak baik, dia akan kembali pulang untuk mengadu dan meminta pertolongan kepada orang tuanya atau pengasuhnya. Maka di sini hal yang terpenting peran orang tua atau pengasuh sangat penting dalam memberikan pengalaman kepada anak, bagaimana sikap kita, respon kita, bagaimana kita memberikan solusi dari permasalahan dan kebutuhan anak. Maka kelas sudah dewasa jika ada kesulitan dia kembali kepada Allah untuk mencari solusi atau bertobat jika berbuat salah. 4. Rasa Khouf/takut Orang tua mengenalkan apa itu takut, mengenalkan rasa takut itu seperti apa. Memberi nama perasaan takut. Memberi penjelasan apa saja yang boleh ditakuti sehingga anak mempunyai pengalaman rasa takut itu seperti apa. Sehingga jika sudah dewasa apabila ada hal-hal yang disana ada kata takut dalam konsep tauhid, mereka dapat merasakan takut itu seperti apa, sehingga dapat meningkatkan keyakinan dalam beragama. 5. Meminta Pertolongan/istiaadzah Mengajarkan doa meminta pertolongan dan memberikan penjelasan dan mengarahan dari hal-hal yang tidak baik, seperti hasad, iri, dengki, amalan-amalan yang tidak diterima, waktu yang tidak bermanfaat. Harapannya anak mempunyai pengalaman dan pengetahuan dari hal-hal yang sia-sia yang menjadi fitnah di zaman ini seperti kecanduan game online, pornografi, dll. Konsep tauhid jika sudah kita kenalkan sejak di masa kecil maka komitmen yang dia yakini akan lebih kuat dan menjadi bekal dalam menghadapi tantangan di waktu dewasa. Orang tua mempunyai kewajiban mendampingi dalam memberikan pemahaman dan pengalaman sampai anak faham secara benar konsep tersebut, dengan harapan ketika dewasa akan memudahkan dalam memahami konsep tauhid dengan benar dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan kemanfaatannya secara umum. Semua ilmu dan pengalaman tauhid dapat diterima karena fitrohnya masih lurus dan bagus. Fitrohnya bisa rusak atau terluka karena kejadian-kejadian di masa kecil. Jika seorang anak di masa kecil tidak merasakan pengalaman yang baik atau yang dialami bertentangan (contoh Allah Maha penyayang, tetapi dia tidak pernah merasakan kasih sayang di waktu kecil) dan jika tidak dibarengi dengan ilmu agama (terutama tentang ketauhidan, ma`rifatulloh, aqidah). Maka akan terjadi kesulitan untuk membangun keyakinan yang benar atau butuh usaha lebih besar. *** Baca juga: JANGAN MENDO’AKAN KEBURUKAN UNTUK ANAK KITA SAYANGI ANAKMU SELAMANYA

Author