
BAGAIMANAKAH PUASA YANG SESUAI TUNTUNAN NABI ﷺ?
Puasa adalah ibadah yang dilakukan dengan sadar (niat) untuk menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkannya dan
perkara-perkara yang mengurangi atau bahkan membatalkan pahala puasa; mulai dari terbit fajar shadiq hingga terbenamnya matahari. Puasa atau shiyam merupakan salah satu rukun Islam, yang diwajibkan bagi setiap Muslim
sebagai sarana untuk mencapai ketakwaan. Dalam Al-Qur’an, Allah subhanahu wa ta'ala mengingatkan hamba-Nya bahwa puasa telah diwajibkan bagi mereka sebagaimana diwajibkan bagi umat terdahulu,
puasa bertujuan untuk membentuk kepribadian yang bertakwa. Selain itu, Nabi
Muhammad ﷺ juga menegaskan melalui sabdanya
bahwa puasa berfungsi sebagai benteng pelindung dari perbuatan negatif. Dengan
berpuasa, seorang Muslim tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, serta
pembatal-pembatal puasa lainnya. Tetapi juga untuk melatih diri meningkatkan
kesabaran, kedisiplinan, dan keimanan.
A. Dalil Keutamaan Puasa.
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ ۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kalian berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (Al-Qur’an Surat
Al-Baqarah: 183)
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ الصِّيَامُ جُنَّةٌ (متفق عليه)
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Shiyam (puasa) itu perisai.” (Muttafaqun ‘Alaih)
1.
Berpuasa Ramadhan Karena
Iman dan Mengharapkan Pahala Maka Diampuni Dosa Yang Telah Lalu.
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (متفق عليه)
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun ‘Alaih)
Makna ‘إِيمَانًا’ adalah berpuasa berdasarkan ilmu yang benar sesuai dengan Al-Qur’an dan petunjuk Nabi ﷺ serta selaras dengan pemahaman para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Adapun makna ‘حْتِسَابًاا’ adalah melakukan shiyam dengan niat yang benar, mengharap ridha Allah subhanahu wa ta'ala, pahala dan surga-Nya, serta takut dengan azab-Nya.
2.
Berpuasa Ramadhan Dilanjutkan
Puasa Syawal Enam Hari Pahalanya Senilai Puasa Satu Tahun.
عَنْ أَبِي
أَيُّوبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ بِسِتٍّ مِنْ شَوَّالٍ
كَانَ كَصَوْمِ الدَّهْرِ (رواه مسلم)
Sahabat Abu Ayyub radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian
mengikutinya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka itu senilai puasa
satu tahun.” (Hadits Riwayat Imam Muslim).
Puasa enam hari di bulan Syawal bisa dilakukan di awal bulan berturut-turut
ataupun berselang-seling harinya, di pertengahan atau di akhir bulan. Yang
paling utama dilakukan di awal bulan.
3.
Shalat Malam Di Bulan Ramadhan
Karena Iman dan Mengharapkan Pahala Maka Diampuni Dosa Yang Telah Lalu.
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ
بِعَزِيمَةٍ وَيَقُولُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (متفق عليه)
Sahabat
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa
Rasulullah ﷺ sangat menganjurkan untuk shalat
malam Ramadhan, tanpa mewajibkan dan bersabda, “Barangsiapa yang melakukan
shalat malam Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala dari Allah, niscaya
akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun ‘Alaih)
Yang dimaksud dengan ‘قَامَ
رَمَضَانَ’ adalah berdiri untuk shalat malam di
bulan Ramadhan, yang disebut juga dengan qiyamu Ramadhan, shalat Tarawih,
sholat Tahajud, dan sholat Witir.
Maksud dari dosa-dosa yang telah lalu yang diampuni
adalah dosa-dosa kecil bukan dosa besar, karena dosa besar hanya dapat dihapus
dengan taubat nasuha.
