SIFAT-SIFAT AKHLAK YANG HARUS DIMILIKI SEORANG DAI
Apa yang dimaksud dengan Dakwah? Yang dimaksud dakwah adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan menjadi terang. Dari yang batil menjadi Al-Haq. Sampai mereka selamat dari Api Neraka dan dari marahnya Allah. Dan mengeluarkan kebodohan menjadi berilmu, maksiat menjadi taat.

اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ۗ

“Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari aneka kegelapan menuju cahaya (iman).” (Al-Quran Surat Al Baqarah: 257) Memang Rasul diutus untuk mengeluarkan manusia dari kedzoliman/kegelapan menuju cahaya, mendakwahkan Al-Haq agar orang-orang selamat dari Neraka, selamat dari ketaatan kepada setan-setan dan selamat dari ketaatan kepada hawa nafsu menjadi taat kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan Rasul-Nya.

Sifat-sifat Akhlak Yang Harus Dimiliki Seorang Dai:

1. الإخلاص (IKHLAS) Dai harus ikhlas karena Allah, tidak ada riya’, sum’ah, atau ingin masyhur dan ingin dipuji orang tapi harus semata-mata hanya karena Allah subhanahu wa ta'ala.

قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْٓ اَدْعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (seluruh manusia) kepada Allah.” (Al-Quran Surat Yusuf: 108)

وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah.” (Al-Quran Surat Fussilat: 33) Wajib bagi dai mengikhlaskan semua amal ibadahnya hanya karena Allah subhanahu wa ta'ala, akhlak ini merupakan akhlak yang paling penting Akhlak yaitu dai yang dakwah-nya hanya semata-mata karena Allah dan Akhirat (surga). 2. العلم (BERILMU) Harus berilmu, yang disampaikan itu betul-betul dia paham, bukan asal-asalan, jadi Ilmu sesuai kadar dainya sendiri, ada dai di kampung yang mengajari ngaji saja dan ada dai yang sampai tingkat sampai ceramah.

قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْٓ اَدْعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ ۗعَلٰى بَصِيْرَةٍ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (seluruh manusia) kepada Allah dengan bukti yang nyata.” (Al-Quran Surat Yusuf: 108) Seorang dai harus mempunyai ilmu hukumnya adalah wajib. Hati-hati jangan sampai berdakwah tanpa ilmu, jangan sampai seorang dai berbicara tapi tidak paham dengan apa yang disampaikan karena Kebodohan adalah merusak, tidak membangun dan tidak memperbaiki. Takutlah kepada Allah jangan sampai berbicara tentang Allah, Rasulullah dan Islam tanpa ilmu. Berdakwahlah setelah mendapat Ilmu sampaikanlah apa yang Allah firmankan dan apa yang Rasulullah sabdakan dalam Hadist/Sunnahnya, seorang Dai harus tau apa yang akan disampaikan jika memang yang akan disampaikan adalah al-Haq maka sampaikanlah, baik ucapan atau perbuatan dan apabila bukan al-Haq maka tinggalkan jangan sampaikan, jadi dai harus menyampaikan dakwahnya berdasarkan Bayinah, gamblang dan berdalil dengan pemahaman yang benar. 3. حليما رفيقا (LEMBUT & SABAR) Seorang dai harus berakhlak lembut dalam berdakwah, tidak kasar, kaku, dan tidak tergesa-gesa. dakwah harus sabar dan lembut, dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala di bawah ini.

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ ۗ

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (Al-Quran Surat An Nahl: 125)

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ

“Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka.” (Al-Quran Surat Al Maidah: 159)

فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى

“Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (Al-Quran Surat Taha: 44) Firman Allah subhanahu wa ta'ala tentang bagaimana kisah Nabi Musa dan Nabi Harun alaihumasallam dalam berdakwah.

اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ

“Ya Allah, siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia mempersulit urusan mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah dia.” (Hadits Riwayat Muslim: 3407) Maka dai wajib berakhlak lembut, tidak kasar dan tidak memberatkan kalau bisa ringan jangan diperberat supaya jangan membuat orang lari karena kekerasanmu dan kebodohanmu. Seorang dai dalam berdakwah harus menggunakan uslub yang bagus, menyenangkan, lembut, sabar dan dengan tutur kata yang baik supaya dakwaknya berpengaruh di hati mad’unya. Dai hendaknya berusaha memperbaiki akhlaknya dan memperhatikan kira-kira bagaimana perasaan orang lain terhadap akhlakmu supaya mereka merindukanmu, memujimu dan bersyukur kepadamu sehingga dakwahmu diterima dan Jangan sampai mempersulit tapi permudahlah. 4. قدوة صالحة (PANUTAN YANG SHOLIH) Wajib bagi seorang dai untuk menjadi panutan yang baik, maksudnya adalah apa yang disampaikan hendaknya berusaha diamalkan jangan sampai tidak diamalkan supaya tidak seperti ayat di bawah ini.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْن

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Sangat besarlah kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (Al-Quran Surat As Saff: 2-3) Allah subhanahu wa ta'ala menunjukkan dan menceritakan perilaku orang-orang Yahudi mereka memerintahkan kebaikan kepada umatnya tapi para dainya lupa tidak melakukannya.

اَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَاَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتٰبَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

“Mengapa kamu menyuruh orang lain untuk (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca suci (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?” (Al-Quran Surat Al Baqarah: 44)

يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِالرَّحَى فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ فَيَقُولُونَ يَا فُلَانُ مَا لَكَ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنْ الْمُنْكَرِ فَيَقُولُ بَلَى قَدْ كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ وَأَنْهَى عَنْ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ

“Seseorang didatangkan pada hari kiamat kemudian dilemparkan ke neraka hingga ususnya terburai keluar dan berputar-putar di neraka seperti keledai mengitari alat penumbuk gandumnya, kemudian penduduk neraka bertanya: 'Hai fulan! Apa yang menimpamu, bukankah dulu kau memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran? 'Ia menjawab: 'Benar, dulu saya memerintahkan kebaikan tapi saya tidak melakukannya dan saya melarang kemungkaran tapi saya melakukannya'.” (Hadits Riwayat Muslim: 5305) Ini adalah keadaan dai illallah, dia mengajak orang lain agar melakukan kebaikan dan melarang melakukan kemungkaran, akan tetapi dai tersebut malah melanggar apa yang diucapkan ونعوذ بالله من ذلك semoga perbuatan itu tidak menimpa kita. Akhlak dai dalam menjadi panutan atau melakukan apa yang diucapkan adalah sangat penting, baik itu dalm bentuk perintah atau larangan. Harus bersabar dan ikhlas dalam dakwahnya dan berusaha bagaimana mencapai tujuan yakni supaya manusia menjadi baik dan jauh dari hal-hal yang batil, selalu minta hidayah baik bagi dainya sendiri maupun bagi umatnya agar bisa menerima al-haq, mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta'ala menolong engkau dan umat agar menerima dakwah tersebut. Pada waktu suku Daus berbuat maksiat Rasulullah bersabda,

اللَّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا واهد بِهِمْ

“Ya Allah, tunjukilah suku Daus dan berikanlah petunjuk kepada mereka.” (Hadits Riwayat Bukhari: 2720) Rasulullah berdoa agar suku Daus medapat hidayah taufik sehingga bisa menerima kebenaran yang disampaikan oleh Rasulullah. Rasulullah tetap sabar dan tidak putus asa dan tidak mengucapkan sesuatu kecuali ucapan yang baik, tidak kasar dan tidak berkata yang jelek yang membuat orang lari.

وَلَا تُجَادِلُوْٓا اَهْلَ الْكِتٰبِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ ۖ اِلَّا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ

“Janganlah kamu mendebat Ahlulkitab melainkan dengan cara yang lebih baik, kecuali terhadap orang-orang yang berbuat zalim di antara mereka.” (Al-Quran Surat Al-Ankabut: 46). Orang-orang zhalim jika didakwahi ada yang melawan secara keras memberikan perlawanan. Hal ini boleh saja dilawab balik karena telah mengganggu. Ini adalah masalah lain. Bahkan, boleh saja orang tersebut dituntut supaya dipenjara. Hal ini sebagai peringatan agar tidak menambah dakwah menjadi rusak. Tentunya sesuai dengan kezhaliman yang dilakukan. Selama masih bisa ditoleransi sebaiknya dimaafkan. Para dai harus sabar kepadanya dan usahakan berdialog yang baik. Maafkan kesalahan mereka yang berhubungan dengan hak-hakmu sebagai mana kesabaran Rasulullah dan para pengikutnya. Terakhir, kita mohon kepada Allah subhanahu wa ta'ala mudah-mudahan Allah memberi taufik kepada kita semua baik dalam dakwah, ataupun dalam hal-hal yang lain, mudah-mudahan Allah memperbaiki hati kita dan amal kita, mudah-mudahan Allah memberi rizki dengan pemahaman yang baik terhadap agama-Nya, mudah-mudahan Allah menguat/memantapkan hati kita di atas Agama-Nya yang lurus dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang diberi petunjuk, termasuk orang-orang yang shalih dan orang-orang yang ikut andil memperbaiki umat ini. Allah Maha Karim. Shalawat dan salam untuk Nabi kita Muhammad dan para sahabat, Tabiin-tabiin dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik sampai hari kiamat kelak. *** Artikel ini merupakan saduran dari Kitab "Fadhlu Ad-Da’wah ilallah", Penulis: Syaikh Sa’ad bin Muhammad at-Thukhis. Disadur secara bebas oleh: Al-Ustadz Abu Nida’ Chomsaha Shofwan, Lc. Hafizhahullah. Editor: @rimoesta Team Redaksi: Ustadz Abu Abdillah Mubarok, M.Pd. dan Ustadz Abu Layla Turahmin, M.H. Hafizhahumallah sumber foto: fb ukir daun

Author