KEUTAMAAN PARA JURU DAKWAH
Banyak petunjuk di dalam Al-Quran dan hadits nabi yang memerintahkan kewajiban menyampaikan dakwah. Dijelaskan juga beragam keutamaan juru dakwah. Tak lupa ada bahasan tentang besarnya pahala yang diperoleh para pendakwah. Ayat dalam Al-Quran yang menyinggung tentang dakwah lebih banyak jumlahnya daripada bahasan tentang puasa dan haji. Padahal dua terakhir tersebut merupakan rukun Islam. Ini menunjukkan bahwa dakwah memiliki kedudukan yang agung dalam agama Islam. Dakwah menjadi asas dari syariat Islam itu sendiri. Dengan adanya dakwah maka syariat Allah menjadi tegak secara sempurna. Allah b menjadikan amar maruf nahi munkar sebagai pembeda antara orang mukmin dan munafik. Allah b berfirman, ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتُ بَعۡضُهُم مِّنۢ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمُنكَرِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَقۡبِضُونَ أَيۡدِيَهُمۡۚ نَسُواْ ٱللَّهَ فَنَسِيَهُمۡۚ إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma´ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.” (Surah At-Taubah:67)   وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ سَيَرۡحَمُهُمُ ٱللَّهُۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ٧١   “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Surah At-Taubah:71)   Kedua ayat tersebut menginformasikan bahwa kebiasaan amar ma’ruf wa nahyu ‘anilmunkar adalah ciri khusus seorang mukmin. Puncaknya adalah mendakwahkan ajaran agam Islam. Sebaliknya, orang munafik justru cenderung mengajak kepada kemungkaran dan mencegah kebaikan. Amr bil ma’ruf wa nahi munkar merupakan kewajiban yang telah Allah  b perintahkan pada umat-umat terdahulu. Allah b berfirman, لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۢ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُۥدَ وَعِيسَى ٱبۡنِ مَرۡيَمَۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعۡتَدُونَ ٧٨ كَانُواْ لَا يَتَنَاهَوۡنَ عَن مُّنكَرٖ فَعَلُوهُۚ لَبِئۡسَ مَا كَانُواْ يَفۡعَلُونَ ٧٩Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. * Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (Surah Al-Maidah:79)   Ayat di atas mennggambarkan perilaku kaum terdahulu sebelum kenabian Nabi Muhammad. Penduduk pada zaman Bani Israel terdahulu antara satu dengan yang lainnya tidak saling mengingatkan. Tidak ada upaya tindakan pencegahan perbuatan yang diharamkan oleh Allah b  di tengah masyarakat. Akibatnya Allah b mencela mereka. Celaan dan ancaman juga tertuju pada setiap orang yang melakukan hal serupa. ?   Keutamaan dan Pahala Orang yang Berdakwah Amar ma’ruf dan nahi munkar pun merupakan sifat Nabi Muhammad e. Beliau disifatkan sebagai sosok yang telah digambarkan dalam kitab suci sebelum al-Quran, dengan tindakannya yang berjalan di atas amar ma’ruf nahi mungkar. Hal itu juga sebagaimana Allah b sebutkan ketika menjelaskan sifat beliau e, ٱلَّذِينَ يَتَّبِعُونَ ٱلرَّسُولَ ٱلنَّبِيَّ ٱلۡأُمِّيَّ ٱلَّذِي يَجِدُونَهُۥ مَكۡتُوبًا عِندَهُمۡ فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَٱلۡإِنجِيلِ يَأۡمُرُهُم بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَىٰهُمۡ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡخَبَٰٓئِثَ وَيَضَعُ عَنۡهُمۡ إِصۡرَهُمۡ وَٱلۡأَغۡلَٰلَ ٱلَّتِي كَانَتۡ عَلَيۡهِمۡۚ فَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَٱتَّبَعُواْ ٱلنُّورَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ مَعَهُۥٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٥٧(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma´ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Surah Al-‘Araf:157) Ayat ini menunjukkan sempurnanya agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad e. Dengan lisannya Allah b perintahkan untuk melakukan segala bentuk kebajikan dan mencegah dari segala bentuk kemungkaran, menghalalkan yang baik dan mengharamkan yang buruk. Begitulah Allah b menyifati pribadi Nabi Muhammad e. Allah berfirman, كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ ١١٠Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (Surah