Faedah Ibadah Puasa:
- 1) Puasa dapat membersihkan jiwa seorang hamba dari penyakit
hati, memperkuat dorongan untuk berbuat baik, dan meningkatkan sifat taat,
sabar, serta keikhlasan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
- 2) Ibadah puasa membantu membersihkan kotoran dalam saluran
pencernaan dan memberikan kesempatan bagi sistem pencernaan untuk beristirahat,
sehingga badan menjadi lebih sehat dan dapat mencegah berbagai penyakit.
- 3) Puasa menciptakan kesetaraan di antara umat, baik yang kaya maupun yang miskin, tanpa membedakan status sosial atau kasta karena dengan puasa semua akan merasakan perasaan yang sama seperti lapar, haus, letih, dan lain-lain bahkan bisa berbuka bersama di satu tempat, yang semua itu dapat meningkatkan persatuan di antara kaum muslimin.
B. Agar Puasa Puasa Ramadhan Diterima.
Bagaimana agar puasa Ramadhan kita bisa diterima? Yaitu
dengan mengerjakan kewajiban dan menjauhi larangan selama berpuasa, di antaranya:
1. Menjaga shalat lima waktu.
Kebanyakan
atau sebagian orang yang sedang berpuasa kadang merasa malas untuk mengerjakan shalat
fardhu, padahal shalat fardhu adalah tiang agama dan merupakan kewajiban yang
harus dilakukan yang jika ditinggalkan dapat menyebabkan orang tersebut kafir.
2. Tidak berbicara dusta sekalipun hanya gurauan agar puasanya tidak sia-sia.
Dusta
dilarang oleh Nabi ﷺ meskipun hanya sekedar bercanda, oleh karena itu orang yang
sedang berpuasa hendaknya meninggalkan perbuatan tersebut. Selalu jujur dalam
perkataan dan perbuatan, karena kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan dan
kebaikan akan mengantarkan ke surga.
3. Berakhlak yang mulia.
Seorang
muslim yang beriman terlebih lagi ketika sedang berpuasa tidak boleh mengeluarkan
kata-kata yang kotor (rafats), mencaci-maki, dan ataupun mengumpat.
Seharusnya senantiasa berakhlak mulia dengan bermuamalah yang baik sesuai hak
dan kewajibannya, karena puasa itu membersihkan jiwa, maka harus disertai
dengan hal-hal yang baik.
Sebagaimana
hadits berikut ini,
إِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ
فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ
صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ شَاتَمَهُ
أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ (متفق عليه)
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa
Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah 'azza
wajalla telah berfirman; ‘Setiap amal anak Adam adalah teruntuk baginya kecuali
puasa. Puasa itu adalah bagi-Ku, dan Akulah yang akan memberinya pahala.’ Dan
puasa itu adalah perisai. Apabila kamu puasa, maka janganlah kamu merusak
puasamu dengan rafats, dan jangan pula menghina orang. Apabila kamu dihina
orang atau pun diserang, maka katakanlah, ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa’.”
(Muttafaqun ‘Alaih)
4.
Tidak
berlebih-lebihan ketika makan buka puasa karena kurang baik untuk kesehatan.
Dianjurkan
ketika berbuka puasa memakan makanan yang manis seperti kurma atau buah manis lainnya,
dan atau air putih. Hendaklah berbuka dengan porsi secukupnya dan tidak boleh
berlebih-lebihan. Makan yang berlebihan akan mengakibatkan kekenyangan,
mengantuk, muncul rasa malas, dan menyebabkan berbagai penyakit. Bahkan
terkadang karena hal tersebut sampai mengakibatkan meninggalkan shalat
berjamaah.
Makanan
terbaik untuk berbuka puasa adalah ruthab (kurma matang yang masih
segar), jika tidak ada maka kurma, dan jika tidak ada cukup minum air putih.
5.
Usahakan
tidak menonton TV yang tayangannya tentang hal-hal yang jelek, buruk, dan merusak
akhlak.
6.
