
ALLAH BERADA DI ATAS ‘ARSY
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta'ala, Rabb semesta alam, yang telah memberikan petunjuk-Nya melalui al-Qur’an dan Hadits yang shahih agar kita memahami sifat-sifat-Nya. Dalam al-Qur’an dan Hadits yang shahih, akal yang sehat dan fitrah yang selamat; semua menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala itu berada di tempat yang paling tinggi, dan keberadaan-Nya di atas ‘Arsy, sebagaimana dalil-dalil berikut ini:
اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى
“(yaitu) Yang
Maha Pengasih, yang beristiwa (berada) di atas ‘Arsy.” (Al-Qur’an
Surat Thaha: 5)
Maksud istiwa dalam ayat di atas ialah Allah subhanahu wa ta'ala itu Dzat Yang Maha Tinggi. Hal ini mengikuti pendapat Imam al-Bukhari rahimahullah dan sebagian tabi’in yang memaknai kata istiwa dengan “tinggi”.
Allah subhanahu wa ta'ala juga berfirman,
ءَاَمِنْتُمْ مَّنْ فِى السَّمَاءِ اَنْ
يَّخْسِفَ بِكُمُ الْاَرْضَ فَاِذَا هِيَ تَمُوْرُ ۙ
“Sudah merasa
amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi
ketika tiba-tiba ia terguncang?” (Al-Qur’an Surat Al Mulk: 16)
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu menafsirkan , “Yang dimaksud “مَّنْ” pada ayat di atas ialah Allah”, sebagaimana yang terdapat dalam Tafsir Ibnu Jauzi rahimahullah. Allah subhanahu wa ta'ala juga berfirman:
يَخَافُوْنَ
رَبَّهُمْ مِّنْ فَوْقِهِمْ ࣖ
“Mereka
takut kepada Tuhan yang (berkuasa) di atas mereka” (Al-Qur’an Surat An
Nahl : 50)
بَلْ رَّفَعَهُ اللّٰهُ اِلَيْهِ ۗ
“Tetapi
Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-Nya.” (Al-Qur’an Surat An Nisa’: 158)
وَهُوَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ
“Dan
Dialah Allah (yang disembah), di langit maupun di bumi” (Al-Qur’an Surat Al
An’am: 3)
قَالَ
ابْنُ كَثِيْرٍ رَحِمَهُ اللَّهُ فِيْ تَفْسِيْرِ هَذِهِ الآيَةِ: اِتَّفَقَ الْمُفَسِّرُوْنَ
عَلَى أَنَّنَا لَا نَقُوْلُ كَمَا تَقُوْلَ الْجَهْمِيَةُ (فِرْقَةٌ ضَالَةُ): إِنَّ
اللَّهَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ! تَعَالَى اللَّهُ َعَمَّا يَقُوْلُوْنَ عُلُوًّا كَبِيْرًا!
(وَمَعْنَى فِيْ السَّمَاوَاتِ: عَلَى السَّمَاوَاتِ).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam tafsirnya, “(Dalam ayat tersebut) para mufasir bersepakat bahwa kami tidak berpendapat sebagaimana orang-orang Jahmiyah[1] (kelompok yang sesat) yang mengatakan Allah ada di mana-mana. ‘Maha suci dan Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka katakan.’ Allah bersifat ‘عُلُوًّا كَبِيْرًا’ maknanya Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung (di atas).”
Yang
dimaksud “فِى
السَّمٰوٰتِ” ialah di atas langit.
وَهُوَ مَعَكُمْ
اَيْنَ مَا كُنْتُمْ ۗ
“Dan Dia
bersama kamu di mana saja kamu berada.” (Al-Qur’an Surat Al-Hadid: 4)
Yang
dimaksud “وَهُوَ
مَعَكُمْ” ialah bersama kita ilmu, pendengaran, penglihatan, pertolongan,
serta penjagaan-Nya di mana saja kita berada. (Saduran dari tafsir Imam Ibnu
Katsir).
Dalil lain yang menunujukkan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala berada di atas adalah peristiwa Isra Mi’raj, yang mana Rasulullah ﷺ dinaikkan ke langit yang ketujuh, lalu di Sidratul Muntaha Allah subhanahu wa ta'ala berbicara dan memerintahkan shalat lima waktu kepada Nabi ﷺ.
Dalam sebuah hadits riwayat Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu Rasulullah ﷺ bersabda,
أَلَا تَأْمَنُونِي وَأَنَا أَمِينُ مَنْ
فِي السَّمَاءِ يَأْتِينِي خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءً (رواه البخاري
ومسلم)
“Tidakkah kalian mempercayaiku padahal aku
adalah orang yang terpercaya dari langit (surga)? Aku menerima kabar dari
langit, pagi hari maupun sore hari.” (Hadits Riwayat Imam al-Bukhari dan Imam
Muslim)
Dalam hadits lain disebutkan:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْحَمُوا مَنْ فِي
الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ (رواه الترمذي وقال: حسن صحيح)
Sahabat Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Berkasih sayanglah kepada siapapun yang ada dibumi, niscaya yang ada di langit akan mengasihi kalian.” (Riwayat at-Tirmidzi dikatakan hasan shahih)
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ
السُّلَمِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ فَقَالَ لَهَا أَيْنَ اللَّهُ قَالَتْ فِي السَّمَاءِ قَالَ مَنْ أَنَا
قَالَتْ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ قَالَ أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ (رواه
ومسلم)
Sahabat Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami radhiyallahu 'anhu menuturkan, beliau ﷺ bertanya, “Di manakah Allah?” Budak itu menjawab, “Di langit.” Beliau bertanya, “Siapakah aku?” Dia menjawab, “Kamu adalah utusan Allah.” Beliau bersabda, “Bebaskanlah dia, karena dia seorang wanita mukminah.”(Riwayat at-Tirmidzi Riwayat Imam Muslim)
وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَالْعَرْشُ
فَوْقَ ذَلِكَ وَ اللَّهُ فَوْقَ الْعَرْشِ وَهُوَ يَعْلَمُ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ
[حسن رواه أبو داود].