Ali Imran:110)   Menjadi Umat Terbaik Karena Dakwah Abu Hurairah ra berkata, كُنْتُمْ خَيْرَ النَّاسِ لِلنَّاسِ تَأْتُونَ بِهِمْ فِي الْقُيُودِ وَالسَّلَاسِلِ حَتَّى تُدْخِلُوهُمْ الْإِسْلَامَKalian adalah sebaik-baik manusia yang diutus untuk manusia, kalian datang dengan membawa batasan dan rantai sehingga merekapun masuk ke dalam Islam.” Melalui ayat tersebut Allah b  menunjukkan bahwasanya umat Nabi Muhammad e adalah sebaik-baik umat di antara umat yang pernah ada. Mereka banyak memberikan manfaat dan berbuat baik terhadap sesama. Mereka selalu mengajak kepada kebaikan dan melarang kemungkaran. Nah, umat ini akan selalu berada dalam kebaikan  dan kejayaan selama mereka menjaga tiga perinsip tersebut. Dalam ayat tersebut juga ditunjukkan kata amar ma’ruf nahi munkar didahulukan sebelum penyebutan iman kepada Allah . Bukankah iman harus didahulukan di atas segala bentuk ketaatan? Ini mengandung pesan bahwa amar ma’ruf nahi mungkar dapat memelihara keimanan. Didahulukannya penyebutan kata amr ma’ruf nahi munkar sesuai dengan kebiasaan manusia yang menjadikan sesuatu yang dapat melindungi mereka diletakkan berada di depan. Dakwah adalah Menunaikan Kewajiban Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Surah Ali Imran:104) Ayat di atas menunjukkan kewajiban amr ma’ruf wa nahi ’anil munkar, karena diawali dengan kata perintah. Kaidah asalnya adalah bahwa kata perintah menunjukkan kewajiban. Dijelaskan juga bahwa keberuntungan erat kaitannya dengan menyeru kebajikan dan mencegah kemungkaran. Terbebas dari Kerugian Dengan Melakukan Dakwah Allah  berfirman, وَٱلۡعَصۡرِ١  إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢  إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran & nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Surah Al-‘Ashr:1-3) Allah ‘Azza wa Jalla telah menyatakan bahwasanya setiap manusia pada hakikatnya berada dalam keadaan merugi. Kemudian dinyatakan adanya perkecualian. Yaitu hamba-Nya yang ada pada dirinya ada empat perkara, yaitu iman, amal shaleh, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran. Artinya seseoarang akan memperoleh keselamatan apabila melakukan keempat hal tersebut. Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah, “Bahwasanya kesempuranaan empat perkara tersebut akan diperoleh oleh seseorang apabila:
  1. Mengetahui hakikat kebenaran
  2. Mengamalkannya
  3. Mengajarkannya
  4. Sabar dalam mempelajari, mengamalkan, dan mengajarkannya.
Allah  di dalam surah tersebut mengawali dengan sumpah. Sumpah dengan waktu. Kemudian menegaskan bahwasanya setiap orang berada dalam kerugian. Diikuti dengan perkecualian tentang orang yang tidak termasuk merugi. Allah menyebutkan 4 katagori orang yang beruntung. Pertama, orang-orang yang beriman. Orang-orang yang mengetahui kebenaran dan membenarkannya termasuk katagori yang pertama. Kedua, mengerjakan amal shaleh adalah katagori kedua. Ketiga, sudi untuk saling menasehati dalam kebenaran. Menasehati antara satu dengan yang lain tentang kebenaran, bisa melalui ta’lim ataupun nasehat secara personal. Ini katagori ketiga. Keempat, saling menasehati dalam kesabaran sebagai katagori keempat. Mendulang Pahala dan Keutamaan dengan Dakwah Disebut sebagai manusia seutuhnya apabila seseorang memiliki kesempurnaan jiwa. Mampu menyempurnakan kekurangan orang lain dengan cara memperbaiki kapasitas keilmuan dan amal shaleh. Hal ini tampak dari kesungguhan Rasulullah dalam menyampaikan hidayah irsyad kepada umatnya. Tak bosan untuk memberi nasihat. Ajakan, nasihat, dan arahan dakwah tersebut membuahkan keutamaan berupa pahala. Dalam sebuah hadits  disebutkan: قَالَ رَسُولُ الله - صَلَّى الله عَليه وسلم -: ((مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ، فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ))؛ رواه مسلم. Rasulullah  bersabda, “Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” (HR. Muslim). أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا. ) رواه مسلم  2674( Rasulullah  bersabda, “Barangsiapa yang menyeru kepada sebuah petunjuk maka baginya pahal seperti pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi akan pahala-pahala mereka sedikitpun dan barangsiapa yang menyeru kepada sebuah kesesatan maka atasnya dosa  seperti dosa-dosa yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun.”