KEUTAMAAN IBADAH HAJI & UMRAH

Haji adalah rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh umat Muslim yang mampu. Dalam Al-Qur’an, Allah l menekankan bahwa kewajiban ini penting sebagai bentuk pengabdian. Menunaikan haji bukan hanya memperkuat iman, tetapi juga memungkinkan jamaah merasakan persatuan umat dan mendapatkan ampunan serta berkah dari Allah l.

Keutamaan Haji dan Umrah:

1.           Haji Merupakan Kewajiban Bagi Umat Islam Yang Mampu.

 وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

“Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (Al-Qur’an Surat Ali Imran: 97)

2.           Pahala Ibadah Haji Dan Umrah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ (متفق عليه)

Sahabat Abu Hurairah z bahwa Nabi berkata, “Umrah ke umrah berikutnya menjadi penghapus dosa antara keduanya dan haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.” (Muttafaqun ‘Alaih)

3.           Pahala Melaksanakan Haji Dengan Sempurna.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ (رواه أحمد)

Sahabat Abu Hurairah z berkata, Rasulullah  bersabda, “Barangsiapa menunaikan ibadah haji lalu ia tidak mengucapkan kata-kata kotor serta tidak berbuat kefasikan maka ia pulang dalam keadaan suci seperti pada saat dilahirkan oleh ibunya.” (Hadits Riwayat Imam Ahmad)

لَمْ يَرْفُثْ: لَمْ يَفْحُشْ فِي الْقَوْلِ

“Belum mengeluarkan kata-kata kotor: Belum menggunakan bahasa kasar dalam perkataan.”

 4.          Haji Terakhir Nabi .

جَابِرًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْمِي عَلَى رَاحِلَتِهِ يَوْمَ النَّحْرِ وَيَقُولُ لِتَأْخُذُوا مَنَاسِكَكُمْ فَإِنِّي لَا أَدْرِي لَعَلِّي لَا أَحُجُّ بَعْدَ حَجَّتِي هَذِهِ (رواه مسلم)

Sahabat Jabir z berkata, “Aku pernah melihat Nabi  melempar Jumrah dari atas kendaraan beliau pada hari Nahr (penyembelihan hewan kurban). Beliau bersabda, ‘Lakukanlah haji kalian, sebab aku tidak tahu, barangkali aku tidak berhaji lagi sesudah hajiku ini’.” (Hadits Riwayat Imam Muslim)

Penjelasan:

a)  Saudaraku Muslim, jika Anda memiliki cukup biaya untuk perjalanan pulang pergi, sebaiknya laksanakan ibadah Haji atau Umrah. Banyak orang yang sering terfokus pada oleh-oleh dan hal-hal lainnya yang sebenarnya tidak wajib

b)  Harta yang dipakai untuk Haji dan Umrah harus uang yang halal supaya diterima oleh Allah l.

c)   Bagi perempuan harus ada mahram dengan dalil di bawah ini. (Tetapi sebagian ulama membolehkan mahrom ummahat yang punya mahram; Peny.)

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُسَافِرْ الْمَرْأَةُ ثَلَاثًا إِلَّا وَمَعَهَا ذُو مَحْرَمٍ (متفق عليه)

Sahabat Ibnu Umar x bahwa Rasulullah  bersabda, “Seorang wanita tidak boleh bepergian selama tiga hari kecuali disertai mahramnya.” (Muttafaqun ‘Alaih)

d)  Sebelum berangkat haji sebaiknya masalah-masalah diselesaikan terlebih dahulu, misalnya: perselisihan dengan orang, hutang-hutang dibayar, dan berilah wasiat kepada yag dirumah agar tidak boros atau berlebihan dalam makan, kendaraan rumah dan lain-lain.

كُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْا ۚ

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” (Al-Qur’an Surat Al-A’raf: 31)

e)  Haji adalah muktamar besar di mana jutaan manusia Muslim berkumpul dari berbagai kalangan, termasuk ulama, pelayan, dan pejabat. Semua Muslim saling mengenal, saling mencintai, dan saling membantu ketika ada masalah, serta banyak hal lainnya.

5.           Haji & Umrah Harus Ikhlas Karena Allah l.

Yang paling penting dalam semua ibadah termasuk Haji atau Umrah adalah niat ikhlas hanya untuk Allah l dan tanpa menyekutukan-Nya. Sebagaimana firman-Nya:

قُلْ اِنَّمَآ اَدْعُوْا رَبِّيْ وَلَآ اُشْرِكُ بِهٖٓ اَحَدًا

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.” (Al-Qur’an Surat Al-Jin: 20)

Selain itu perbanyaklah berdoa, termasuk berdoa dan minta pertolongan kepada Allah l agar dihilangkan masyakil-masyakil (kesulitan-kesulitab) di dunia dan  juga akhirat.

