KEKHAWATIRAN NABI ﷺ ATAS UMATNYA
عَنِ الْمِسْوَرِ بْنِ مَخْرَمَةَ قَالَ سَمِعَتْ الْأَنْصَارُ أَنَّ أَبَا عُبَيْدَةَ قَدِمَ بِمَالٍ مِنْ قِبَلِ الْبَحْرَيْنِ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَهُ عَلَى الْبَحْرَيْنِ فَوَافَوْا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَاةَ الصُّبْحِ فَلَمَّا انْصَرَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَعَرَّضُوا فَلَمَّا رَآهُمْ تَبَسَّمَ وَقَالَ لَعَلَّكُمْ سَمِعْتُمْ أَنَّ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ قَدِمَ وَقَدِمَ بِمَالٍ قَالُوا أَجَلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ قَالَ أَبْشِرُوا وَأَمِّلُوا خَيْرًا فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرُ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنْ إِذَا صُبَّتْ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا فَتَنَافَسْتُمُوهَا كَمَا تَنَافَسَهَا مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ.
Dari Miswar bin Makhramah ia berkata, Orang-orang Anshar mendengar bahwa Abu Ubaidah kembali dengan membawa harta dari Bahrain. Sebelumnya, Nabi ﷺ telah mengutusnya ke Bahrain, mereka pun shalat Shubuh bersama Rasulullah ﷺ. Setelah Rasulullah ﷺ menunaikan shalat, mereka pun menghadap beliau. Ketika beliau melihat mereka, beliau tersenyum dan bersabda, “Sepertinya kalian telah mendengar bahwa Abu Ubaidah Al Jarrah telah datang, dan ia datang dengan membawa harta?” Mereka menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Berbahagialah dan hendaklah kalian mengharap kebaikan. Karena demi Allah, bukan kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi bila gemerlapnya dunia telah dibukakan untuk kalian, lalu kalian saling berlomba sebagaimana orang-orang sebelum kalian saling berlomba.” (Hadits Riwayat Muslim)
Faedah Hadits:
1. Tatkala Rasul ﷺ mengutus Abu Ubaidah radhiyallahu 'anhu ke Bahrain untuk menarik jizyah dan beliau sampai di Madinah dengan membawa harta, kemudian Rasul ﷺ shalat subuh bersama Sahabat.
2. Setelah selesai shalat mereka menghadap Rasul ﷺ, Rasulullah ﷺ melihat mereka dengan tersenyum karena tahu apa yang diinginkan oleh mereka (harta) dan ini tabiat manusia yang pada umumnya manusia senang dan bisa tenang dengan harta, maka Rasul ﷺ bersabda bahwa bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan atas umat ini, akan tetapi nanti kalau dunia dibukakan untuk kalian kemudian kalian saling bermegah-megahan, saling bersaing dan menimbulkan rasa dengki, hasad, saling menjauh/nafsi-nafsi, merasa bangga dengan hartanya yang lebih banyak dari yang lain, maka dari sinilah umat mulai hancur lalu perpecahan dan permusuhan ada di mana-mana.
3. Karena kasih sayang kepada umatnya, maka hal ini Rasul ﷺ sampaikan jauh-jauh hari.
4. Persaingan duniawiyah kalau tidak didasari Qoidah Syar’iyah maka akan membawa kehancuran.
5. Seharusnya bagi orang yang sudah membuka usaha-usaha dunia maka dia harus hati-hati jangan sampai kebablasan lalu menjadi sombong.
6. Inilah yang dikhawatirkan Rasul ﷺ, bukan kefakiran tetapi kemewahanlah yang dikhawatirkan terjadi permusuhan di antara kita dan ini benar-benar sudah terjadi.
7. Memang Allah subhanahu wa ta'ala menguji kepada hamba-Nya, ada yang faqir dan ada yang kaya, maka yang fakir harus sabar dan yang kaya harus bersyukur.
***
Disadur secara bebas oleh: Al-Ustadz Abu Nida’ Chomsaha Shofwan, Lc., Hafizhahullah, dari Kitab “Al-arba’una Haditsan Fi Fadl Salamat Al-sadr Wal-asbab Al-mu’ayanat ‘Alaa Tahqiqiha”, karya: Syaikh Sa’ad bin Muhammad at-Thukhayyis.
Editor: @rimoesta
Team Redaksi: Ustadz Abu Abdillah Mubarok, M.Pd. dan Ustadz Abu Layla Turahmin, M.H. Hafizhahumallah
Abu Bassam
Author