Jangan Lupakan Al Qur'an
Disarikan oleh Al-Ustadz Abu Abdurrohim Syamsuri Hafizhahullahu ta'ala.

وَقَالَ الرَّسُولُ يَارَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْءَانَ مَهْجُورًا

“Berkatalah Rasul, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran ini suatu yang tidak diacuhkan." (Al-Furqon:30) Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Alloh mengabarkan tentang rasul dan nabi-Nya, Muhammad shallallahu 'alihi wa sallam, bahwa beliau berkata (mengadu kepada Alloh), 'Wahai Tuhanku sesungguhnya kaumku menjadikan (al-Quran) ini sebagai sesuatu yang ditinggalkan.’ Sebab dari pengaduan Rosululloh shallallahu 'alihi wa sallam tersebut adalah karena kaum musyrikin tidak mau memperhatikan dan mendengarkan al-Quran sebagaimana firman Alloh, “Dan orang-orang yang kafir berkata, 'Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka).’” (Fushshilat:26) Apabila dibacakan al-Quran, mereka membuat keributan dan melakukan perbincangan selain al-Quran sehingga mereka tidak mendengarkan al-Quran. Hal ini termasuk bentuk meninggalkan al-Quran. Tidak mengimani al-Quran dan tidak membenarkannya juga termasuk meninggalkan al-Quran. Tidak mempelajari al-Quran dan tidak memahaminya juga termasuk meninggalkan al-Quran. Tidak mengamalkan isi Al-Quran, tidak melaksanakan perintahnya dan tidak menjauhi larangannya pun termasuk meninggalkan al-Quran. Lebih perhatian kepada yang selain al-Quran, baik berupa syair atau ucapan manusia atau gaya hidup yang diambil selain dari al-Quran pun termasuk meninggalkan al-Quran. Kita memohon kepada Alloh, Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemberi serta Yang menentukan terhadap segala sesuatu yang Dia kehendaki, semoga Dia menyelamatkan kita dari segala sesuatu yang menyebabkan kemurkaan-Nya dan semoga Dia memberikan taufiq-Nya kepada kita untuk mengamalkan hal-hal yang mendatangkan keridhaan-Nya berupa menghafal dan memahami kitab-Nya, melaksanakan isinya siang dan malam sesuai yang Dia senangi dan ridhai. Sesungguhnya Alloh adalah Zat Yang Maha Pengasih dan Maha Pemberi.” (Tafsir Ibnu Katsir III/318) Al-Imam Ibnu Qoyyim berkata, “Meninggalkan al-Quran itu ada bermacam-macam jenisnya. Pertama, tidak mau mendengarkannya dan tidak mau mengimaninya. Kedua, tidak mengamalkan isinya, tidak menghalalkan apa yang dihalalkannya, dan tidak mengharamkan apa yang diharamkannya walaupun dia membaca dan mengimaninya. Ketiga, tidak mau menjadikan al-Quran sebagai sumber hukum baik dalam masalah ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), dan berkeyakinan bahwa al-Quran tidak mendatangkan sesuatu yang meyakinkan. Keempat, tidak mau men-tadabbur-i dan memahami al-Quran, serta tidak mau mengetahui maksudnya. Kelima, tidak mau menjadikan al-Quran sebagai obat bagi penyakit-penyakit hati, bahkan justru mencari obat dari selain al-Quran.” (Ushul al-Minhaj al-Islami karya Abdurrahman bin Abdulkarim al-'Ubayyid hal.88) Ayat-ayat yang Semakna 1. Firman Alloh ta'ala, “Barangsiapa berpaling dari al- Quran, maka sesungguhnya dia akan memikul dosa yang besar pada Hari Kiamat.” (Thoha:100) Syaikh Abdurrahman al-Sa’di di dalam tafsirnya berkata, “Hal itu karena al-Quran merupakan peringatan bagi Rosululloh shallallahu 'alihi wa sallam dan umatnya sehingga wajib untuk diterima, ditaati, dan diagungkan. Hendaknya cahaya al-Quran tersebut dijadikan sebagai petunjuk untuk menuju jalan yang lurus, dan hendaknya al-Quran tersebut diterima dengan mempelajari dan mengajarkannya. Adapun melakukan hal-hal yang berlawanan dengan hal di atas, baik berupa berpaling darinya, atau yang lebih besar dari itu berupa pengingkaran terhadapnya, maka ini merupakan kekufuran terhadap nikmat ini, dan pelakunya pantas untuk mendapatkan azab dari Alloh ta'ala. Oleh karena itu, Alloh mengatakan bahwa 'barangsiapa yang berpaling darinya’ kemudian tidak mengimaninya atau tidak melaksanakan perintahnya dan tidak menjauhi larangannya atau tidak mau mempelajari makna-maknanya yang wajib dipelajari, 'maka dia akan memikul dosa-dosanya pada hari Kiamat’ yang karena sebab dosa itulah dia berpaling dari al-Quran, dan yang lebih tinggi lagi tingkatannya dari berpaling adalah hajru al-Quran (meninggalkan al-Quran) dan mengingkarinya.” 2. Firman Alloh ta'ala, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.” (Thoha:124). Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Firman Alloh 'Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku,’ yakni barangsiapa yang menyelisihi perintah-Ku dan apa yang Aku turunkan kepada utusan-Ku, berpaling darinya dan melupakannya serta mengambil selainnya sebagai petunjuk, maka dia akan mendapatkan kehidupan yang sempit di dunia ini. Dia tidak akan merasakan ketenangan (sedikitpun), tidak ada kelonggaran di dadanya, bahkan dadanya akan terasa sempit dan sesak disebabkan oleh kesesatannya. Walaupun lahiriahnya dia merasakan kenikmatan-kenikmatan (duniawi); walaupun dia bisa memakai pakaian sesuka hati, bisa memakan makanan sesuai selera, dan bisa bertempat tinggal di dalam rumah sesuai keinginan. Akan tetapi, selama hatinya belum mendapatkan petunjuk, maka dia akan selalu merasakan kegundahan, kebingungan, dan keraguraguan yang tidak pernah sirna, dan perasaan seperti ini adalah termasuk bentuk kesempitan hidup.” Selanjutnya beliau berkata, “Dan tentang firman Alloh 'dan Kami akan mengumpulkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta’ berkata Mujahid, Abu Shalih, dan as-Suddi, '(Maksudnya, dia akan dibangkitkan pada Hari Kiamat) dengan tidak mempunyai hujjah (yang akan membelanya).’ Ikrimah berkata, 'Dia hanya bisa melihat Neraka Jahannam.’ Dan ada kemungkinan maksud dari ayat tersebut adalah bahwa dia akan dibangkitkan dalam keadaan buta mata kepala dan mata hatinya sebagaimana firman Alloh (yang artinya) 'Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari Kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu, dan tuli. Tempat kediaman mereka adalah Neraka Jahannam.’ (Surat al-Isra’ ayat 76) (Tafsir Ibnu Katsir III/169-170). 3. Firman Alloh ta'ala, “Alloh berfirman, 'Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.’” (Q.S. Thaha:126) Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Yakni sebagaimana engkau dahulu (di dunia) berpaling dari ayat-ayat Alloh (al-Quran) dan engkau memperlakukannya seperti orang yang enggan mengingatnya setelah al-Quran tersebut sampai kepadamu, -engkau melupakannya, berpaling darinya, dan melalaikannya-, maka demikian pula pada hari ini Aku memperlakukanmu seperti perlakuan orang yang melupakanmu. 'Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana (dahulu di dunia) mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini.’ (Surat al-A’raf ayat 51) Sesungguhnya balasan itu setimpal dengan amalnya. Adapun (orang yang) melupakan (hafalan) lafal al-Quran tetapi masih memahami isinya dan mengamalkan kandungannya, tidaklah terkena ancaman yang khusus ini. Namun begitu, orang itu tetap diancam dari sisi (dalil) yang lain karena sesungguhnya telah terdapat di dalam hadits-hadits Rosululloh shallallahu 'alihi wa sallam larangan yang tegas dan jelas serta ancaman yang keras terhadap orang yang melupakan ayat al-Quran.” (Tafsir Ibnu Katsir III/170) Ibnu Taimiyah berkata, “Barangsiapa berpaling dari al-Quran -walaupun dia mengimaninya-, maka dia akan merasakan siksa yang pedih pada Hari Kiamat, dan kehidupan yang sempit di dunia, di alam barzakh, dan di akhirat.” (Majmu’ Fatawa XX/17) Ibnu Qoyyim berkata, “Sesungguhnya seseorang itu diadzab karena dua hal. Pertama, karena berpaling dari hujjah dan tidak ada keinginan untuk mengetahui hujjah tersebut. Kedua, karena tidak ada keinginan untuk mengamalkan hujjah tersebut.” (Thoriqu al-Hijrotain hal. 414). Di tempat lain Ibnu Qoyyim juga berkata, “Berpaling dari al-Quran dan Sunnah merupakan kemunafikan yang sejati.” (Mukhtashor al-Showaiq al-Mursalah II/353) 4. Firman Alloh ta'ala, “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang diberi peringatan dengan ayat-ayat tuhannya, lalu dia berpaling darinya.” (Al-Kahfi:57) Al-Syaikh Muhammad al-Amin al-Syinqithi berkata, “Apa yang Alloh sebutkan di dalam ayat ini menunjukan bahwa berpaling dari al-Quran merupakan kezhaliman yang paling besar dan pelakunya adalah manusia yang paling zhalim.” (Adhwa al-Bayan VI/352) Riwayat tentang Perintah Menjaga Hafalan Al-Quran 1. Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari dari Nabi shallallahu 'alihi wa sallam, beliau bersabda,

تَعَاهَدُوا هَذَا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ الإِبِلِ فِى عُقُلِهَا