Tidak
begadang sampai larut malam sehingga sahurnya terlambat apalagi jika sampai
terlambat shalat subuh.
Usahakan
tidak tidur setalah shalat subuh tapi
digunakan untuk beraktivitas seperti membaca Al-Qur’an, berzikir, atau bekerja.
Karena waktu pagi adalah waktu yang diberkahi. Sebagaimana hadits berikut:
عَنْ صَخْرٍ الْغَامِدِيِّ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا (صحيح رواه أحمد والترمذي)
Sahabat Shakhr Al-Ghamidi radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa Nabi ﷺ mengucapkan, “Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada ummatku pada waktu pagi buta.” (Hadits Shahih Riwayat
Imam Ahmad dan at-Tirmidzi)
7.
Memperbanyak
sedekah.
Sedekah kepada
keluarga dan orang-orang yang membutuhkan. Selain itu bersilaturahmilah dan
segera selesaikan kalau ada perselisihan.
8. Memperbanyak dzikir dan membaca Al-Qur’an.
Membaca Al-Qur’an
atau mendengarkannya dan mentadaburinya. Bisa juga dengan datang ke masjid
untuk mendengarkan durus (pengajaran) atau i’tikaf di masjid.
9.
Mempelajari
hukum-hukum yang berkaitan dengan puasa, seperti rukun-rukun, sunnah-sunnah,
pembatal-pembatal puasa, pembatal-pembatal pahalanya, perkara yang wajib, dan
perkara-perkara yang diharamkan, serta dimakruhkan.
10. Menjaga puasa Ramadhan, melatih anak-anak berpuasa sehari
penuh. Jangan sampai berbuka di siang hari bulan Ramadhan tanpa ada udzur yang
syar’i. Barangsiapa yang berbuka dengan sengaja maka dia harus bertaubah dan
mengganti puasa pada hari yang lain (qadha’).
C. Hadits-Hadits Tentang Puasa Ramadhan.
1. Keutamaan datangnya bulan Ramadhan.
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ
وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ (رواه البخاري)
Sahabat
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa
Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila bulan
Ramadhan datang, maka pintu-pintu langit dibuka sedangkan pintu-pintu Jahannam ditutup
dan syaitan-syaitan dibelenggu.” (Hadits Riwayat Imam al-Bukhari)
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ (رواه
البخاري)
Sahabat
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menuturkan dari
Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila bulan
Ramadhan datang, maka pintu-pintu Surga dibuka.” (Hadits Riwayat Imam
al-Bukhari)
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ (رواه
مسلم)
Sahabat
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila Ramadhan telah tiba, maka pintu-pintu rahmat
akan dibuka.” (Hadits Riwayat Imam Muslim)
2.
Motivasi
untuk memperbanyak kebaikan dan meninggalkan maksiat di bulan
Ramadhan.
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا
بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ
لَيْلَةٍ (رواه الترمذي) (حسنه الألباني ، في المشكاة)
Sahabat
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah
(kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah, Allah
memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan
Ramadhan.” (Hadits Riwayat Imam at-Tirmidzi)
3.
Pahala
dan balasan bagi orang yang berpuasa.
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ
أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ مَا شَاءَ اللَّهُ يَقُولُ اللَّهُ
إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ
وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ
وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ
اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ (متفق عليه)
Sahabat
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Setiap amal anak Adam akan dilipat gandakan, satu
kebaikan menjadi sepuluh hingga tujuh ratus kebaikan sekehendak Allah, Allah
berfirman, ‘Kecuali puasa, puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya,
ia tinggalkan makan dan minumnya karena Aku. Orang yang berpuasa itu mempunyai
dua kebahagiaan, satu kebahagiaan ketika tiba waktu berbuka, dan satu
kebahagiaan lagi ketika berjumpa dengan Rabbnya. Dan sungguh, bau mulut orang
yang berpuasa di sisi Allah lebih harum dari bau minyak kesturi’.”