(HR Muslim) أَنَّ النَّبِي صَلّى الله عليه وسلم قال لِبِلَال بِن الحَارِث رَضِيَ الله عنه: «مَنْ أحْيا سُنَّةً من سُنَّتِي قدْ أُمِيتَتْ بَعدِي فإنَّ لهُ من الأجرِ مِثلَ مَنْ عَمِلَ بِها من غَيرِ أنْ يَنْقُصَ من أُجُورِهِمْ شيءٌ ومَنِ ابْتدَعَ بِدعةً ضَلالَةً لا يَرْضَاها اللهُ ورسولُهُ كان عليه مِثلُ آثامِ مَن عَمِلَ بِها لا يُنقِصُ ذلِك من أوزارِ الناسِ شيئًا» (سنن الترمذي؛ برقم: 2677.) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Bilal bin al Harits vbb, “Wahai Bilal, siapa saja yang menghidupkan salah satu sunahku yang telah mati sepeninggalku maka baginya pahala semisal dengan pahala semua orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka. Sebagai umat pengikut nabi Muhammad tentu kita tak ingin ketinggalam dalam melakukan kegiatan dakwah tersebut. Dengan dakwah yang kita lakukan kita pun akan menjadi umat terbaik, mendapatkan kebaikan dan keutamaan, dan mendulang pahala dari Allah, insyaallah. ?   Ahli Ilmu Antara Terpuji dan Tercela Tidaklah Allah memberikan pujian kepada ahli ilmi kecuali dikarenakan mereka adalah pewaris para nabi, menyampaikan syariat Allah ‘Azza wa Jalla kepada manusia dan menunjukkan kepada jalan-jalan keselamatan dan kebahagian. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,   Surah Al-Munafiqun ayat : 8 وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَعۡلَمُونَ ٨
  1. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui
  Sesungguhnya kalian telah mengatahui  celaan Allah ‘Azza wa Jalla bagi siapa saja yang tidak melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim berupa dakwah dijalan Allah ‘Azza wa Jalla serta tidak saling memberikan nasehat antara satu denga yang lain, dan tidak memberikan peringatan bagi manusia .Allah  berfirman, Surah Ali Imran ayat : 187 وَإِذۡ أَخَذَ ٱللَّهُ مِيثَٰقَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهُۥ لِلنَّاسِ وَلَا تَكۡتُمُونَهُۥ فَنَبَذُوهُ وَرَآءَ ظُهُورِهِمۡ وَٱشۡتَرَوۡاْ بِهِۦ ثَمَنٗا قَلِيلٗاۖ فَبِئۡسَ مَا يَشۡتَرُونَ ١٨٧
  1. Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima
  Surah Al-Baqarah : 159 إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكۡتُمُونَ مَآ أَنزَلۡنَا مِنَ ٱلۡبَيِّنَٰتِ وَٱلۡهُدَىٰ مِنۢ بَعۡدِ مَا بَيَّنَّٰهُ لِلنَّاسِ فِي ٱلۡكِتَٰبِ أُوْلَٰٓئِكَ يَلۡعَنُهُمُ ٱللَّهُ وَيَلۡعَنُهُمُ ٱللَّٰعِنُونَ ١٥٩ إِلَّا ٱلَّذِينَ تَابُواْ وَأَصۡلَحُواْ وَبَيَّنُواْ فَأُوْلَٰٓئِكَ أَتُوبُ عَلَيۡهِمۡ وَأَنَا ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ ١٦٠
  1. Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati.
  2. kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang.
Maka, apabila mereka melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya sebagai hamba Allah maka keberkahan akan tersebar dimana-mana dan perbuatan burukpun akan jarang kita jumpai. Akan tumbuhnya hubungan yang baik di antara hamba Allah mereka saling menasehati di dalam kebenaran dan saling menasehati didalam kesabaran. sehingga Mereka mendapatkan kebahagian didunia dan diakhirat. Dan semua itu tidak akan terealisasikan kecuali jika mereka telah mempersiapkan dan membakali diri mereka dengan ilmu serta bersifat dan berakhlak mulia sehingga mereka menjadi suri teladan umat ini. saya memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar senantiasa memberikan kepada kita semua pertolongan dan taufik di dalam berdakwah dijalan Allah  ‘Azza wa Jalla, dan semoga Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan kita hamba yang selalu istiqamah di dalam keberanan sampai akhir menutup mata? Disadur bebas oleh Ustadz Abu Nida Chomsaha Shofwan, Lc., dari buku Adda’wah ilallahi Wujubuha wa Fadhluha wa Akhlaqud Du’at halaman 32-47, karya Samahatus Syaikh ‘Alamah Abdulllah bin Muhammad bin Humaid. Terbitan Daru Thuwaiq. 1414/1994.  

Author

Tag