6.          Umrah Dapat Dilakukan Kapan Saja, Akan Tetapi Lebih Afdhal Di Bulan Ramadhan.

قَالَ أَحْمَدُ وَإِسْحَقُ قَدْ ثَبَتَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ تَعْدِلُ حَجَّةً (متفق عليه)

Ahmad dan Ishaq bependapat, “Telah benar diriwayatkan dari Nabi  bahwa Umrah di bulan Ramadhan sebanding dengan melaksanakan haji.” (Muttafaqun ‘Alaih)

7.           Pahala Shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ (متفق عليه)

Sahabat Abu Hurairah z dan sampai kepada Nabi , bahwa beliau bersabda, “Shalat di masjidku ini, lebih baik daripada seribu shalat di tempat lain, kecuali di Masjidil Haram.” (Muttafaqun ‘Alaih)

عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ (رواه ابن ماجه)

Sahabat Jabir z bahwa Rasulullah  bersabda, “Shalat di masjidku lebih utama seribu kali dari shalat di masjid selainnya, kecuali masjidil Haram. Dan shalat di masjidil Haram lebih utama seratus ribu kali dari shalat di tempat selainnya.” (Hadits Riwayat Imam Ibnu Majah)

8.          Wajib Bagi Keluarga Muhammad  Haji Tamattu’:  Umrah, lalu Tahalul, lalu Haji.

Ummul Mukminin Ummu Salamah x berkata kepadaku,

عَلَيْكَ بِحَجِّ التَّمَتُّعِ, وَهُوَ الْعُمْرَةُ وَالتَّحَلُّلُ مِنْهَا ثُمَّ الْحَجُّ لِقَوْلِهِ ﷺ : يَا آلَ مُحَمَّدٍ مَنْ حَجَّ مِنْكُمْ فَلْيُهِلَّ بِعُمْرَةٍ فِي حَجَّةٍ (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانٍ وَصَحَحَهُ الْأَلْبَانِي)

 Hendaklah kalian melakukan haji Tamattu’ yaitu dengan melakukan umrah, dilanjutkan dengan tahalul, kemudian berhaji. Berdasarkan sabda Nabi , “Wahai keluarga Muhammad, barangsiapa di antara kalian yang berhaji maka berniatlah umrah dalam hajinya.” (Hadits Riwayat Ibnu Hibban dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

 

Amal-Ibadah Dalam Umrah:

1.           Ihram (اللإحرام): Memakai pakaian ihram di miqot dan membaca niat umrah (لبيك اللهم بعمرة), diikuti dengan talbiyah (لبيك اللهم لبيك).

 

2.           Thawaf (الطواف): Setibanya di Makkah, lakukan thawaf dengan memutari Ka'bah sebanyak tujuh kali, dimulai dari Hajar Aswad. Bacalah بسم الله الله أكبر, cium Hajar Aswad jika memungkinkan, atau isyaratkan dengan tangan. Di antara Hajar Aswad dan Rukun Yamani, bacalah doa:

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Setelah selesai thawaf, shalat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim. Dan bacalah surat Al-Kafirun dalam rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas di rakaat kedua.

3.           Sa’i (السعى): Naik ke Bukit Shofa, menghadap kiblat, dan mengangkat tangan lalu membaca doa:
الصفا والمروة من شعائر الله. Lakukan Sa’i antara Shofa dan Marwah sebanyak tujuh kali.

 

4.          Tahalul (التحلل): Melakukan tahalul dengan mencukur rambut atau memotong sebagian. Wanita cukup memotong ujung rambutnya.

 

5.           Setelah tahalul, umrah selesai dan Anda telah kembali halal.

***

Disadur secara bebas oleh: Al-Ustadz Abu Nida’ Chomsaha Shofwan, Lc., hafizhahullah, dari Judul Kitab Asli: "رسائل التوجيهات الإسلامية" (Jilid 1 Bab 2: أركان الإسلام), Karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu t.

Editor: @rimoesta (Arif Mustakim, S.Hut.)

Team Redaksi: Ustadz Abu Abdillah Mubarok, M.Pd. dan Ustadz Abu Layla Turahmin, M.H. hafizhahumallah

Naskah: Akhi Rifki, Akhi Fajar, Akhi A’zam.

Abu Bassam

Author