(Muttafaqun ‘Alaih)
‘وَلَخُلُوفُ’ artinya “dan
sungguh perubahan bau mulut.” Maksudnya perubahan bau mulut orang yang berpuasa
menjadi tidak sedap disebabkan karena puasanya. Meskipun demikian di akhirat
kelak mendapat pahala istimewa berupa bau mulutnya lebih wangi dari misk (kasturi)[1].
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ
لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ (رواه البخاري)
Sahabat
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan keji
dan berbuat keji, Allah tidak butuh orang itu meninggalkan makan dan minumnya.”
(Hadits Riwayat Imam al-Bukhari)
Makna kosakata ‘يَدَعَ’ artinya “meninggalkan.” Maksudnya orang
yang puasa tetapi tidak meninggalkan ucapan-ucapan keji, maka puasanya tidak
akan dianggap oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
4.
Anjuran
berbuka puasa dengan kurma sebagai sunnah Rasulullah ﷺ.
عَنْ
الرَّبَابِ عَنْ عَمِّهَا سَلْمَانَ بْنِ عَامِرٍ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى
تَمْرٍ فَإِنَّهُ بَرَكَةٌ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ تَمْرًا فَالْمَاءُ فَإِنَّهُ
طَهُورٌ (رواه الترمذي وقال محقق جامع الأصول إسناده صحيح)
Dari Ar-Rabab dari pamannya Salman bin 'Amir yang membawanya kepada Nabi ﷺ bersabda, “Jika kalian berbuka maka berbukalah dengan buah
kurma karena buah kurma mengandung berkah, jika kalian tidak mendapatinya, maka
berbukalah dengan air karena sesungguhnya air itu suci.” (Hadits Riwayat
imam At-Tirmidzi, dan peneliti kitab Jami'ul Ushul mengatakan bahwa sanadnya
sahih)
5.
Doa Nabi
ﷺ ketika
berbuka puasa.
كَانَ
رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، ذَهَبَ الظَّمَأُ
وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ (رواه أبو داود
وحسنه محقق جامع الأصول والألباني في المشكاة رقم ١٩٩٤)
Apabila Nabi ﷺ berbuka beliau mengucapkan, “Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rizqi-Mu aku berbuka, telah hilang dahaga, dan telah basah tenggorokan, dan telah tetap pahala insya Allah.” (Hadits Riwayat Imam Abu Dawud, dan dinilai hasan oleh peneliti kitab Jami'ul Ushul dan syaikh Al-Albani dalam kitab Al-Mishkat nomor 1994)
6.
Keutamaan
menyegerakan berbuka puasa.
عَنْ سَهْلِ
بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ (متفق
عليه)
Sahabat Sahal bin Sa'ad radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Senantiasa manusia berada dalam kebaikan selama
mereka menyegerakan berbuka.” (Muttafaqun ‘Alaih)
7.
Keutamaan
sahur.
أَنَسَ بْنَ
مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً (متفق عليه)
Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata, Nabi ﷺ bersabda, “Bersahurlah kalian, karena di dalam sahur ada berkah.” (Muttafaqun ‘Alaih)
D. Puasa Nabi Muhammad ﷺ.
1.
Pahala puasa wajib maupun sunnah.
عَنْ أَبِي
قَتَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ثَلَاثٌ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ فَهَذَا صِيَامُ
الدَّهْرِ كُلِّهِ صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ
يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ
يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي
قَبْلَهُ (رواه مسلم)
Sahabat Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Puasa tiga hari setiap bulan, puasa dari Ramadhan
ke Ramadhan sama dengan puasa setahun penuh. Sedangkan puasa pada hari Arafah,
aku memohon pula kepada Allah, agar puasa itu bisa menghapus dosa setahun penuh
sebelumnya dan setahun sesudahnya. Adapun puasa pada hari Asyura’, aku memohon
kepada Allah agar puasa tersebut bisa menghapus dosa setahun sebelumnya.”
(Hadits Riwayat Imam Muslim)
2.