Rasulullah ﷺ bersabda, “Arsy
berada di atas seluruh makhluk tersebut. Dan Allah berada di atas ‘arsy. Dia
Mahatau apa yang ada pada kalian.” (Hadits Riwayat Imam Ahmad. al-Musnadnya
No. 1770. Dan Imam Abu Dawud, dan selain keduanya).
قَالَ أَبُوبَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: “وَمَنْ
كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ فِيْ السَّمَاءِ حَيٌّ لاَ يَمُوتُ” [رواه
الدارمي في الرد على الجهمية بإسناد صحيح].
Sahabat Abu Bakar ash-Shidiq radhiyallahu 'anhu berkata, “Barangsiapa yang menyembah Allah, sesungguhnya Allah ada di atas langit dan Dia hidup dan tidak mati.” (Diriwayatkan oleh Imam Ad-Darimi dalam kitab “Ar-Radd 'ala Al-Jahmiyyah” dengan sanad yang sahih)
وَسُئِلَ
عَبْدُ اللَّهُ بْنُ الْمُبَارَكِ: كَيْفَ نَعْرِفُ رَبَّنَا؟ قَالَ: إِنَّهُ فَوْقَ
السَّمَاءِ عَلَى الْعَرْشِ بِائَنٌ مِنْ خَلقِهِ. وَمَعْنَاهُ: أَنَّ اللَّهَ فَوْقَ
الْعَرْشِ بِذَاتِهِ، مُنْفَصِلُ مِنْ خَلقِهِ.
Pertanyaan Abdullah Ibnul Mubarak, “Bagaimana kita mengenal Rabb kita? Dijawab, “Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala di atas langit, di atas Arsy’, jauh dari makhluk, yang dimaksud Allah subhanahu wa ta'ala di atas Arsy’, dengan Dzat-Nya terpisah dari makhluk-Nya.”
Sesungguhnya imam yang empat telah bersepakat bahwa Allah subhanahu wa ta'ala di atas ‘Arsy-Nya, tidak sama sedikitpun dengan makhluk-Nya. Orang yang sedang shalat dalam sujudnya mengucapkan “subhana robbiyal a’la”. Kata al-A’la tersebut menunjukan makna di atas sehingga orang yang berdoa mengangkat tangannya ke atas langit.
Anak kecil pun apabila ditanya di mana Allah subhanahu wa ta'ala secara fitrah yang bersih akan menjawab di atas langit. Akal yang sehat akan menguatkan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala di atas langit.
Jadi, seandainya Allah subhanahu wa ta'ala itu seperti anggapan sebagian pihak ada di mana-mana pasti ada dalil yang menunjukannya. Baik dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Sementara Rasulullah ﷺ sendiri mengajarkan kepada para sahabatnya bahwa Allah subhanahu wa ta'ala di atas langit. Seandainya pun Allah subhanahu wa ta'ala ada di mana-mana maka akan banyak timbul masalah. Kenapa? Karena di dunia ini banyak tempat yang kotor dan najis, yang tentunya tidak layak bagi Allah subhanahu wa ta'ala. Jadi yang tepat Allah subhanahu wa ta'ala berada di atas dan tinggi sesuai dengan keluhuran dan keagungan-Nya.
Sebuah pertanyaan: Ada yang bertanya kalau Allah subhanahu wa ta'ala bersama kita, di setiap tempat berarti Dzat Allah subhanahu wa ta'ala banyak? Tidak demikian! Dzat Allah subhanahu wa ta'ala itu hanya satu, tidak berbilang. Sehingga tidak tepat anggapan sebagian pihak bahwa Allah subhanahu wa ta'ala itu ada di mana-mana dengan Dzat-Nya. Yang benar sebagaimana apa yang ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan Rasul-Nya bahwa Allah subhanahu wa ta'ala itu di atas langit di atas ‘Arsy. Yang di maksud dengan Allah subhanahu wa ta'ala bersama kita adalah ilmu-Nya, pengawasan-Nya, serta pendengaran-Nya bukan Dzat-Nya.
[1] Jahmiyah adalah sebuah kelompok yang muncul pada akhir dinasti Umawiyah di Syam sekitar tahun 128 H setelah munculnya kelompok Qadariyah (kelompok yang mempermasalahkan takdir) dan Mu’tazilah (kelompok yang mengedepankan akal), pendukung Murji’ah (kelompok yang menolak amal bagian dari Iman). Kelompok Jahmiyah dinisbatkan kepada Jahm bin Shofwan murid Ja’ad bin Dirham yang berpemahaman menolak sifat-sifat Allah
Disadur secara bebas oleh: Al-Ustadz Abu Nida’ Chomsaha Shofwan, Lc., Hafizhahullah, dari Judul Kitab Asli: "رسائل التوجيهات الإسلامية" (Jilid 1 Bab 1: الخصائص الرئيسة في الإسلام) Karya: Syaikh Jamil Zainu Hafizhahullah
Editor: @rimoesta (Arif Mustakim, S.Hut.)
Team Redaksi: Ustadz Abu Abdillah Mubarok, M.Pd. dan Ustadz Abu Layla Turahmin, M.H. Hafizhahumallah
Naskah: Akhi Rifki, Akhi Fajar, Akhi A’zam.

Abu Bassam
Author