“Terus-meneruslah kalian di dalam menjaga hafalan al-Quran. Demi Zat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh al-Quran itu lebih cepat lepasnya dibandingkan (lepasnya) unta dari tambatannya.” (H.R. Bukhari no. 4746 dan Muslim no. 791) Ibnu Hajar berkata, “Rosululloh shallallahu 'alihi wa sallam membuat permisalan dengan unta, karena merupakan kebiasaan unta untuk selalu berusaha lepas sebisa mungkin dari tali pengikatnya. Apabila tidak dijaga ikatan talinya, dia akan segera lepas. Maka, begitu pula orang yang hafal al-Quran, kalau tidak dia jaga, hafalannya akan segera lepas bahkan lepasnya lebih cepat daripada (lepasnya) unta.” 2. Diriwayatkan dari Wail dari Abdulloh dia berkata, “Nabi shallallahu 'alihi wa sallam bersabda,

بِئْسَ مَا لأَحَدِهِمْ أَنْ يَقُولَ نَسِيتُ آيَةَ كَيْتَ وَكَيْتَ بَلْ نُسِّىَ ، وَاسْتَذْكِرُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنْ صُدُورِ الرِّجَالِ مِنَ النَّعَمِ من عقله

'Sejelek-jelek sesuatu yang ada pada salah seorang dari mereka yaitu apabila dia mengatakan, 'Aku lupa ayat ini dan ayat ini.’ Bahkan, dia itu telah dijadikan lupa. Berusahalah kalian untuk selalu mengingat al-Quran, karena sungguh al-Quran itu lebih cepat perginya dari dada seseorang daripada (lepasnya) onta dari tambatannya.” (H.R. Bukhori no. 4744 dan Muslim no. 790) Ibnu Hajar berkata, “Al-Qurtubi berkata, 'Makna nasiya adalah bahwa orang tersebut dihukum oleh Alloh dengan terjadinya lupa pada dirinya terhadap ayat al-Quran akibat dosa yang telah dilakukannya berupa kurangnya perhatian dia untuk rutin di dalam mempelajari dan mengulang-ulang hafalannya.’” Al-Imam Nawawi berkata di dalam Syarh Shohih Muslim, “Di dalam hadits tersebut terdapat faidah tidak disukainya (karohah) seseorang mengatakan, 'Aku lupa ayat ini dan ayat ini.’ Karohah di sini adalah karohah tanzih (bukan tahrim). Tidaklah dibenci apabila dia mengatakan, 'Aku dibuat lupa dengan ayat ini dan ini.’ Yang dilarang sesungguhnya adalah mengatakan, “Aku lupa/melupakan ayat (ini),” karena hal tersebut menunjukan bahwa orang tersebut meremehkan ayat al-Quran dan melalaikannya. Alloh telah berfirman, 'Telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya.’ Al-Qadhi 'Iyad mengatakan bahwa takwil yang paling benar dari makna hadits di atas adalah bahwa celaan tersebut adalah celaan terhadap perbuatan dan bukan terhadap ucapan, yakni 'Aku melupakan perbuatan yang seharusnya diperbuat oleh orang yang hafal al-Quran (berupa rutin mengecek hafalan),’ sehingga dia lalai dan lupa.’” (Syarh Shohih Muslim VI/76) 3. Diriwayatkan dari Anas bin Malik , dia berkata, “Rosululloh shallallahu 'alihi wa sallam bersabda,

عُرِضَتْ عَلَىَّ أُجُورُ أُمَّتِى حَتَّى الْقَذَاةُ يُخْرِجُهَا الرَّجُلُ مِنَ الْمَسْجِدِ وَعُرِضَتْ عَلَىَّ ذُنُوبُ أُمَّتِى فَلَمْ أَرَ ذَنْبًا أَعْظَمَ مِنْ سُورَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ أَوْ آيَةٍ أُوتِيَهَا رَجُلٌ ثُمَّ نَسِيَهَا

“Diperlihatkan kepadaku pahala-pahala umatku sampai (pahala karena) kotoran yang dikeluarkan oleh seorang laki-laki dari masjid. Diperlihatkan pula kepadaku dosa-dosa umatku. Aku tidak melihat dosa yang lebih besar daripada (dosa karena) satu surat atau satu ayat dari al-Quran yang diberikan (sebagai hafalan) kepada seseorang lalu dia lupakan.” (H.R. Abu Dawud no. 461 dan Tirmidzi no. 2916) Penutup Demikianlah orang yang enggan mempelajari al-Quran, tidak mengamalkannya, serta kurang perhatian membaca dan muraja’ah al-Quran sehingga lupa terhadap ayat yang dihafalnya. Menyedihkan, betapa banyak kaum muslimin terjerumus ke dalam kondisi tersebut. Semoga Alloh l memberikan taufik kepada kita untuk giat mempelajari al-Quran, menjaga, dan mengamalkannya. Amin. sumber: MAJALAH FATAWA Vol V No 12 thn 2009 Sumber Berita: http://atturots.or.id/berita-jangan-lupakan-alquran.html#ixzz64MVPlhF8 Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial No Derivatives

Author