Anjuran puasa tanggal sembilan Muharram.
عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ
التَّاسِعَ (رواه مسلم)
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata,
Rasulullah ﷺ bersabda, “Seandainya tahun
depan aku masih hidup, niscaya saya benar-benar akan berpuasa pada hari ke
sembilan (Muharram).” (Hadits Riwayat Imam Muslim)
3.
Keutamaan puasa Senin dan Kamis.
Nabi ﷺ ditanya tentang puasa hari Senin dan Kamis, jawaban beliau
sebagaimana dalam hadits:
أُسَامَةُ
بْنُ زَيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ
تَصُومُ حَتَّى لَا تَكَادَ تُفْطِرُ وَتُفْطِرُ حَتَّى لَا تَكَادَ أَنْ تَصُومَ
إِلَّا يَوْمَيْنِ إِنْ دَخَلَا فِي صِيَامِكَ وَإِلَّا صُمْتَهُمَا قَالَ أَيُّ
يَوْمَيْنِ قُلْتُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ قَالَ ذَانِكَ
يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيهِمَا الْأَعْمَالُ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ
أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ (رواه نسائي وحسنه المنذري )
Sahabat Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhu berkata, “Wahai Rasulullah ﷺ, sering engkau berpuasa hingga hampir tidak berbuka dan sering
juga engkau berbuka hingga hampir tidak berpuasa, kecuali dua hari, jika
keduanya telah masuk dalam puasamu, jika tidak, engkau berpuasa di dua hari
itu.” Beliau bertanya, “Dua hari yang mana?” Aku menjawab, “Hari Senin
dan hari Kamis.” Beliau bersabda, “Itu adalah dua hari yang dalam
keduanya amal perbuatan diperlihatkan kepada Rabb semesta alam, aku senang
amalku diperlihatkan ketika aku sedang berpuasa.” (Hadits Riwayat Imam An-Nasa'i
dan Dinilai Hasan Oleh Al-Mundhiri)
4.
Larangan puasa pada hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الْفِطْرِ وَالنَّحْرِ (متفق عليه)
Sahabat Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu berkata, “Nabi ﷺ melarang berpuasa pada hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.” (Muttafaqun
‘Alaih)
5.
Rasulullah ﷺ menyempurnakan puasanya hanya di bulan Ramadhan.
عَنْ
عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ مَا
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ
شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ (رواه البخاري ومسلم عن عائشة)
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha berkata, “Aku
tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ menyempurnakan puasanya sebulan penuh, kecuali Ramadhan.” (Hadits Riwayat
Imam al-Bukhari dan Imam Muslim)
6.
Kebiasaan Rasulullah ﷺ dalam berpuasa pada bulan Sya’ban.
عَنْ أَبِي
سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا حَدَّثَتْهُ قَالَتْ لَمْ يَكُنْ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ
شَعْبَانَ (رواه البخاري)
Dari Abu Salamah bahwa Aisyah radhiyallahu 'anha menceritakan
kepadanya, katanya, “Rasulullah ﷺ tidak pernah melaksanakan shaum lebih banyak dalam sebulan
selain bulan Sya'ban, yang Beliau melaksanakan shaum bulan Sya'ban hampir
seluruhnya.” (Hadits Riwayat Imam al-Bukhari)
***
Disadur secara bebas oleh: Al-Ustadz Abu Nida’
Chomsaha Shofwan, Lc., Hafizhahullah, dari Judul Kitab Asli: "رسائل التوجيهات الإسلامية" (Jilid 1 Bab 2: أركان
الإسلام), Karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu hafizhahullah.
Editor: @rimoesta (Arif Mustakim, S.Hut.)
Team Redaksi: Ustadz Abu Abdillah Mubarok, M.Pd. dan
Ustadz Abu Layla Turahmin, M.H. Hafizhahumallah
Naskah: Akhi Rifki, Akhi Fajar, Akhi A’zam.

Abu Bassam
Author